Mavi merasakan kehangatan menyelimuti tubuhnya. Ia melihat anak kecil berumur 7 tahun tengah memetik bunga di pinggir danau. Mavi mengabaikannya dan pergi. Namun sebuah tangan mungil menggenggam tangan miliknya.
"Mama.."
Mavi terkejut. Ia menghempas tangan kecil itu.
"Jangan memanggilku dengan sebutan menjijikan itu. Aku bukan ibumu." Mavi berbalik pergi. Lagi-lagi tangannya digenggam.
"Mama. Ini aku."
"Sudah ku bilang jangan memanggilku seperti itu!" hardik Mavi. Ia mendorong anak kecil itu. Mendadak tubuh Mavi oleng ke belakang. Kini suasana berubah. Mavi tenggelam di dalam air. Mavi yang mengira Ia bisa bernafas, membuka mulut. Seketika air menyeruak masuk memenuhi lambungnya. Mavi menggeliat di dalam air. Ia tercekik.
"Mama. Apa kau membenciku?"
Mavi menggelengkan kepala dan menjulurkan tangan meminta pertolongan. Wajah anak itu terlihat sangat senang. Ia berenang di sekitaran Mavi dengan gembira. Ekor biru besarnya menimbulkan buih-buih air.
"Hnghhh.. Hmm.." Mavi melemas. Tubuhnya tenggelam. Suara tawa anak itu menari di telinganya. Mavi membuka mata. Terlihat iris birunya menjadi merah lalu menghitam. Matanya berkedip. Ia berada di atas pasir putih. Matahari bersinar dengan lembut di atasnya.
"Mimpi lagi?" gumam Mavi.
"Mama!!"
Mavi menoleh. Tidak ada siapapun di sana.
"Mama!! Di sini!"
Kembali Ia menolehkan kepala. Lagi-lagi tidak ada siapapun. Mavi mengubur wajahnya di lutut dan menutup telinganya erat. Suara itu bergema tiada henti. Seorang anak yang terus memanggilnya Mama.
"Mama jangan takut. Aku di sini."
Cahaya biru menyeruak keluar memecahkan bola hitam yang melingkupi Mavi.
****
Feron tertawa geli melihat Ralph kesulitan menggendong Zaskiel.
"Jangan menggigitku! Kau bukan anjing." Ralphiel mendorong wajah Zaskiel menjauh dari tubuhnya.
"Akh. Tolong aku Etan. Dia menggigitku lagi. Sakit sekali." Ralph merengek. Air mata menggantung di sudut matanya.
"Xixixi rasakan itu. Ayo Zaskiel, aku mendukungmu." Feron menatap pertengkaran keduanya sembari menikmati camilan kentang yang Ralph buatkan khusus untuknya. Feron akui rasanya sangat enak dan pas dilidah.
"Bababa.. Gugugu.." Zaskiel seolah bersorak gembira saat Feron mendukungnya.
"Jangan di sana aaww.. Bahuku."
"Bwahahahaha.. Hajar dia! Rasakan itu siluman jelek. Ayo, tampan. Hancurkan dia."
"Hiks.. Kenapa kau jahat padaku Etan.." Feron menjulurkan lidah. Ia melanjutkan kegiatannya seolah tak peduli dengan Ralphiel.
"Etan! Aku berjanji jika kau mengambil duyung nakal ini, aku akan membuatkan mu camilan baru!!" Feron menoleh dengan semangat. Ia meletakan mangkuk kentang miliknya.
"Okay. Deal!" bukan tanpa alasan Feron menyetujuinya. Masakan Ralph sangatlah enak. Ditambah lagi, Ralph tidak akan bisa mengganggu tidur siangnya nanti.
"Kemari sayang. Good boy."
Feron mengambil Zaskiel yang tertawa.
"Aw menggemaskan."
Ralph menghela nafasnya lega.
"Apa yang kau tunggu?! Buatkan cepat."
"Sekarang?" Ralp menunjukan wajah memelas. "Aku capek." lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mon Garçon Sirène
Mystery / ThrillerMavi Eyfili. Pria 20 tahun yang bekerja di sebuah bank. Mavi tinggal sendirian di sebuah rumah peninggalan orangtuanya yang cukup besar dengan sebuah danau di belakang rumahnya. Mavi mempunyai kebiasaan unik. Sejak mendapat pelecehan seksual, Mavi...