Holaaa 👋
Update lagi🥳🥳🥳
Vote 100++ dan komen yang banyak yaa
Happy Reading
"Rick, Lo udah gila?" tanya Wildan tak habis pikir.
"Kenapa? Ada masalah buat Lo?" ujar Erick balik bertanya.
Wildan memijit keningnya pelan. "Lo gak ngerasa tiga minggu terlalu cepet buat Lo nikahin Aisha? Apalagi dengan kondisinya sekarang yang amnesia. Lo tahu kan kelakuan Lo gini sama aja mempermainkan hidup Aisha."
"Dan Lo pasti tahu kan Wil, gimana terpuruknya gue waktu Aisha pergi lima tahun yang lalu? Gue hanya membalaskannya," ucap Erick dengan entengnya.
Wildan menghela napas lelah. "Ya, gue tahu gimana sakit hatinya Lo atas kejadian dulu. Tapi, Lo tahu kan Aisha pergi gara-gara ulah saudara kembar Lo yang bangsat itu. Lo gak berpikir apa, gimana kalau suatu saat nanti Aisha inget semuanya dan kecewa sama Lo?"
"Aisha gak bakal inget. Kalaupun inget, gue udah ada rencana lain," ujar Erick misterius.
Wildan merasa ada yang tidak beres, apalagi ketika melihat seringaian Erick. "Rick, apa maksudnya dengan Aisha yang gak bakal inget? Lo pasti rencanain sesuatu kan."
"Lo gak perlu tahu."
"Jawab gak Rick," desak Wildan.
Erick berdecak, tahu benar akan watak Wildan seperti apa. "Fine. Gue udah pesen beberapa botol obat penghilang ingatan buat selamanya dari luar."
"LO GILA?" teriak Wildan sampai bangkit dari duduknya. "Gue bener-bener gak habis pikir sama Lo Rick. Lo kayak bukan Erick yang gue kenal. Apa Lo tahu dampak obat itu di Aisha? Apalagi setahu gue, obat kayak gitu belum teruji klinis. Efek sampingnya bakal gede banget Rick. Aisha bisa aja selain kehilangan ingatan selamanya, dia juga bisa kehilangan kejiawaannya Rick. Aisha bisa gila," jelas Wildan berharap Erick dapat tercerahkan.
"Kalau Lo mau balas dendam, seenggaknya jangan keterlaluan gini lah Rick. Nyawa Aisha bisa terancam. Plis, Lo kalo mikir make otak dong," keluh Wildan berharap dapat menyadarkan Erick.
Erick sempat tertegun, memikirkan ucapan Wildan yang ada benarnya. Namun, Erick tetaplah Erick, dia tetap dengan wajah dingin dan pendiriannya. "Lo gak usah ikut campur, ini urusan gue. Gue jadi curiga kalo Lo sebenarnya masih ada rasa sama Aisha," ucap Erick sambil melayangkan tatapan menuduhnya.
Wildan terkekeh tak habis pikir. "Rick, Erick, udah berapa kali gue bilang, kalo gue gak ada perasaan apa-apa lagi sama Aisha. Gue nganggep dia sebagai adik gue. Terserah Lo mau percaya atau enggak," jawab Wildan acuh tak acuh.
"Gue disini sebagai sahabat Lo cuma ngingetin agar Lo gak menyesal nantinya. Pikirin kata-kata gue Rick, demi Aisha dan keselamatannya. Karena gimanapun, gue tahu Lo masih ada rasa cinta sama dia. Jangan sampai nyesel Rick!" ujar Wildan menepuk bahu Erick sebelum melangkah pergi meninggalkan Erick dengan ketermanguannya.
🔥🔥🔥
Kedua mata Aisha bergerak samar-samar secara perlahan sebelum membuka sepenuhnya. Dahinya agak sedikit mengernyit melihat sekeliling dengan bingung. Setelah beberapa menit, akhirnya Aisha sadar dimana ia berada. Melirik jam kecil yang terletak di atas nakas, Aisha sedikit tertegun kala ia menyadari cukup lama dia tertidur. Jam menunjukkan pukul enam sore. Itu berarti Erick belum pulang, masih sekitar satu atau dua jam lagi. Aisha tak mungkin berdiam diri menunggu Erick selama itu. Maka dari itu, ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah itu, ia berencana memasak untuk makan malam nanti.
20 menit setelahnya, Aisha telah bersiap dengan dress rumahan selutunya, yang memang sudah disiapkan oleh Erick. Awalnya, Aisha ragu-ragu untuk keluar kamar ini, tapi setelah menyakinkan diri, ia pun berani melangkah keluar. Aisha berjalan dengan langkah pelan sambil mengingat rute menuju dapur. Untungnya, tak lama ia melihat Raka dan langsung memanggilnya.
"Lho, kak Aisha udah bangun?"
Aisha hanya mengangguk sebagai balasan. "Kakak mau kemana?" tanya Raka seakan tahu pikiran Aisha.
"Mau ke dapur. Bisa tolong tunjukin jalannya? Kakak belum hapal betul jalannya," pinta Aisha yang langsung Raka balas dengan merangkul lengan Aisha. "Tentu dong, ayo Raka tunjukin."
Tak lama kemudian, mereka tiba di dapur. "Kakak mau masak apa?"
"Mmm, makanan favorit Bang Erick kamu tahu apa?" Aisha balik bertanya.
Raka mengetukan dagunya berpikir. "Bang Erick sebenarnya pemakan segala Kak. Dia apa aja juga dimakan kok. Tapi, paling suka sama udang asam manis sih. Setahu Raka itu sih Kak."
Aisha mengangguk paham. "Kamu ada request mau Kakak masakin apa?"
"Spagaghetti Carbonara kak, please," pinta Raka dengan wajah memelasnya.
Aisha mengacak pelan rambut Raka dengan gemas. "Sure, permintaan diterima. Yaudah Kakak mau masak dulu ya."
"Mau aku panggilin Bibi buat bantuin Kak Aisha masak? Aku mau ke minimarket sebentar soalnya, gak bisa liatin Kak Aisha masak."
"Gak usah Raka, kakak bukan anak kecil lagi okay? Kakak bisa masak sendiri."
"Kakak yakin?" tanya Raka meragukan Aisha. Pasalnya dia telah diamanahi Erick untuk menjaga Aisha, dan jika Aisha kenapa-napa, uang jajannya yang akan menjadi korban.
"Of course. Udah kamu pergi aja sana," ujar Aisha mendorong Raka agar segera pergi.
Aisha berkutat di dapur dengan sangat fokus, sampai tidak mendengar langkah kaki orang yang mendekat. "Astaga," ucap Aisha terkejut ketika mendapati sepasang tangan memeluk pinggangnya. "Erick, ngangetin aja sih," ucap Aisha menepuk tangan Erick pelan.
"Rileks aja Ai," bisik Erick mendapati Aisha yang masih tegang, sampai ia berhenti mengaduk masakannya.
Aisha menggigit bibir bawahnya. "Bisa kamu lepasin dulu gak Rick? Aku mau masak dulu," ucap Aisha memohon. Rasa takut masih memenuhi dirinya. Dia tidak terbiasa.
"Kamu harus terbiasa sama sentuhan aku Ai, supaya nanti pas kita nikah, aku ngelakuin lebih dari hal ini kamu enggak kaget lagi," ujar Erick santai.
"Lagian, dulu aku sering ngelakuin hal ini waktu kamu masak gini," imbuh Erick yang tentunya penuh kebohongan. Tidak sepenuhnya bohong si, mereka pernah begini saat berpacaran, tapi hanya beberapa kali saja.
"Malah lebih dari ini. Kayak gini nih," lanjut Erick yang kemudian mengecup kecil-kecil leher Aisha membuat Aisha menggeliat kegelian.
"Rick, udah! Udah! Aku geli," ucap Aisha yang sayangnya bukan membuat Erick berhenti, malah semakin menjadi-jadi. Nafasnya pun terdengar berat akibat perbuatannya sendiri. Tak ingin semakin tersiksa, Erick lalu mematikan kompor dan membalikkan tubuh Aisha agar menghadap kepadanya, sebelum ia mengangkat Aisha dan mendudukannya di dekat kompor.
Raut takut makin tergambar jelas diwajah Aisha, tetapi Erick tak memedulikan hal itu. Dengan mata berkabut, Erick mengelus pelan bibir berwarna pink milik Aisha dan kemudian memiringkan kepalanya, mencium Aisha dengan sedikit terburu-buru. Erick membawa kedua tangan Aisha ke lehernya, lalu tangan kanannya menekan tengkuk Aisha agar Aisha rileks dan ikut menikmatinya. Erick juga mengurangi tempo ciumannya karena ia mau Aisha terbiasa dan traumanya bisa secara perlahan-lahan hilang.
Baru saja Erick hendak pindah ke bagian leher Aisha yang putih menggoda itu, pekikan dari seseorang yang sangat menyebalkan terdengar.
"ASTAGA! Mataku udah enggak suci lagi!" teriak Raka dengan nada dramatisnya. Rasanya, Erick ingin sekali menjitak keras kepala Raka.
Dasar pengganggu!
Gimana part ini?
Erick jahat banget gak si? Kira-kira Erick bakal pakein Aisha obat itu gak ya?
SPAM NEXT YANG BANYAK DISINI!
See you🥳🥳🥳
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Mr Dominant
Romance[Harap follow dulu sebelum baca] |Romance Story| Kelanjutan cerita Aisha dan Erick! Harap baca Trapped With Dominant Guy terlebih dahulu! Erick dan Aisha kembali dipertemukan setelah enam tahun dengan kondisi berbeda. Erick yang merasa telah dicampa...