"Astaga!!!"
Mavi tertawa terbahak-bahak. Ekspresi pamannya sungguh di luar dugaan. Pucat pasi dengan mata berair.
"Bwahahaha maaf uhuk maafkan aku paman.." Mavi terus tertawa terpingkal-pingkal. Feron menarik napas dalam.
"MAVI!!"
"Waa.. Ampuni aku paman!!"
Mavi meneguk susu terakhirnya. Ada tiga gelas susu di atas meja yang semuanya sudah tandas. Feron mendekati Mavi dan mengambil gelas-gelas itu. Ia membawanya ke tempat cucian piring.
"Paman~masih marah ya?"
Feron hanya diam. Ia tidak berbicara sepatah katapun. Bahkan beberapa kali Ia menjatuhkan perabotan makan karena melamun.
"Paman! Kalau tidak bicara aku tidak akan menemanimu tidur." Ancam Mavi. Feron tetap tidak bergeming. Perilakunya terlihat aneh. Mavi membuang muka dan berjalan menghentak kan kaki. Mavi berencana masuk ke kamar dan mengunci pintu. Berniat balas dendam karena di acuhkan.
"ARGGH.." Mavi tersentak.
"Paman?" Dengan susah payah Mavi berlari kembali menuju dapur. Sesampainya di sana, Ia melihat pamannya terbatuk-batuk dan menangis sesenggukan. Feron beringsut ke sudut dapur dengan menutup telinganya.
"Paman.. Paman.. Ada apa?!"
"Menjauh!! Ku bilang pergi hiks.. Pergi_" Feron lunglai ke lantai saat Mavi melihatnya.
Pingsan.
Mavi panik sendiri. Ia memanggil manggil Ron dan teman-temannya yang sedang berjaga di luar.
"Ada apa tuan Mavi? Astaga! Bos!" Ron maju dan berniat mengangkat tubuh Feron. Belum sempat Ron menyentuhnya, Ron mendadak terpental menabrak temannya di belakang. Mavi tercengang.
"Ada apa ini?!"
"Ugh. B-Bos.. Dia tidak bisa di sentuh. Tubuh saya terasa kebas dan panas sesaat sebelum terlempar."
Mavi mencoba memperhatikan keadaan pamannya. Ia kemudian menyadari sesuatu.
"Rambut paman mulai memutih. Apa dia akan menua? Tapi wajahnya baik-baik saja," Gumam Mavi.
"Apa kah ada orang yang menua secepat itu?" Mavi bertanya dengan telunjuk menunjuk ke arah Feron.
"Maksudnya?" Ron merasa aneh.
"Apa kalian tidak melihatnya? Rambut milik paman memutih."
Para bodyguard itu kebingungan. Mavi yang paham kembali berdehem.
"Ya sudah. Kalian kembali keluar. Aku akan menjaga paman di sini."
"Tapi..."
"Tidak ada tapi-tapian. Kembalilah. Atau kalian ku suruh pulang kerumah utama paman sekarang juga."
"Baiklah tuan Mavi. Kami akan kembali ke depan."
Sepeninggal mereka, Mavi duduk di kursi dan menunggu pamannya bangun. Ia tidak berani menyentuh Feron. Karena Mavi percaya bahwa kekuatan mistis itu nyata. Mavi tidak ingin membahayakan kandungannya.
"Ngh.. Tidak.." Feron bergumam dan menggelengkan kepala nya. Mavi terbangun dari tidurnya.
"Paman? Paman bangun." Mavi menghampiri Feron dan menyentuhnya tanpa sadar. Mavi yang langsung sadar akan kecerobohannya menutup mata kuat bersiap terpental. Tapi tidak terjadi apa-apa. Feron membuka matanya. Ia melihat Mavi yang memejamkan mata erat dengan melindungi perutnya.
"Mavi?"
Mavi sontak membuka mata.
"Paman.. Syukurlah kau sudah bangun." Mavi berdiri dengan memegang pinggiran meja. Feron lagi-lagi terlihat linglung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mon Garçon Sirène
Mystery / ThrillerMavi Eyfili. Pria 20 tahun yang bekerja di sebuah bank. Mavi tinggal sendirian di sebuah rumah peninggalan orangtuanya yang cukup besar dengan sebuah danau di belakang rumahnya. Mavi mempunyai kebiasaan unik. Sejak mendapat pelecehan seksual, Mavi...