O4

0 0 0
                                    

tiada hari tanpa masalah.

tiada hari tanpa hukuman.

tiada hari tanpa ocehan.

tiga kalimat itu berputar dalam kepala nya. sudah menjadi pinned di dalam kamus pribadi milik Aby.

seperti sekarang ini. dia berada di ruang BK bersama dengan Tama, Raffa, dan Dewa. terlibat masalah dengan ketiga lelaki menyebalkan itu benar-benar tidak ada di dalam list rencana nya.

masalah nya berada karena ia dituduh ikut merokok di belakang sekolah bersama dengan Raffa dan Dewa. sedangkan Tama hanya ikut menemani kedua teman nya membolos. Aby bertemu mereka bertiga ketika sedang mencari hiburan disela bosan nya pelajaran matematika.

"kamu itu perempuan, Aby. nggak sepantasnya kamu bergaul dengan laki-laki, apalagi sampai ikut merokok. bolos di jam pelajaran juga salah!" lagi bapak berkumis itu terus mengoceh.

"udah aku bilang, aku nggak ikut ngerokok." sahut Aby santai. seperti biasa di mulut gadis itu terdapat permen karet yang ia kunyah.

"lalu? untuk apa kamu berada disana bersama Tama dan dua temannya? jual diri?" suara sinisan itu berasal dari mulut bu Fiska. guru yang dikenal cerewet, dan naksir Tama sejak cowok itu menginjak bangku kelas 10.

Aby menampilkan senyum miring nya, "kalaupun iya, ibu nggak bakal sanggup bayar nya."

pak Dharma melotot kaget, "apa maksud kamu, By!"

Aby mengedikkan bahu nya acuh.
"membolos dan merokok, hukuman apa yang pas untuk kalian berempat?" ucap pak Dharma sambil memijat kening nya pening.

"Aby nggak ngerokok." suara Dewa terdengar.

"oh ya? kalau memang benar kamu nggak merokok, kamu berani bersumpah dengan pukul Tama, Raffa, dan Dewa disini?" ujar bu Fiska.

guru itu terlihat misuh-misuh, menampilkan senyum sinis nya karena yakin Aby tidak akan berani melakukan hal tersebut. jika iya, maka gadis itu bisa di D.O karena jelas Raffa pasti akan mengadu pada kedua orangtua nya.

Aby melirik Tama di samping nya dengan sekilas. smirk tipis tercetak jelas di wajah nya. Aby maju selangkah dan berbalik, menghadap Tama dengan polos dan bergumam lirih dengan isyarat, ‘maaf.’ lalu...

BUGH!

wajah Tama terlempar kesamping, bersamaan dengan kuatnya bogeman mentah yang mendadak gadis itu layangkan.

BUGH!

BUGH!

bu Fiska dan pak Dharma membelalakkan mata terkejut. Aby???!?

Aby kembali berbalik, menatap bu Fiska dan pak Dharma dengan datar.
"kalau setelah ini aku di D.O, aku nggak akan segan buat bilang kalau ini perintah bu Fiska yang terhormat. aku yakin cctv disini berguna dengan baik." kata Aby seraya melirik salah satu cctv yang terletak di pojok ruangan.

"sakit bego." desis Dewa menyentuh permukaan kulit wajah nya.

"so sorry. lu bisa minta bu Fiska buat obatin, kalau lu mau. permisi." Aby melangkahkan kaki nya keluar dari ruang BK. menghiraukan tatapan shock dari bu Fiska dan umpatan yang dilemparkan Raffa serta Dewa.

namun jauh dari batin Tama yang paling dalam, ia merasa sedikit bangga, karena gadis itu berani memukulnya demi membela diri. tanpa kata lelaki itu ikut keluar dari ruang BK, diikuti Raffa dan Dewa dari belakang.

00.00

"lu beneran gila!" desis Dewa saat lelaki itu sudah mendaratkan pantat nya dengan sempurna di salah satu kursi kantin. disana ada Aby yang duduk anteng sambil meminum es teh manis milik nya.

Retama.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang