"kisah kita, Sampai disini"
Gracia berjalan pelan memasuki gedung pernikahan yang sudah di rancang dengan sederhana tapi terkesan mewah.
Hari ini adalah hari yang besar untuk seseorang. Orang yang dulu pernah mengisi seluruh hatinya. Hari ini akan mengucapkan janji sakral yang hanya akan di lakukan satu kali seumur hidup.
hal-hal indah yang dulu pernah ia lewati bersama dengan orang yang pernah mengisi hatinya itu kini benar-benar hanya menjadi kenangan. Tanpa kelanjutan.
Untuk beberapa saat langkahnya terhenti saat melihat sang ibu dari orang itu melihatnya dengan tatapan teduh.
Dengan senyum mengembang Gracia berjalan pelan menghampiri sang mantan ibu mertua.
"Tanteee, apa kabar? Pasti baik banget." Senyum itu tidak pernah luntur dari bibirnya. Berusaha memberikan aura bahagia karena orang yang selama ini bersamanya telah bertemu pasangan abadinya dan menikah hari ini.
"Baik ge, kamu gimana? Mana pacarnya?" Suara lembut yang kini bertanya padanya soal sang pacar.
"Baru putus Tante"
Wajah sedihnya tidak dapat lagi ia bendung. Entah kenapa hatinya kembali sakit memikirkannya.
Sudah beberapa waktu berlalu sejak mereka tidak lagi bersama. Tapi saat orang lain membahas hal yang menyangkut tentang sang mantan, entah kenapa hatinya masih merasa pedih.
Sang mantan ibu mertua yang melihat Gracia tertunduk lesu, menyalurkan tangannya untuk mengusap punggung Gracia dengan lembut, berusaha menguatkan sang anak angkatnya.
"Shan, Mak lu bikin gue makin potek"
Yah, selama ini Gracia saja yang menganggap ibu Shani adalah mertua, namun ibu Shani sama sekali tidak tahu akan hal itu. Dia hanya mengerti bahwa Shani bersahabat dengan Gracia. Dan menganggap Gracia adalah anak terakhirnya.
Hubungan keduanya memang bukan hubungan yang wajar. Mereka adalah sepasang kekasih yang saling mencintai, berawal dari cinta lokasi, berproses menjadi kekasih, dan berakhir karena mereka tau hal sia-sia apa yang sudah lama mereka jalani.
Sampai akhirnya, Shani menemukan pasangan abadinya.
Saat itu Gracia hanya bisa menerima takdir bahwa mereka memang tidak bisa bersama apapun yang mereka lakukan.
Jadi disinilah dia. Pernikahan Shani Indira Natio. Mantan kekasih dalam kehidupan pribadinya dan juga sahabatnya di ruang publik.
"Tante harap kamu bisa menemukan yang lebih baik dari mantan kamu ge" usapan pada lengannya kembali mengembalikan lamunannya.
"Aku harap seperti itu Tante" senyum berat itu kembali tertera di bibirnya.
"Aku juga berharap seperti itu Shan" hatinya bergejolak ingin mengatakan hal itu pada sang ibu mertua. Maaf mantan.
"Tante, aku akan menemui Shani sebentar"
"Ah baiklah. Dia ada di ruang make up, kamu bisa langsung masuk keruang yang ada di lantai atas."
"Baiklah. Aku permisi sebentar."
Dengan helaan nafas berat, Gracia berjalan pelan menaiki tangga,
Menuju rasa sakit yang mungkin akan melekat lebih lama karena melihat sang mantan kekasih mengenakan gaun cantik tapi tidak bersanding dengannya.
____
Shani perlahan menoleh saat mendengar pintu besar itu di dorong pelan.
Matanya sayu, rasa bersalah itu muncul saat wajah gadis yang selama ini mengisi hatinya kini muncul di hadapannya.
Dengan tatapan sendu itu Gracia datang. Berjalan mendekat.
"Kamu cantik." Ungkapan singkat yang Gracia lontarkan mampu menggetarkan hatinya.
"Terima kasih."
Hening beberapa saat tanpa satu katapun keluar dari keduanya.
"Aku ikut bahagia karena kamu udah nemuin orang yang selama ini kamu cari."
Gracia menunduk, mencoba menghilangkan gelisah dengan melihat hal lain.
"Aku harap kalian akan abadi, sampai kakek dan nenek nanti"
Kalimat singkatnya sama sekali tidak di balas oleh Shani. Dia hanya diam mematung mendengarkan suara Gracia yang menggema dalam ruangan.
Tanpa sadar air matanya lolos. Jika boleh jujur hatinya tetap pada pemiliknya. Dia masih sama. Mencintai orang yang kini tengah berdiri di hadapannya.
Tapi semua hal yang dia inginkan tidak bisa dia miliki. Shani sadar akan hal itu. Dan satu-satunya hal yang tidak bisa dia miliki adalah gadisnya. Gracia. Karena itu tidak ada satupun kata yang lolos dari bibirnya untuk membalas ucapan sang mantan kekasih.
"Aku ingin memelukmu untuk terakhir kali sebelum pergi, memegang tanganmu dan mengatakan bahwa tidak apa untuk bahagia bahkan saat dunia ku sedang hancur." Gracia masih tersenyum.
Hal yang dia inginkan berbanding terbalik dengan apa yang dia lakukan.
Kini langkahnya mundur, mencoba memberi jarak lebih lebar untuk mereka.
"Tapi aku takut jika melakukannya, aku tidak bisa lagi melepasmu pergi.''
Kini air matanya tidak lagi ia sembunyikan. Gracia menangis tanpa suara. Hatinya hancur untuk yang terakhir.
"Aku berterima kasih karena pernah ketemu sama kamu, di kasih kesempatan buat milikin kamu meskipun sebentar."
Menarik nafas pelan sebelum melanjutkan.
"Kamu hal paling indah yang pernah aku temui Shan. Aku... Sayang banget sama kamu."
Saat kalimat itu selesai. Gracia tidak lagi berbicara. Untuk beberapa saat matanya kembali menatap dalam mata Shani.
Mengatakan ~aku pergi ya~
Dan sebelum Gracia benar-benar hilang di balik pintu itu.
"Ge, terima kasih. I love u too"
"Ayo bertemu di kehidupan selanjutnya dengan cinta yang sama."
_____
Maaf gaje banget ye 😂
Have good night.
