TIGA

7.6K 490 86
                                    

Udah berapa lama ya, cerita ini gak di-update?

Semoga kalian masih inget!😂😂

SPAM KOMEN YANG BANYAK YA!! SIAPA TAHU AKU JADI CEPET UPDATE 😄

SPAM KOMEN YANG BANYAK YA!! SIAPA TAHU AKU JADI CEPET UPDATE 😄

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini cast Aisha, ada yang tahu ini siapa?

HAPPY READING

"Senang bekerjasama dengan anda, Mr.Bastian." Ucap Erick menjabat tangan Gilbert-partner bisnis dari Singapura.

"Saya juga senang kita akhirnya bisa bekerja sama. Sebagai perayaan, bagaimana kalau kita nanti makan malam bersama, Mr.Erick." Ajak Bastian.

"Saya setuju, tapi bagaimana kalau sabtu depan?" Tawar Erick.

Bastian mengangguk "Baiklah, nanti saya juga akan mengajak putri saya." Ucap Bastian penuh arti, Erick langsung paham akan maksud dari ucapan Bastian. Sudah terlalu biasa bagi Erick.

Erick mengendurkan dasi yang terasa mencekik lehernya, jam sebelas kurang sepuluh menit batin Erick menatap jam tangan mahalnya.

"Wil, jadwal gue setelah ini apa?" Tanya Erick pada Wildan-sekretarisnya. Kalian tidak salah jika berpikir Wildan yang itu? Seriously?

Seribu rius, Sekretaris Erick adalah Wildan alias cowok bertindik. Kok bisa sih? Emang Erick gak tahu, apa yang udah dilakuin Wildan ke Aisha yang berdampak pecahnya hubungan mereka?

Erick, Lo gak mendadak amnesia juga kan? Hey, Erick sadar dan ingat semuanya seratus persen. Soal kenapa Wildan menjadi sekretarisnya? Anggap saja sebagai permintaan maaf akibat perbuatan Kenzo pada adiknya Wildan yang sekarang telah meninggal dunia, tiga tahun lalu.

Memang awalnya hubungan mereka tidak seakrab ini, Erick ingat sekali bagaimana dulu Wildan menyalahkan dan memojokkan dirinya akibat kematian adik perempuannya di rumah sakit jiwa.

"Ini semua gara-gara Lo bangsat! Adik gue jadi meninggal, itu gara-gara Lo." Tuding Wildan tak terima atas perginya sang adik, Hana.

Wildan melayangkan tatapan tajamnya pada Erick yang tengah meringkuk memegangi perutnya, setelah Wildan pukul--melampiaskan amarahnya, tapi Erick hanya diam tak melawan.

"Nyawa harus dibayar nyawa Rick! Gak peduli, Lo pernah jadi temen gue dulu." Ucap Wildan seraya melayangkan pukulannya kepada Erick.

"Ada kata-kata terakhir yang mau Lo ucapin sebelum ajal menjemput?" Tanya Wildan menatap Erick remeh. "Mumpung gue lagi baik hati."

"Kenzo Aarick Alinskie," ucap Erick terbata-bata, menyebutkan satu nama--pelaku sebenarnya.

Wildan terdiam, menunggu Erick melanjutkan ucapannya. "Kakak kembar gue"

"Apa? Kembar?" Ucap Wildan sedikit syok--hanya beberapa detik setelahnya ia berkata "Bullshit! Gak usah ngibulin gue, gak bakalan mempan! Lo pikir gue bodoh hah? Itu cuma akal-akalan Lo aja kan?" teriak Wildan marah.

"Gue bilang yang sejujurnya Wil," jeda Erick mengambil nafas sebanyak-banyaknya--tenaganya habis, Wildan tak tanggung-tanggung dalam menghajarnya.

"Gue udah sering bilang kan sama Lo, kalau bukan gue yang bikin Hana masuk rumah sakit jiwa, tapi Lo gak mau denger" ringis Erick menahan sakit.

"Biarin gue buktiin kalau gue emang punya kembaran. Setelah itu, Lo bebas mau gimana sama gue"

"Anggap aja ini permintaan terakhir gue."

"Fine! Gue kasih Lo kesempatan untuk ngebuktiin" ujar Wildan pada akhirnya memilih mengikuti apa kata batinnya--memberikan Erick kesempatan.

"Rick!" suara Wildan membuat Erick terperanjat--bangkit dari ingatan masa lalunya.

"Jadwal Lo kosong sampai pukul dua nanti. Lo mau jenguk Raka kan?" tanya Wildan mengulang.

Erick menaikkan sebelah alisnya "Raka? Ck, buat ulah apalagi dia kali ini?" decak Erick malas. Padahal belum ada satu bulan sejak Raka dirawat di rumah sakit, sekarang sudah kembali menjadi pasien lagi? Erick tidak habis pikir.

"Paling tawuran atau gak ikut-ikutan turnamen ilegal. Lo kayak gak tahu aja gimana kelakuan Raka" jawab Wildan datar.

"Ck, itu anak gak ada kapok-kapoknya, masih bau kencur aja udah sok-sokan banget. Mana ngeyel lagi kalau dibilangin. Nyesel banget udah mungut dia." ucap Erick jengah sambil bangkit dari sofa yang ia duduki.

"Nyesel ya Rick?" tanya Wildan mengikuti Erick yang masuk kedalam lift. "Kalau Raka tau gimana yah reaksinya nanti?" ujar Wildan sengaja.

"Gak usah mancing di air keruh Wil, Lo mau gue pecat?" ancam Erick.

"Pecat aja! Paling Lo yang ngemis-ngemis minta gue balik." ujar Wildan pongah--merasa menang.

"Dasar bawahan kurang ajar!" umpat Erick, mengakhiri percakapan mereka.

🔥🔥🔥

"Raka ada di kamar yang sama kayak kemarin, Lo gak lupa kan?"

"Gue gak sepikun Lo, betewe." sahut Erick, segera pergi dari hadapan Wildan. Kesabarannya sudah menipis--hampir habis untuk mengahadapi segala tingkah Wildan yang membuat tensinya naik. Wildan dan Raka adalah ancaman terbesar bagi kestabilan tensi Erick.

Perasaan aneh menyelimuti langkah Erick, detak jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya--seperti akan terjadi sesuatu. Erick mengangkat bahunya acuh, mungkin hanya perasaannya saja.

"Oh shit!" umpat Erick dalam hati setelah menabrak seseorang. Firasatnya benar akan terjadi sesuatu.

Erick meringis ngeri kala tiang infus menimpa perempuan itu. Belum lagi jarum infusnya lepas sebelum Erick membantunya berdiri. Tak tahan mendengar ringisan sakit sekaligus kasian akan kondisi pasien ini, Erick langsung bergegas untuk membantu.

Tubuh Erick seperti tersengat listrik, menimbulkan gelenyar aneh kala ia memegang lengan sang perempuan tadi. Apalagi saat perempuan ini mendongakkan kepalanya, tubuh Erick benar-benar kaku--tidak bisa bergerak.

"Aisha." ucap Erick dalam hati--memastikan. Dirinya masih syok sekaligus menunggu reaksi Aisha akan seperti apa.

Detik demi detik berlalu, tapi Erick tidak mendengar satu katapun dari mulut Aisha. Jangankan satu kata, tatapan bersalah atau terkejut pun tidak Erick temukan dalam mata Aisha. Sialan! Dasar wanita tidak tahu malu!

Sontak saja perasaan marah dan kecewa yang ia pendam bertahun-tahun muncul, tidak terima akan kenyataan bahwa Aisha bersikap biasa saja seolah orang asing. Sial!

Tetapi, Erick tetaplah Erick yang dulu, amarahnya sedikit surut kala ia melihat Aisha memegang kepalanya dan mengerang--menahan sakit. "Are you okay?" tanya Erick serak, menahan lebih tepatnya menekan dalam-dalam rasa amarahnya.

Bukan jawaban yang Erick dapatkan, melainkan Aisha yang jatuh pingsan dalam pelukannya. Tatapan khawatir sangat tergambar jelas di mata elang Erick. Namun, itu berkebalikan dengan mulutnya yang malah mengatakan "Dasar menyusahkan" gerutu Erick menggendong Aisha, membawa Aisha dengan langkahnya yang begitu cepat bahkan terkesan terburu-buru. Well, sangat terlihat jelas bukan, seberapa besar paniknya Erick?

Gimana-gimana sama part ini? Erick berubah jadi gengsi ternyata guys...😌

Kira-kira Erick masih cinta gak sih sama Aisha???🤔

Nanti sikap Erick bakal gimana ya ke Aisha? Dingin, judes, cuek atau malah langsung nikahin aja?😂

Kemarin banyak yang komen langsung nikahin aja, kalian setuju?😂

SPAM KOMEN YA?????

OH IYA, KALIAN SETUJU GAK SAMA CASTNYA AISHA??

Married With Mr DominantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang