×B A G I A N T I G A×

61 6 0
                                    

Sama sama meletakan kotak makanan mereka ke atas meja, menengguk jus mangganya beberapa tengguk Aditsya menatap mata Alex pelan.

"Gimana cafe Lex?"

"Baik, yahh kaya biasa? Kenapa tumben banget kamu nanya soal kafe Hanny?" Cowok itu balas bertanya dengan tangan yang kembali mengusap kepala Aditsya lembut.

"Enggak. Syukur kalau baik. Kapan kapan aku mampir ya" Alex mengangguk membiarkan tanpa sadar mereka mendekat secara perlahan sebelum dengan lembut saling mengadu bibir dengan decapan lembut yang berubah menggila seirama dengan remasan tangan Alex yang menarik pinggang Aditsya agar berada pada pangkuannya.

Memasuki rumahnya dengan perlahan, Caroline baru saja ingin memanggil sang Kakak saat melihat motor milik Alex di depan rumah. Namun pemandangan dua orang yang tengah saling mencumbu di ruang tamu yang dia liat berhasil membuatnya mengurungkan niat untuk berteriak dan berakhir melangkah dengan tergesa menuju kamarnya sebelum menutup pintu kamar keras. Tak mau perduli pada kegiatan di ruang tamu yang mungkin akan terhenti oleh suara bedebum yang mungkin terdengar.

Aditsya yang mendengar suara keras dari atas seketika mendorong dada Alex memaksa ciuman mereka terhenti dengan Alex yang mengulas senyum namun tidak dengan mata cowok itu yang menyiratkan ketidak relaan.

"Cukup Lex" Alex masih tersenyum dengan tangan yang mengusap sudut bibir Aditsya hingga wajah cewek itu.

Aditsya menatap Alex dalam dengan tangan yang ikut terulur untuk mengusap rahang cowok itu dan entah bagaimana lagi caranya bibir mereka sudah kembali menempel dengan decapan yang kembali berulang ulang terjadi sebelum suara dering panggilan dari dalam tas Aditsya memaksa ciuman mereka untuk benar benar terhenti.

Aditsya dengan cepat mengulurkan tangannya guna mengangkat telfon dan mengisyaratkan cowok yang masih memangkunya agar tak bersuara lewat isyarat tangan. Dengan patuh Alex tak berkata sedikitpun selain memeluk tubuh Aditsya yang berada di atas pangkuannya. Mendekap tubuh yang dia rindu dengan erat.

Mengangkat kepalanya dari dada Aditsya, Alex menatap cewek yang berada di pangkuannya itu penuh tanya. Saat melihat raut tak enak juga bingung di wajah Aditsya.
"Kenapa Hanny? Ada masalah, siapa yang nelfon?" Aditsya menghembuskan nafasnya pelan sebelum menatap Alex tak enak.

"Lex, kayaknya aku harus pulang sekarang deh. Aku lupa kalo aku punya janji sama temen hari ini dan dia barusan nelfon kalo dia udah ada di rumah aku sekarang. Hmm kamu gak papa kan?" Alex kembali memasang senyum berbanding terbalik dengan sorot mata cowok itu yang menyiratkan ke enggan.

"It's oke Hanny. Kita bisa ketemu lain kali kan?" Aditsya mengangguk membenarkan.

"Kamu serius?" Cowok itu mengangguk.

"Yah udah gih. Apa mau aku anter?" Aditsya menggeleng pelan.

"Aku bawa mobil" Aditsya beranjak dari pangkuan Alex mengambil tas nya dan mulai melangkah menuju pintu dengan Alex yang mengekori di belakang.

"Aku pulang ya. Aku janji bakal kesini lagi dan mungkin nginep tapi kalo gak ada adek kamu itu" Alex mengangkat satu alisnya heran.

"Loh kenapa?"

"Masih sebel aja sama adek kamu itu. Udah ahh aku pulang ya?" Alex mengangguk tau betul kalau wanitanya memiliki hubungan yang tak terlalu baik dengan sang adik. Walau begitu Alex tau Aditsya cewek yang sopan bisa di buktikan setiap kali cewek itu berada di rumahnya saat Caroline ada ceweknya itu tak pernah memperlakukan ataupun bersikap buruk terhadap sang adik. Mungkin memang adiknya saja yang terlalu berlebihan.

"Iyah" mencium sekilas kening Aditsya lembut Alex membiarkan cewek itu berlalu menuju mobilnya sebelum menyalakan mobil dan meninggalkan kediamannya dengan lambaian tangan dan senyum yang selalu indah.

Dengan sedikit teriakan Alex berkata 'hati-hati' sebagai pengiring mobil Aditsya yang melaju cepat. Meninggalkannya yang masih berdiri didepan rumah menatap kosong pada jalan yang baru saja di lintasi mobil wanitanya itu. Sebelum dengan cepat dia berbalik, membanting pintu dan melangkah cepat menuju kamar sang adik.

_____________

See you
💚

Tak Tuntas - Alexander JhonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang