12

17.5K 1.8K 407
                                    

Mavi menekuk bibir. Di sana Zaskiel kecil tertawa sembari mengulum jempol kakinya.

"Beraninya kau mempunyai wajah yang sangat tampan melebihi diriku! Bagaimana jika istriku nanti suka pada mu? Dan aku akan di campakkan seperti bungkusan roti yang tidak berharga". Omel Mavi. Mata Zaskiel mengerjap lucu membuat hati Mavi berdenyut.

"Ugh. Menyebalkan!" Ayah satu anak itu mengambil pita dan mengikat rambutnya. Ia berjalan memutari ranjang. Ia membelakangi Zaskiel.

"Dengar ya, aku tidak peduli dengan kisah cinta kakek ku yang terdahulu. Aku harus menjadikanmu anak yang baik dan penurut. Hentikan semua omong kosong dalam mimpiku, atau aku akan membuangmu." Ucap Mavi bersedekap. Mata bulat Zaskiel perlahan redup dan berpendar menjadi warna merah. Balita itu terlihat sangat tidak senang.

"Aku tidak peduli jika kau membunuhku atau menenggelamkan ku. Atau mungkin kau akan menguliti ku hidup-hidup. Yang pasti aku tidak akan bernasib sama seperti kakek. Sungguh dongeng yang konyol."

Entah kenapa Mavi merasa sangat kesal. Apakah ini yang dinamakan baby blues? Perlahan aura hitam menguar dari punggung Mavi yang membuat suasana kamar menjadi remang dan akhirnya menggelap. Mavi bertambah berang.

"Apapun yang kau lakukan hentikan sekarang ju_"

BRUKK

Tubuh Mavi terjatuh tepat ke atas ranjang. Badannya terasa kaku dan kebas. Ia merasakan dua buah tangan menangkup pipinya. Sebuah bisikan mantra terdengar.

"Ngmhh..mmm_" Mavi menggeliat. Hidungnya menangkap aroma laut yang tenang.

'Csitro varus daveldeda hyanum foicrsa'

Mavi merasa mengantuk. Ruangan kembali terang. Dalam pandangan buramnya, Mavi melihat sesosok anak kecil tersenyum lebar.

"Mama" kata itu meluncur dari kedua belah bibir anak itu.

Mavi menutup mata. Ia tertidur lelap.

🦈🦈🦈🦈

Ralph membelai rambut Feron dengan lembut. Ia kembali mengecup bibir ranum itu.

"Hentikan! Kau memalukan." Feron menepis tangan Ralph. Ia menuruni ranjang dan mengambil selimut yang terjatuh. Sebenarnya ia hanya merasa malu. Wajahnya memanas. Perutnya seolah diterbangi ribuan kupu-kupu.

Ralph memasang wajah kecewa.

"Etann" rengeknya.

"Ck. Jangan sok manja dasar harimau berbulu" Feron berjalan menjauh dan membanting daun pintu.

"Ahh apa yang kulakukan." Feron menutup wajahnya.

Sepeninggal Feron, Ralphiel diam membisu. Iris matanya berubah.

"Keluarlah Yang Mulia." Suara geraman terdengar.

Seorang anak kecil berumur 7 tahun muncul entah darimana. Ralph memasang posisi siaga. Wajahnya mulai ditumbuhi bulu halus. Kedua telinga runcingnya berdiri tegap.

"Hn." Anak itu menyeringai.

"Grrr..menjauh dari istriku! Jangan pernah mengusiknya lagi. Dia bukan lagi sosok yang dulu. Dia telah terlahir hanya sebagai manusia biasa, Zaskiel"

"Hn. Apa kau yakin itu adalah *dia*? Jika memang benar, sudah ku bunuh lelaki itu dari awal." Zask yang telah bertumbuh dengan pesat duduk di atas sofa. Mata merahnya menyorot tajam. Dengan wajah angkuh, Zaskiel menyilangkan kaki.

"Grrr.." Ralph tidak menjawab. Sebenarnya Ia merasa sedikit ragu. Namun, tato bunga dan aura Feron sangatlah persis seperti istrinya. Tubuhnya perlahan kembali seperti sediakala.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mon Garçon SirèneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang