7

19.5K 2K 207
                                    

"Paman. Hari ini aku meminjam bodyguard paman untuk mengatur kamar. Boleh kan?" Mavi mengetuk-ngetuk meja merasa bosan. Tidak ada jawaban.

Sementara itu Feron masih menatap tidak percaya ke arah cermin kamar mandi. Sedari tadi Ia mencoba menggunting helai rambutnya. Namun tetap tidak bisa. Rambut tersebut seolah tumbuh dan tumbuh lagi. Bahkan helai yang tergunting menghilang.

"Paman!! Aku tau paman kagum dengan wajahmu sekarang. Tapi keluarlah dulu," Teriak Mavi dari luar. Feron menghela nafas. Tidak ada gunanya.

"Sebentar. Aku mau mandi."

Mavi menelan ludah. Ia sangat ingin berendam dalam air sekarang. Tapi ini sekarang sangat dingin. Salju memenuhi halaman rumah. Bisa saja danau miliknya membeku sekarang.

"Ikut~" Rengek Mavi.

"Tidak."

"Paman aku merasa kering sekarang. Jika paman tidak mengizinkan nya aku akan ke danau."

Feron terkejut. Ia membuka pintu dengan cepat.

"Jangan macam-macam. Kemarilah. Kau akan mati beku."

Mavi berbalik badan hanya untuk tertawa. Feron mengetahui Mavi mentertawakannya lagi. Ia melihat bahu Mavi bergetar.

"Keponakan durhaka! Aku akan_"

"Ya paman, kau bisa menenggelamkan ku kapan saja kau mau. Sekarang kita mandi dulu. Sebelum para bodyguard mu datang mendekor ulang kamar ini."

"Makanya cepat masuk sini!"

Mavi melepaskan semua pakaiannya menyisakan boxer pendek berwarna abu-abu. Ia menyambar bathrobe dan menuju kamar mandi. Nampak perutnya yang sangat besar. Feron agak ngeri melihatnya.
"Kau mandilah di bathup, aku di shower."

"Siap uncle."

Mavi memperhatikan pamannya yang sedang mandi dalam keadaan telanjang. Matanya menangkap hal aneh di paha Feron.

"Paman, apa kau mengukir paha mu?"

"Apa maksudmu? Kau tau aku paling benci bersentuhan dengan orang lain."

"Lihat itu. Pahamu." Mavi menunjuk arah paha Feron. Feron memutar kepalanya melihat ke belakang. Ia tercengang melihat ukiran bunga di sana. Sejak kapan itu di sana?

"Aku juga punya paman. Di belakang punggungku. Aku melihatnya tanpa sengaja." Mavi berbalik menunjukan punggungnya yang juga terukir bunga. Hanya saja bentuknya berbeda. Ukirannya berbentuk mawar.

"Aku tidak tau."

"Bukankah ini aneh paman? Kita berdua seolah telah di tandai. Tentu saja yang menandaiku adalah raja sirene. Tapi siapa yang menandaimu? Mungkin kau juga akan hamil nanti."

Feron bergidik ngeri. Ia membuang jauh-jauh pemikirannya.

"Berhenti mengada-ada dan cepatlah mandi. Anakmu bisa mati kedinginan."

Mavi cemberut. Ia membenamkan diri dalam air.

♌♌♌

Mavi duduk dan menikmati secangkir teh rumput laut buatannya sendiri. Terlihat Feron sibuk dengan gadget-nya.  Ia terlihat sangat serius. Beberapa kali Feron memperbaiki kacamata yang membingkai wajah tampan cantiknya. Rambut panjangnya di kuncir ke belakang dengan asal-asalan.

"Paman, apa itu begitu penting?"

"Tentu saja. Aku sedang memproyeksikan perusahaan milik ayahmu," Jawab Feron tanpa menoleh.

Mavi memutar mata.

"Itu milikmu. Kau belum makan sejak sejak pagi. Jika menunda-nunda terus paman bisa mati muda." Feron tidak menghiraukannya. Mavi mengendikan bahu dan mengelus perutnya.

Mon Garçon SirèneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang