4. Kesal!

2.3K 380 9
                                    

"Baiklah, aku sudah bertemu dengan tiga pemeran penting dalam novel 'Touch Me, My Boss!', lalu sekarang aku harus apa sistem?"

[Mungkin jalan-jalan?]

Kyan terdiam sebentar, "Tapi ini sudah malam, lagi pula aku sedang ingin rebahan," balas Kyan menolak saran dari sistem.

"Ah, benar! Bukannya setiap memiliki sistem para host akan memiliki misi? Mengapa aku tidak?" tanya Kyan dengan raut wajah polos, membuat sistem gemas.

[Itu karena anda special!]

"Benarkah?" tanya Kyan sambil menatap kosong ke arah langit-langit kamarnya.

Posisi Kyan saat ini adalah tidur terlentang di atas kasur dengan pandangan menatap ke arah atas, jangan lupa dengan kostum kelinci yang dia kenakan. Entah kerasukan apa dirinya sehingga memakai pakaian seperti itu.

"Sistem, aku masih penasaran dengan second lead novel 'Touch Me, My Boss!'. Bukankah katanya dia lebih tampan dari pemeran utamanya?" tanya Kyan dengan kening yang mengerut.

[Anda benar, Nona. Apa anda mau melihat biodata second lead?]

Kyan bangun dari posisi berbaring, lalu duduk sambil menyenderkan punggungnya pada sandaran kasur. "Aku ingin tau, sistem!" Kyan berkata dengan antusias, bahkan matanya sekarang terlihat bersinar. Jika di dalam sebuah anime mungkin matanya akan mengeluarkan bintang-bintang.

[Permintaan di terima!

Biodata di proses ....

Nama : Ghifano Reyga
Umur : 25th
Status : Second Lead, Presdir
Keterampilan : Berbisnis, Hacker, Manipulatif
Ketampanan : 80%
Kepintaran : 99+%
Aura : 88%
Aset : Reyga Company
Dark Blood
Kompleks Walrus]

"HEI! Dia bahkan lebih hebat dari om Veron, kenapa Aluna tidak memilih dia?" tanya Kyan dengan heran.

[Itu karena Veron adalah pemeran utamanya, Nona. Sudah menjadi hukum alam jika para protagonis akan berakhir bersama.]

Mendengar penjelasan sistem, Kyan mengangguk mengerti. Benar juga, jika Aluna tidak memilih Veron, maka Kyan boleh memiliki Fano bukan?

__________WTF! GUE JANDA?!__________

"Nona, apa hari ini anda akan keluar?"

Kyan yang sedang mengecek ponselnya mendongak, menatap wanita paruh baya yang baru saja bertanya padanya. Tersenyum tipis, lalu Kyan mangangguk.

"Benar, Bi. Karena ini hari libur, mungkin aku akan pergi berjalan-jalan di sekitar taman, apa bibi membutuhkan sesuatu? Mungkin jika sempat aku akan memberikan nya untuk, Bibi."

Bibi Hanum, namanya. Wanita paruh baya itu menggeleng pelan, "Tidak perlu, Nona. Saya hanya berpesan untuk hati-hati, saat ini memang Nona bukan lagi istri dari Tuan Veron. Tapi tidak menutup kemungkinan jika musuh dari almarhum Ayah anda tidak mencelakai Nona," ujar Bibi Hanum penuh perhatian.

"Ya, kau benar, Bi. Terima kasih karena sudah mengkhawatirkan diriku," ujar Kyan tersenyum lembut.

"Tentu saja aku mengkhawatirkan, Nona. Saya sudah bersama Nona sejak Nyonya melahirkan dirimu, bahkan aku tidak menyangka bahwa bayi mungil dulu terlah berubah menjadi wanita dewasa seperti, Nona." Bibi Hanum tersenyum haru saat mengatakan itu, pandangan nya menatap sendu ke arah Kyan.

Kyan beridiri dari duduknya, gadis itu memeluk Bibi Hanum. "Aku senang, karena Bibi selalu bersama denganku sampai sekarang," ujar Kyan dengan tulus.

"Ah, baiklah. Kyan harus pergi sekarang, temanku sudah menunggu di depan. Sampai jumpa, Bi!" Kyan berlari meninggalkan Bibi Hanum sambil melambaikan tangannya.

Gadis dewasa berusia 22 tahun itu seakan lupa dengan umurnya, tetapi hal itu lah yang terjadi. Karena dalam raga dewasa itu ada sebuah jiwa remaja yang tersesat di dalamnya.

Kyan tersenyum lebar mendapati Jeffry yang berdiri sambil bersandar di mobilnya, gadis itu melambaikan tangan dengan senyum cerah.

"Selamat pagi, Jef! Apa kau sudah sarapan?" tanya Kyan saat sudah berada di depan pria tampan itu.

"Belum, apa mau menemaniku sarapan?" Jawab Jeffry sambil memberikan pertanyaan balik untuk Kyan.

"Ah, kebetulan aku juga belum sarapan. Baiklah, kita akan sarapan dimana? Apa kau punya rekomendasi tempat yang bagus?" tanya Kyan dengan tatapan berharap, membuat Jeffry memalingkan wajah tak tahan melihat kegemasan dari janda muda di depannya itu.

"Hm, mungkin aku punya beberapa. Mau mencoba?" tanya Jeffry setelah berhasil menghilangkan kegugupannya.

"Tentu!" Jawab Kyan dengan antusias.

"Ayo, Jef! Kita akan terlambat jika kau hanya berdiam diri di situ, aku tidak ingin kehabisan meja!" Teriakan Kyan yang sudah berada di dalam mobil itu membuyarkan lamunan Jeffry tentang menggigit pipi gadis itu.

"Ah, baiklah. Kau terlihat sangat tidak sabar," ujar Jeffry setelah duduk di kursi pengemudi.

"Kau lihat, Jef! Perutku sudah berdemo sedari tadi, aku tidak tahan lagi!" Mata Kyan berubah memelas, astaga! Jeffry tidak tahan lagi.

Pria tampan itu mencubit pipi Kyan dengan gemas, membuat gadis itu memekik kesakitan.

"Yak! Apa yang kau lakukan? Itu sakit, bodoh!"

Sekali lagi Kyan memekik saat Jeffry menyentil bibir sexy nya itu, Kyan mendelik tak suka.

"Kau selalu melakukan kekerasan padaku, Jef. Apa kau punya dendam pribadi denganku?" tanya Kyan tersenyum lelah.

"Tentu tidak, Ek! Aku hanya tak suka saat kau berkata kasar, itu tidak baik, ok?"

"Terserah padamu saja lah, ayo cepat jalan. Aku tidak sabar untuk memberi makan pada cacing-cacing di perutku," ujar Kyan memilih menyudahi percakapan random mereka.

"Baiklah, Tuan Putri. Saat nya meluncur," ujar Jeffry dengan gaya ala-ala pelayang abad-19. Hal itu sontak membuat tawa keluar dari bibir mungil Kyan.

"Kau cocok menjadi seorang butler, Jef," ujar Kyan menyahuti.

"Aish, kau benar-benar tidak bisa diajak bercanda, Kyan. Kau selalu membuatku kalah," ujar Jeffry tersenyum masam, membuat tawa Kyan semakin menjadi.

"Hei, berhentilah tertawa, Ek!" pinta Jeffry dengan nada kesal.

"Mengapa? Kau sangat lucu," ujar Kyan masih dengan tawa nya.

"Sialan! Tawa mu sungguh mengerikan, Ek!"

"Yak! Dasar pria menyebalkan!"

Dan seperti itu lah perjalanan pagi mereka menuju tempat sarapan, di isi oleh umpatan-umpatan satu sama lain. Jangan lupakan tawa mereka yang sesekali mengudara.

Terlihat harmonis bukan?

__________WTF! GUE JANDA?!__________

"Hei, apa kau masih marah padaku, Ek?" tanya Jeffry dengan nada frustasi.

"Apa menurutmu aku sedang marah?" tanya Kyan dengan ketus.

"Tentu saja! Kau menjawab pertanyaanku dengan nada kesal dan ketus, itu artinya kau marah. Apa hal seperti itu harus aku beritahu lagi?" tanya Jeffry dengan kesal.

"Yak! Kau kembali menyalahkan diriku!" ujar Kyan dengan kesal.

"Ok, baiklah. Ini salahku, aku minta maaf padamu. Bisakah sekarang kau berhenti marah, dan kita mencari sarapan? Bahkan hari hampir siang, dan kau belum juga sarapan."

Kyan melirik kesal ke arah Jeffry, "Kau pikir ini salah siapa, hah?" tanya Kyan dengan marah.

"Aku tau, ini salahku. Jadi, maukah kau memaafkanku, Ek?" tanya Jeffry dengan raut wajah memohon.

"Baiklah, aku maafkan. Aku juga minta maaf karena terlalu terbawa emosi padamu. Ini karena aku sangat lapar, dan kau membuatku jengkel."

"Aku tau. Di sana ada kedai bubur, mau mampir?" tanya Jeffry hati-hati.

"Tentu saja, aku sudah lapar!"

Jeffry bernapas lega. Dia berpikir Kyan akan menolaknya, karena setau Jeffry orang-orang kaya dan dimanja seperti Kyan akan merasa enggan untuk makan dipinggiran seperti ini.

KYAN WORLD ||Hiatus||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang