Winter berjalan pelan menuju perpustakaan sekolah, hari ini ada pengumuman bahwa jam pelajaran akan kosong selama 3 jam karena ada rapat mendadak untuk festival sekolah.
Sementara guru dan OSIS sedang sibuk mendiskusikan banyak hal, gadis mungil ini sedang berusaha menenangkan pikirannya dengan membaca buku di perpustakaan.
Winter butuh tempat yang tenang dan damai, dan perpustakaan adalah opsi terbaik sejauh ini. Dia tidak ingin bertemu siapapun, tidak ingin bertatap dengan siapapun, winter ingin sendiri, menenangkan hatinya yang gundah karna satu dan dua hal.
Ada satu tempat favoritnya di perpus, di lorong ketiga, dengan satu meja dan dua bangku, jendela kecil beserta pot bunga di sana. Tempatnya menyendiri di temani oleh sahabat kecilnya 'karina'.
Tapi hari ini..
Khusus hari ini, winter akan duduk sendiri. Tidak dengan Karina, tapi dengan pikiran mengenai gadis itu.
Setelah berjalan beberapa saat sambil membawa buku yang belum selesai ia bawa, winter mulai duduk di bangkunya. Meletakkan buku yang ingin dia baca di sisi kiri meja, lalu menyandarkan kepalanya di atas meja tepat sebelah kanan bukunya.
Moodnya untuk membaca hilang, di gantikan dengan banyak pikiran yang mengganjal hatinya.
Tentang Karina.
Ya.. winter memikirkan sahabat yang sudah 13 tahun ini menemaninya. Winter berpikir jatuh cinta pada gadis itu mungkin adalah suatu kesalahan.
Winter memejamkan mata, mencoba menghipnotis dirinya sendiri, untuk tetap tenang dan berdamai dengan keadaan.
Menerima bahwa Karina tidak lagi sendiri, menerima bahwa sahabatnya, orang yang dia cintai kini sedang dekat dengan seseorang.
Rasa resah itu datang, rasa sesak dan cemburu yang winter rasakan tidak dapat ia bendung begitu saja.
Winter ingin Karina, winter ingin memiliki gadis itu untuk dirinya sendiri, menggenggam tangan halusnya, menciumnya setiap saat dan memeluknya saat dia sedang resah seperti ini.
Setelah karina sudah punya tambatan hatinya, moment itu akan hilang. Dan winter akan kembali sendiri seperti sebelum-sebelumnya.
"Arghhh.. memikirkannya.."
"Hanya membuat kepalaku semakin pusing"
Dengan berat winter mengerang dan membuka matanya.
Dan saat itu kedua mata itu bertemu. Tatapan meneduhkan itu kembali menyapa retinanya.
"Karin?"
Karina dengan lengkungan tipis di bibirnya menatap winter penuh.
"Hm" hanya gumaman singkat yang ia dapat
" Kenapa di sini?, Bukannya kamu ke kelas sebelah menemui pacarmu?" Tanya winter dengan suara pelan.
Hatinya berat menerima hal itu.
Seketika senyum Karina mengembang. Dia tau apa yang winter pikirkan.
"Win~"
"Winter"
Tak ada jawaban.
"Winterrr"
"Hmm"
"Jadi pacar aku ya"
Dan seketika itu matanya membulat. Winter bangkit dari tidurnya
berusaha untuk mendengarnya lebih jelas lagi.
Dengan wajah cengonya winter tidak lagi bisa berkata apa-apa.
"Kamu denger aku kan?" Tangan Karina kini terangkat, melingkup kedua pipi winter dengan tangan mungilnya.
"Kamu mau kan jadi pacar aku win?"
"Bukannya kamu-"
Kalimat winter seketika di potong oleh Karina
"Orang yang deket sama aku, orang yang aku suka, orang yang pengen aku gengam tangannya, pengen aku peluk dan pengen aku jaga setiap waktu. Itu kamu Kim. Gak ada yang lain"
Jemarinya kini membelai lembut pipi halus winter, berusaha menyalurkan rasa nyaman untuk mereka berdua.
"Semua orang tahu hal ini, kecuali kamu"
Dan dengan senyum yang mengembang, Karina berdiri, sedikit membukkan badannya untuk meraih bibir mungil itu untuk ia kecup.
chu~
Kecupan manis itu berhadiah pipi merona gadis yang lebih muda.
"Jadi?"
Karina kembali bertanya dengan tatapan menunggu.
"Kamu udah cium aku, dan aku gak nolak itu."
Winter kini berdiri, menggenggam tangan yang tadi membelai pipinya lembut. Menariknya pelan menuju sebuah pelukan hangat.
"Aku ... Juga mencintaimu yooji~ah"
...
Hai. Winrina lagi menang di hati gue karena interaksi mereka yang lembut. Gue mungkin bukan penulis yg baik ya, tapi gue harap cerita yg gue bikin bisa sedikit ngehibur kalian yang baca. Gk banyak, tapi gue beruntung karena setidaknya beberapa dari kalian menghargai apa yang gue tuang di akun ini.
Thank you gaes :)
