"Alip, Rara laper!" rengek gadis cantik itu yang sedari tadi menggonyang goyangkan lengan Alip, persis seperti anak kecil yang sedang merengak minta dibelikan mainan kepada ayahnya.
"Ya makan lh, itu didapur ada nasi sama ayam goreng," jawab Alip tanpa mengalihkan pandangannya.
"Tapi Rara maunya ro.." ucap Rara terjeda karna Alip sudah terlebih dahulu menyela.
"Apa, roti lagi, hah!" sela Alip dengan nada suara yang sedikit meninggi seperti membentak.
Alip yang melihat Rara dengan mata berkaca-kaca itu langsung panik, dengan tak sadar ia telah membentak gadis itu.
"Mampus mewekkan anak orang." Alip membatin.
"E-eh maksutnya lu harus makan nasi juga Rara, engga makan roti mulu!" jelasnya sambil membawa gadis itu dalam dekapannya.
"Hiks hiks, tadi Alip bentak Rara ih, Alip jahat," lirih Rara yang berada didalam dekapan Alip.
"Huft" Alip menghela nafas, "ya udah ayo beli," Alip mau tidak mau harus mengalah dengan gadisnya itu.
"Beneran?" tanya Rara memastikan.
"Hm, tapi itu gak gratis" bisik Alip kepada Rara yang masih berada dalam dekapannya.
Rara mendongak keatas, dengan mata berkaca-kaca, "Tapi kan uang Rara udah abis buat beli album kemaren."
"Siapa bilang bayar pakek uang?!" ketus Alip melepaskan pelukannya dari Rara.
"Lu kira gue semiskin itu gak bisa beliin lu roti, mau beli sepabriknya pun gue ga bakalan bangkrut," cerocos Alip sembari menyelipkan rambut Rara kebelakang telinga.
"Terus harus bayar pakek apa dong?" Rara bertanya dengan suara isak tangis yang mulai mereda.
"Mau tau?" mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Alip, Rara langsung mengangguk dengan semangat.
Bukan menjawab Alip palah mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Rara yang hanya sebatas dadanya. Alip mendekatkan wajahnya yang kini hidung mancungnya bersentuhan dengan hidung mancung Rara. Melihat merilaku Alip, Rara spontan menutup kedua matanya rapat-rapat, Alip yang melihat tingkah Rara hanya berkekeh pelan. Sementara Rara yang masih bergulat dengan pikirannya dan detak jantung yang terasa lebih cepat.
"Ih, Alip mau cium Rara?, tapi kok ga dicium cium sih?!" Rara hanya bisa membatin dengan mata yang masih terpejam.
Tak ada gerak gerik Alip ingin menciumnya, Rara perlahan membuka kedua matanya yang langsung menampakkan wajah tampan milih Alip yang hanya berjarak satu cm.
Alip menarik tengkuk Rara lalu mengucup bibir Rara, perlu digaris bawahi hanya mengucup. Rara merasakan ada benda kenyal menyentuh bibirnya ia langsung melolotkan matanya dan tidak sadar ia mengalungkan tangannya keleher Alip.
Alip tidak menyia nyiakan kesempatannya, ia meraih pinggang Rara dengan satu tangannya dan satunya lagi untuk menahan tengkuk Rara. Alip yang semula hanya menyucup kini ia sedikit melumat bibir ranum Rara.
Melihat Rara yang terus saja memukul dadanya menandakan ia kehabisan nafas, akhirnya Alip menyudahi aktif yang semulanya hanya mengucup.
Mengambil nafas dan Alip mengelap bibir Rara yang kini sedikit membengkak karna ulahnya.
Alip berjalan keluar meninggalkan Rara yang sedang mematung ditempat.
"Ih Alip tadi cium Rara?" tanyanya kepada dirinya sendiri dengan tangan yang terus saja memegangi bibir yang baru saja bersilaturahmi dengan bibir Alip.
"Woy bocah, jadi beli roti gak!?" teriak Alip dari lantai bawah.
Mendengar teriakan Alip, Rara tersadar dari lamunannya yang langsung berlari kelantai bawah menenui Alip.
KAMU SEDANG MEMBACA
My boyfriend galak
Fiksi Remaja••• Maira Kanti Atmaja. Cewe polos plus bego yang tiada hari tanpa roti. "Alip itu nomor tiga, yang pertama itu bunda, yang kedua itu roti, nah yang ketiga itu baru Alip." Arkana Alip baskara. Cowo galak yang punya dendam kesumat dengan roti, yang b...