Chapter 1: Penyewa baru

5 0 0
                                    

Pria itu menatap isi rumahku, tatapannya menyelisik seolah melihat apa saja yang ada di rumahku. "Bagus juga," kata pria berambut cokelat itu kepadaku. "Hm ... karena kebetulan aku sedang mencari rumah untuk kusewa, berapa harganya untuk setahun?"

"A-ah." Aku sedikit terbata, tak menyangka dia langsung bertanya soal harga yang akan kuberikan. "Karena aku juga tinggal di sini dan rumahku sudah terisi perabotan, hm ..." Aku berpikir sejenak, kemudian menatap pria tinggi tersebut. "Kurasa tujuh juta setahun cukup?"

Pria itu mengerjap. "Kukira harganya sampai sepuluh juta keatas?" Aku terkekeh pelan, sedikit canggung.

"Aku juga tinggal disini soalnya?"

"Baiklah," katanya, "aku ambil."

"Eh?" Pria itu mengangguk, kemudian memintaku mengambilkannya surat perjanjian sewa. Tentu saja, aku segera mengambilkannya, dan dia langsung menandatanganinya.

"Besok barang-barangku akan sampai, sekalian aku membayar biaya sewanya. Ah ya, biaya air dan listriknya bagaimana?" Segera kumenjawab, kalau biaya listrik akan dibagi dua.

Aku pun bertanya,"Sampai hari ini, aku belum tahu namamu. Kita sudah kenal selama seminggu, tetapi aku terus saja memanggilmu 'mas', namamu siapa?"

Pria itu menatapku. "Ken, Ken Watanabe."

"Orang Jepang?" tanyaku memastikan.

Dia mengangguk, bertanya balik kepadaku, "Memangnya kamu kira aku orang mana?" Lagi-lagi aku tertawa canggung, kemudian aku menjawabnya dengan aku mengira dia adalah orang Indonesia.

"Tidak, gadis aneh, aku orang Jepang asli, asalku dari Osaka."

-000-

Nora menatap barang bawaan pria itu. Tidak banyak, hanya sekitar dua atau tiga kardus besar, serta sebuah kardus kecil dan beberapa koper. "Ini aja?" tanyanya.

Ken mengangguk. "Iya, memangnya apa yang kau harapkan? Ratusan kardus?" Nora menggeleng.

"Nggak sih." Gadis berambut hitam itu berjongkok di sebelah Ken. "Aku boleh ikut melihat isinya?" tanyanya. Ken hanya mengangguk, seolah memberi ijin si gadis untuk melihat. "Wah, boneka daruma. Ini bisa ngebunuh orang?"

"Ha?" Ken menoleh dan menatap Nora dengan tatapan aneh. "Membunuh? Tidak, ini hanya hiasan pemberian Ibuku." Nora hanya mengangguk mendengar penjelasan pria itu.

"Soalnya ada film horor yang make boneka itu sih, kalau nggak salah judulnya 'Kami-sama no iu toori'? Aku lupa apa pastinya." Si gadis bermata cokelat tua itu melihat lagi ke dalam kotak kardus barang-barang milik pria yang akan tinggal bersamanya. Tatapannya berhenti di sebuah kotak nendroid. "Nendroid?" Gadis itu mengambil kotak nendroid yang ada di dalam kardus. "He? Bukan nendroid toh ..." Nora menghela kecewa. "Hanya boneka teru-teru bozu ..."

"Iya, sekarang berhenti menggangguku agar aku bisa membereskan semua ini dengan cepat!"

"Iya deh Ken ..."

-000-

Dua hari berlalu setelah kedatangan Ken. Nora menguap lebar di hadapan buku pelajarannya yang sangat tebal. Ia merasa sangat mengantuk, ya, sepanjang malam gadis itu bekerja membuat pesanan kliennya.

Ken yang duduk tak jauh darinya menoleh, tentu saja pria itu merasa sedikit terganggu dengan suara Nora. "Ada apa?" tanya si pemilik netra cokelat muda tersebut dengan nada kesal yang sedikit kentara. Nora menoleh, menatap orang yang menanyainya.

"Ngantuk," sahut gadis berambut hitam itu pendek.

"Belum juga lima menit." Ken menyeruput teh yang berada di atas meja. "Malas sekali, romusha sana."

My Annoying TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang