Aliana menyeret Revo menjauh dari kerumunan. Aliana berbalik dan memberi isyarat untuk menutup mulut. Revo hanya mendecak kesal karena diseret-seret seperti ini oleh seorang gadis. Tiba-tiba Aliana berhenti di depan pintu yang kecil dan dirambati oleh berbagai tanaman. Aliana membuka pintu itu dan masuk. Dia mengisyaratkan agar Revo mengikutinya masuk ke dalam. Revo hanya mengkerutkan kening. Dia tidak yakin tubuhnya muat masuk ke pintuk kecil itu. Aliana mengerti dan mengangguk untuk meyakinkan bahwa Revo bisa masuk. Revo menghela napas dan mencoba masuk. Revo harus menunduk serendah mungkin agar kepalanya tidak terbentur tembok.
Revo melihat taman itu dengan takjub. Air mancur yang berdeguk terdapat di tengah-tengah taman. Di pojokan terdapat ayunan putih yang dirambati bunga-bunga kecil. Disana terdapat bangku kayu panjang. Taman Rahasia, pikirnya. Aliana berjalan menuju bangku dan duduk disana. Dia tersenyum dan menyuruh Revo duduk disampingnya. Revo berjalan dan langsung duduk di sampingnya.
"Keren" gumam Revo
Aliana memandang taman itu dengan bangga. "Bagus, kan? Taman ini taman rahasia. Yang tau cuma nyokap sama bokap gue, termasuk gue. Udah lama gue gak ngunjungin tempat ini. Bagi gue taman ini taman terindah dan menyakitkan."
"Menyakitkan? Taman ini mukul lo?"
Aliana tersenyum kecut dan melekatkan pandangannya ke langit. "Taman ini sering gue datengin sama nyokap gue. Kita main bareng disini. Semenjak nyokap gue meninggal, gue jarang ke sini. Kalo gue kesini, gue teringat sama nyokap gue. Dan sebenernya gue belum rela beliau pergi." Bulir mata jatuh dari mata Aliana, segera dia mengusapnya dengan tangannya. "Eh sori, yang tadi anggep aja cuma curhatan."
Tanpa sadar tangan Revo mengusap air mata Aliana. Aliana membulatkan matanya. Revo masih menyentuh pipi Aliana. Hangat tangan Revo menjalar di pipinya yang membuat Aliana merasa nyaman. Revo menarik tangannya dan menatap tepat di manik mata Aliana.
"Jangan nangis. Lo jelek banget kalo nangis gitu. Cantiknya ntar ilang"
Aliana hanya tersenyum tipis. "Makasih. Lo itu nyebelin pake banget tapi baik juga. Bagus juga kalo lo sering baik ke gue"
Revo hanya tersenyum kecil. Kemudian dia mendengar alunan musik dari luar sana. Revo bangkit dan mengulurkan tangannya pada Aliana.
"Ayo"
Aliana mengkerutkan kening. "Mau ngapain?"
"Dansa. Ayo mumpung sepi. Habis dansa kita balik lagi ke luar. Temen-temen lo pasti pada nyariin elo"
Wajah Aliana memerah dan dengan cepat dia menyembunyikan wajahnya. "Gu-gue, ga bisa dansa"
Revo menggengam tangan Aliana dan menariknya. Dia menangkap tubuh Aliana dan melingkarkan tangannya di pinggang Aliana. Wajah Aliana dan wajahnya sangat dekat sampai helaan napas Aliana mengenai wajahnya. Aliana menatap manik mata Revo. Bau tubuh Revo membuatnya berdebar-debar.
"Lo ikutin gue aja. Jangan nginjek kaki gue."
Aliana tersenyum simpul dan meletakkan tangannya di pundak Revo. "Iya, dasar Tuan Sok Ngatur"
######
Aliana membuka pintu dan masuk ke dalam kamar. Dia menutup pintu dan jatuh terduduk memunggungi pintu. Dia memejamkan mata dan tersenyum. Baru kali ini dia mendapat perlakuan dari seorang pria seperti tadi. Perasaan hangat dan berdebar-debar masih bisa dia rasakan. Lengan yang melingkar di pinggangnya pun masih terasa. Wajahnya seketika memerah ketika teringat wajahnya dan wajah Revo sangat dekat. Aliana menyentuh bibirnya, dan teringat bahwa itu tinggal sesenti lagi. Aliana bangkit dan jatuh terlentang di tempat tidur. Malam ini dia akan bermimpi indah.
#######
"Al?"
Aliana membuka matanya dan terlonjak kaget ketika wajah sahabatnya tepat di depan wajahnya. Medy mengkerutkan kening lalu menempelkan tangan ke kening Aliana.
"Lo sakit? Daritadi ngelamun terus senyum-senyum sendiri."
Aliana menggeleng. "Ha, enggak kok."
Medy tersenyum jahil dan menaik-turunkan alisnya. Aliana hanya bisa menatap bingung tingkah sahabatnya itu. Medy menarik kursi agar bisa duduk berhadapan dengan Aliana.
"Ada yang lo sembunyiin dari gue. Cerita. Sekarang."
Aliana diam dan menggelengkan kepala. Tentu saja dia tidak bisa cerita tentang kejadian yang ada sangkut-pautnya dengan cowok itu.
"Gak ada apa-apa, kok. Lo kepo amat dah."
Medy bangkit dan duduk di sebelah Aliana. "Gak asik lo"
Aliana menatap Medy dan membuang muka. "Biarin."
######
Ivan mengetuk-ngetukkan pensil. Dia teringat akan kejadian kemarin malam. Aliana, menatap seorang cowok dengan tatapan yang menurut Ivan berbeda dari biasanya. Ivan mengacak-ngacak rambutnya. Sebenarnya dia belum rela ditolak oleh gadis itu.
Arian melihat temannya dengan bingung. "Van, lo kenapa? Ada masalah?"
Ivan menggeleng. "Gak."
Arian kembali menatap ke depan sambil bertopang dagu. "Lo masih kepikiran sama cowok itu?"
"Gitu, deh" ujar Ivan sambil mengangkat bahu.
"Lo tenang aja. Cowok kayak gitu ga selevel sama Aliana. Aliana mana mau sama cowok kayak gitu."
######
Revo berjalan meninggalkan kelas ketika dia merasa seseorang sedang memperhatikan dia. Ketika menoleh ke belakang, ternyata tidak ada. Revo hanya mengedikkan bahu dan berjalan keluar menuju gerbang. Ketika hampir keluar dari gerbang, dia terdiam.
"Heh, keluar deh lo," Revo berbalik dan tangannya bersidekap. "Gue udah tau daritadi lo ngikutin gue."
Aliana melangkah maju dengan ragu. Sial ketahuan, rutuk Aliana. Revo menatapnya garang sambil membetulkan kacamatanya. Aliana menunduk takut sambil mengepalkan tangannya. Saat dia sedikit melihat Revo, Revo sudah mengambil acang-acang untuk memukulnya. Aliana terlonjak lalu menutup kepalanya dengan tangan. Ternyata cowok itu mengacak-ngacak rambutnya.
"Lo ngapain ngikutin gue?"
Aliana menepuk tangannya meminta maaf. "A-anu, maaf, gue, eh ..."
Revo mencubit pipi Aliana. "Yaudah lah, gue tau kok lo ngefans sama gue. Lo mau pulang, 'kan? Gue anter."
#######
Flashback
"Al, lo mau bantuin gue gak?"
Aliana yang sibuk mengetik sesuatu di hp langsung menoleh. Dia menaruh hpnya di meja. "Bantuin apa?"
Medy mencengkram roknya dan menunduk. "Gue minta lo ... nyari tau tentang dia"
Aliana mengkerutkan kening. "Dia? Revo? Astaga, Med. Kenapa harus gue? Lo juga bisa kan kenalan sendiri sama dia."
Medy menggeleng. "Gak bisa. Gue terlalu malu ketemu sama dia." Medy mencengkram telapak tangan Aliana. "Plis, bantuin gue, Al"
Aliana menatap wajahnya temannya. Wajah itu, wajah yang bisa bikin Aliana rela ngelakuin apa aja buat temannya. Aliana menghela napas dan menepuk bahu temannya. "Oke, deh, demi lo"
Seketika wajah Medy terlihat bahagia. Dia menarik tubuh Aliana dan memelukmya. "Makasih ya, Al. Gue sayaaang banget sama lo"
########
Aliana berdiri di depan pagarnya lalu berbalik. "Makasih, udah nganterin gue."
Revo hanya mengangguk. Kemudian dia meletakkan tangannya di kepala gadis itu dan mengacak rambutnya. Cengiran lebar tercetak disana. "Yaudah gue pulang dulu."
Aliana merapikan rambutnya dan tersenyum kecil. Revo melambaikan tangannya dan dia berlari pergi. Akhirnya gadis itu menyadari sesuatu. Dia jatuh cinta pada lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Prince
Fiksi RemajaAliana Tanuwijaya, gadis yang sudah berjanji akan menemukan jodoh yang seperti pangeran. Sialnya, dipertemukan oleh Revo, cowok menyebalkan yang membuat Aliana berdebar-debar. Dibalik cerita mereka terdapat kisah kelam yang akan mereka hadapi demi s...