4

23.2K 2.3K 151
                                    

"Paman jangan bercanda." Mavi melotot gemas membuat Feron sedikit tertawa geli.

"Ahaha.. Ehem. Aku hanya menebak nebak saja. Baiklah untuk berjaga-jaga, aku akan ke mall untuk belanja keperluan mu dan bayi mu." Feron bergegas mengambil dompet dan kunci di meja nakas kamar.

"Ah paman! Aku ingin makan rumput laut segar. Ah, dan udang, cumi, gurita, ikan, bintang laut, kerang.."

Feron melotot. Rasanya ia ingin membuang keponakannya itu kedanau. Banyak sekali permintaannya. Feron mengintip isi dompetnya. Syukurlah masih tebal. Untung saja ia sempat mencabut uang tadi. Dipastikan saat pulang seluruh uangnya pasti habis tak tersisa.

"Sabar. Keponakanku sedang hamil saat ini. Mungkin ini fase mengidamnya. Huft.."

"Baiklah. Aku juga akan membelikanmu susu ibu hamil dan menyusui. Harus kau habiskan."

"Oke. Rasa rumput laut. Jika tidak ada, aku tidak akan mau."

Feron semakin gemas. Dengan menghela nafas ia mengambil handphone dan menyuruh anak buahnya mencari susu jenis itu di manapun mereka berada dan harus ada dalam waktu 5 jam.

"Baiklah. Aku pergi. Mungkin aku akan kembali saat malam."

Mavi mengangguk. Saat Feron menutup pintu kamar, Mavi tergelak habis-habisan. Ia mengusak air matanya yang meleleh.

"Pfftt.. Maafkan aku paman. Tapi aku butuh hiburan sekarang."

"Ah~" Mavi tersentak saat merasakan ada tendangan kecil dari dalam perutnya.

"Sepertinya kau juga ikut senang ya, raja Siren. Apa yang akan kau lakukan saat keluar dunia ini? Memperkosaku seperti kakekku? Hahahaha.. Tidak akan mungkin. Aku akan mendidikmu dengan baik. Kau harus hidup normal seperti ayah dan ibu. Dan aku akan menikah dengan wanita cantik. Ah, sebelum itu aku harus merubah bentuk tubuhku. Enggh~"

Mavi meringis memegangi perutnya. Perutnya terasa panas dan bergejolak. Seolah-olah sesuatu di dalam sana sedang murka.

"Ugh.. Tenanglah. Kau pemarah sekali. Aku tidak ingin kisah cintaku mengenaskan seperti kakek. Untuk itu aku hanya perlu menghindarimu kan?" Mavi mengelus perutnya yang telah mereda.

"Aku haus. Dan sangat lapar." Mavi bergegas turun mencari makan.

"Aku tidak mau. Ini juga tidak. Ini juga.." Mavi meremas kepalanya. Beberapa makanan instan terhambur di lantai. Mavi mencoba meminum jus jeruk di coolcase, namun ia memuntahkannya.

"Sepertinya aku hanya ingin makanan laut. Tapi aku sangat haus," gumam Mavi. Ia teringat akan sesuatu. Dengan cepat Ia menuju kedanau.

Mavi melihat hamparan air danau yang cantik seperti berlian. Dengan perlahan Ia melepas semua pakaiannya tanpa menyisakan apapun. Perut besar Mavi terlihat jelas. Mavi mengelus perutnya.

"Kamu benar-benar merepotkanku. Jika besar nanti kamu harus menuruti segala kemauanku. Jangan lupakan itu."

Mavi memasukan kakinya ke danau. Perlahan Ia maju dan membiarkan tubuhnya tertelan. Mavi membuka matanya. Seperti yang Ia duga, Ia bisa bernafas dengan baik di dalam air. Sisiknya pun menyala dengan indahnya. Mavi menurunkan tubuhnya dan berenang semakin jauh ke dalam. Matanya bersinar tatkala mendapati tanaman kesukaannya. Mavi bereneng mendekatinya. Dengan semangat Ia memetik semuanya dan memakannya di tempat. Rasanya seperti salad sayur. Tapi sangat lezat tiada tara di lidahnya.

"Uhh.. Dimana lagi makanan seenak ini berada. Ini melegakan dahaga dan laparku sedari tadi."

Mavi berenang bebas dan meliuk di air. Hingga matanya menangkap sebuah objek aneh. Seperti gua kecil. Mulut gua tersebut bersinar seperti pantulan cermin. Mavi mendekatinya. Sebelum tangannya mencapai tempat itu, Mavi merasa tubuhnya di tarik sesuatu. Beberapa sulur mengikat kakinya. Menarik dan membawanya kembali kepermukaan. Mavi tercengang. Otaknya masih mencoba memproses hal aneh yang baru saja terjadi.

Mon Garçon SirèneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang