"Nah, selesai!"
Medy tersenyum puas melihat hasil kerjanya. Aliana mematut sosoknya di kaca. Wajahnya yang semula sudah cantik bertambah cantik dengan polesan make-up karya Medy. Kelopak matanya bersemburat ungu-putih, ujung matanya ditajamkan dengan eyeliner hitam, tidak ketinggalan bulu mata Aliana dibuat lentik. Pipinya bersemburat pink. Bibirnya diberi sentuhan pink berkilau. Sedangkan bagian wajahnya yang lain, nggak tahu lagi deh diriasi apa. Keseluruhan make up itu natural, tapi entah kenapa kelihatan anggun.
Sedangkan rambutnya yang coklat dikeriting dan dibuat model seperti konde, tapi Medy membiarkan beberapa helai rambutnya digerai sampai bahu. terdapat sedikit kepangan kecil yang dijepit dengan jepit bunga-bunga kecil.
"Wow," kata Aliana kagum. "Bisa juga ya lo buat gue cantik gini."
Medy mendengus. "Lo itu sudah cantik. Dengan sentuhan kecil tangan gue tambah cantik aja deh lo. Ucapan terima kasihnya mana?"
Aliana membalikkan badan menatap Medy sambil nyengir. "Iya makasih sahabatku sayang" ujar Aliana sambil mencubit pipi Medy dengan gemas lalu menarik tangannya kembali.
Medy memanyunkan bibirnya sambil mengelus pipinya yang kemerahan. "Sama-sama tapi gak usah pake cubit segala."
Aliana hanya terkekeh pelan lalu menatap temannya yang sedang senyam-senyum sendiri. Dia memandang temannya itu dan langsung mengetahui apa sebab temannya itu senyum-senyum sendiri. Aliana ingin menanyakannya tapi langsung ia urungkan. Kemudian Medy sendiri yang membuka mulut.
"Kira-kira Revo dateng nggak, ya?"
Lagi-lagi cowok itu. Setiap kali Medy menyebut namanya, entah kenapa hatinya sakit.
Aliana menggeleng-gelengkan kepalanya. Nggak. Revo cuma sebatas teman bagi Aliana, nggak lebih. Dia nggak boleh mengharapkan hubungan mereka. Terutama kalau dia cowok yang disukai sahabatnya sendiri.
"Al, Al!" Medy melambai-lambaikan tangan di depan wajah Aliana. Ia sontak mengerjapkan matanya, tersadar dari lamunannya. "Lo kenapa sih?"
"Eh, gue nggak apa-apa kok. Cuma ngelamun."
Medy menatap sahabatnya penuh selidik. Kira-kira beberapa detik kemudian, ia mengangkat bahu tak peduli. "Ya udah deh. Eh, omong-omong, buruan pake gaunnya. Ntar anak-anak keburu dateng lho."
Aliana mengangguk, dan ia pun melanjutkan berdandan dengan Medy.
***
Ivan menyedok beberapa sendok minuman dan menuangkannya di gelas. Dia menyesap sedikit dan melihat sekeliling halaman rumah Aliana. Dekorasinya serba ungu-putih-pink. Warna kesukaan Aliana. Di ujung-ujungnya terdapat balon-balon. Panggung besar dan megah pun berdiri di sana. Semua tamu dengan senang menikmati pesta itu. Padahal sang tuan rumah dan yang berulang tahun belum muncul.
Salah satu gerumbulan cewek berdiri tak jauh darinya dan sedang berbisik-bisik. Ivan menoleh dan sontak gerumbulan cewek-cewek itu diam. Ivan hanya tersenyum dan cewek-cewek itu langsung histeris. Selalu begitu, batin Ivan. Kemudian dia berjalan untuk menemui teman-temannya dan tidak sengaja menyenggol bahu seorang cowok dengan cukup keras.
"Eh, sori."
Cowok itu menoleh dan hanya tersenyum kecil. Dia menggumamkan sesuatu tidak jelas yang mungkin kata-kata maaf. Cowok itu langsung pergi menuju kerumunan tamu yang sudah menunggu di depan panggung. Ivan tidak familier dengan wajahnya. Apa dia teman satu sekolahnya?
Ivan langsung bergabung dengan teman-temannya. Dia melihat cowok itu lagi dengan seksama. Ya, dia memang tidak pernah melihat wajahnya.
Ivan mencoel bahu temannya. "Bro, lo tau ga cowok itu siapa?" tanya Ivan sambil menunjuk cowok yang ada di dekat panggung.
Temannya mengikuti arah yang ditunjuk Ivan. "Cowok itu? Ah, Revo. Iya, Revo. Teman seangkatan kita. Kenapa?"
"Kok gue ga pernah tau? Wajahnya asing banget"
"Dia dulu sekelas sama gue. Anaknya emang jarang keluar kelas. Makanya kurang populer. Padahal dia lumayan, lho. 11 12 deh sama lo"
Ivan hanya manggut-manggut dan meneruskan meminum minumannya. Kemudian datanglah seorang MC yang hadir di tengah-tengah panggung. Dia menyapa semua tamu dan mengatakan bahwa dia akan memanggil putri yang berulang tahun kemari. Sontak semua tamu berteriak kegirangan. Sang MC menghitung mundur dan pada hitungan terakhir datanglah Aliana. Semua tamu mengelu-elukan namanya. Aliana hanya tersenyum dan melambaikan tangannya. Aliana menatap seseorang dan Ivan mengikuti arah pandangnya. Aliana melambaikan tangannya dan cowok, cowok yang ia tabrak tadi membalas lambainnya.
REVO's POV
Aliana sungguh cantik. Dengan balutan dress putih-ungunya dia tampak begitu mempesona. Aku melihatnya sedang menatapku dan dia kemudian melambaikan tangan. Spontan aku juga melambaikan tangan. Dia lalu menarik wajahnya dan mengedarkan senyumnya ke arah tamu. Sang MC mempersilakan Aliana untuk memberi sambutan. Dengan antusias dia memberi sambutan. Memberi ucapan terima kasih dan sekali-sekali melirikku. Sepertinya para tamu menyadari itu dan mereka melihatku dengan enggan. Mau tak mau aku menunduk.
Aliana mendekati kue besar bertingkat yang sepertinya hanya replika. Kemudian Sang MC menyerahkan sebuah pisau yang juga hanya replika. Aliana mengambilnya dan berpose seperti sedang memotongnya. Seruan dan tepuk tangan menggemuruh. Kemudian dia meletakkan pisau itu kembali dan mengambil mic. Dia mempersilakan semua tamu menikmati pesta itu.
Aku hanya menatapnya sambil tersenyum. Rasanya seperti ikut merasakan kebahagiannya juga. Aliana turun dari panggung dan menemui teman-temannya. Kemudian dia melihatku dan mendekatiku. Aku mengulurkan tangan mengucpakan selamat.
"Met ultah. Bisa ulang tahun, lo?"
Dia hanya nyengir dan menonjok tanganku pelan. "Lo pikir gua apaan? Eh tapi trims, ya"
Aku menatapnya intens. Dia menatapku dan langsung membuang muka. Aku yang melihat tingkahnya hanya tertawa kecil. "Lo cantik"
Aliana hanya melipat tangan dan bicara tanpa melihatku. "Iyalah. Baru tau?"
"Dari dulu, kok. Dari...."
"REVO!"
Aku menoleh dan ternyata seorang cewek memanggilku. Cewek itu mendekat dan berdiri di sebelah Aliana. Aliana tersenyum ketika si cewek itu berbicara sambil sedikit melirikku. Lalu kemudian dia mengulurkan tangannya dan membalas uluran tangannya.
"Hai, Rev. Masih inget gue, kan? Medy, yang dulu pas di karaoke"
Aku baru ingat dia adalah teman Aliana. Agak lupa dengan wajahnya karena tidak pernah bertemu selama di sekolah. Dia masih mengenggam tanganku dan menatapku. Senyum tercetak di bibirnya. Aliana menepuknya dan langsung menarik tangannya.
Wajahnya bersemu merah."Eh, gue dipanggil temen-temen. Duluan, ya" ujar Medy sambil berlalu.
Aliana hanya mengangguk dan gantian menatapku. "Maaf, ya, dia emang gitu kalo liat cowok ganteng. Lupa sama dunia nyata"
Aku tersenyum jahil. "Oh lo nganggep gue ganteng? Makasih ya"
Aliana menendang kakiku dan aku hanya meringis kesakitan. Aku menatap sekeliling dan tersadar bahwa semua orang sedang menatap kami.
"Kayaknya gue harus pergi, deh. Diliat sama banyak orang"
Aliana menggegam tanganku dan menyeretku pergi dari kerumunan.
"Kita cari tempat yang lain aja, ikut gue"
Kayaknya ceritanya agak gak jelas deh maaf lagi buntu soalnyaaa
Part ini dapat sumbangan ide dari adik hehe
Vomment ya biar semangat ngelanjutin!!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Prince
Teen FictionAliana Tanuwijaya, gadis yang sudah berjanji akan menemukan jodoh yang seperti pangeran. Sialnya, dipertemukan oleh Revo, cowok menyebalkan yang membuat Aliana berdebar-debar. Dibalik cerita mereka terdapat kisah kelam yang akan mereka hadapi demi s...