Hari ketiga liburan Kyan dimulai, gadis itu sudah siap dengan seragam sekolah yang melekat pas ditubuh milik Kana. Mengumpulkan rambutnya lalu diikat dengan tinggi.
"Wah, aku terlihat seperti antagonis," ujar Kyan sembari menatap takjub ke arah cermin yang memantulkan bayangannya.
"Benarkan sistem?" tanya Kyan dengan senyum manisnya.
[Sebenarnya ... anda lebih cocok menjadi seorang protagonis, Tuan.]
Dahi Kyan mengerut pertanda dia tidak suka dengan pernyataan sistem. "Apa maksudmu aku akan menjadi tokoh yang memainkan peran tersakiti? Ewh, menjijikan!" Seru Kyan tidak terima.
[Ti-tidak, Tuan. Maksud saya bukan seperti itu, hanya saja menurut saya Tuan terlalu imut untuk menjadi antagonis.]
"Justru karena itu sistem, aku akan menjadi antagonis yang bersembunyi dibalik paras ini. Kau tau bukan? Antagonis orang yang licik, dan aku suka itu. Ah, entah kenapa aku selalu terserang visual second lead," ujar Kyan yang diakhiri dengan gumaman.
[Astaga, Tuan. Anda sudah tidak polos lagi! (Emoji sedih)]
"Mengerikan!"
_____________KYAN WORLD_____________
Cuaca pagi ini bisa dibilang sangat cerah, langit biru dihiasi oleh awan-awan putih. Terlihat sangat cantik sebagai atap bumi.
Disinilah gadis itu berada, dilapangan outdoor sekolah yang sangat luas itu. Berdiri menghadap tiang bendera sembari mengangkat tangan untuk menghormati tiang bendera.
Alasan nya berada di sana cukup klise, terlambat.
Sesekali helaan napas kasar terdengar darinya, matanya menutup perlahan lalu kembali terbuka. Hei! Dia ini mengantuk! Oh, astaga adakah orang baik yang akan membawanya ke UKS?
Tepat setelah berpikir seperti itu, dari ujung matanya dia melihat ada seorang siswa yang sedang berjalan kearahnya. Dengan senyum manis gadis itu mulai menutup matanya, untuk tidur.
Drep!
Tepat sebelum tubuh gadis itu menyentuh tanah yang sudah disemen, tubuhnya ditangkap oleh siswa yang dia lirik tadi.
"Hei! Bangun," ujar siswa itu dengan nada yang sedikit ketus.
Melihat tidak ada tanda-tanda sadar dari gadis di dekapannya ini, membuat siswa itu terpaksa mengangkat tubuh mungil gadis itu. Membawanya menuju gudang belakang.
Jangan berpikir yang tidak-tidak. Di gudang belakang yang dia maksud ini adalah basecamp nya bersama dengan sang kawan-kawan.
Mengapa tidak bawa di UKS? Merepotkan, dan lagi dia sedang dalam perjalanan menuju gudang. Jadi sekalian saja, entah gadis itu akan kaget saat bangun atau tidak, dia tidak peduli.
Brak!
Suara pintu yang terbuka dengan tidak santai itu mengagetkan tiga siswa yang ada di dalam.
Salah satu siswa yang sedang minum itu tersedak, lalu menyemburkan sisa air dalam mulutnya ke depan mengenai satu siswa lainnya.
"Anjing lo! Kampret lo, Bay. Sial, bau jigong, huwekk!"
Bayu, siswa yang tersedak itu hanya menampilkan raut wajah tengil seolah-olah dirinya sama sekali tidak bersalah.
"Sorry, gue kaget, anjir. Si Bos sih, buka pintu gak santai banget," ujar Bayi cengengesan.
"Sirry, gii kigit, injir. Si Bis sih, biki pinti gik sintii bingit," cibir siswa yang terkena semprotan air itu.
"Berisik." Mereka berdua terdiam saat siswa lainnya itu bersuara.
Sementara orang yang dipanggil bos hanya bersikap acuh tak acuh sembari membaringkan tubuh mungil gadis yang dia gendong.
"Wih, si bos bawa cewek. Siapa nih, bos? Udah move on dari Geana lo?" tanya Bayu penasaran.
Pemuda itu berdiri lalu mendekat ke arah gadis yang ditolong bos nya itu. "Buset, cantik cuy. Lebih cantik dari Geana! Iya gak, Gil?" Bayu menoleh pada siswa yang terkena semprotan itu, meminta pendapat.
Gilang, namanya. Dia mendekat ke arah Bayu berdiri lalu mengamati gadis itu. "Bener anjir! Nemu dimana nih, bos?" tanya Gilang menatap penasaran pada sang bos.
"Nemu nemu, lo pikir dia barang?" tanya Bayu dengan sewot.
"Sssg dong, kok situ yang sewot?" Gilang mencibir dengan wajah julid ala-ala cewek kalau sedang adu bacot.
"Terserah."
"Dih, kek cewek lo."
"Dih, gak ngaca lo."
"Bodoamat!"
"Oh."
"Berisik!" Mereka berdua diam lagi saat salah salah satu siswa disana menegur.
"Siapa?" tanya siswa itu sambil menatap gadis yang sedang terbaring di sofa panjang itu.
"Gak tau. Waktu gue lewat lapangan outdoor mau kesini, dia tiba-tiba aja pingsan terus gue bawa. Males ke UKS," ujar pemuda yang dipanggil bos itu.
"Loh, kenapa gak UKS langsung? Emang bos Kaen mau si Geana liat terus cemburu?" tanya Bayu penasaran.
"Geana gak ada," ujar pemuda yang bernama Kaenzo itu.
"Hm."
"Kenapa, Fer?" tanya Gilang saat mendengar Fernan berdehem.
"Gak."
Kaenzo, Fernan, Bayu dan Gilang. Empat inti Asantar musuh bebuyutan Abantar, geng milik Faenzo.
"Eh, tapi bentar, gue kayak kenal sama nih, cewek," ujar Bayu sambil meneliti wajah gadis itu lagi dengan seksama.
"Sama anjir, siapa ya?" Gilang berugmam sambil berpikir.
"Gue inget! Nih, cewek kan yang biasanya jalan bareng dua nenek lampir!" Bayu berseru dengan heboh, disusul oleh sahutan dari Gilang.
"Iya, anjir. Kalo gak salah nih, namanya Kanaya Tabitha. Katanya nih, dia tuh terkenal karena cantik, pintar dan dingin. Dia juga gak pilih kasih sama murid, semua sama rata dimatanya." Penjelasan Gilang tersebut mendapat sahutan kembali dari Bayu.
"Ho'oh. Kalian inget gak, sih? Kejadian kemarin itu lho, yang Evelyn, Kalesa sama Geana masuk BK bareng! Nah, si Kana ini yang laporin. Eh, gak ngelapor. Dia langsung nyeret mereka bertiga ke ruang BK. Bahkan ngusulin ke Bu Lilis buat D.O mereka bertiga, anjay ngeri."
Bayu bergedik saat mengingat gosip yang dia dengar kemarin.
"Menarik."
"Hah?" Bayu dan Gilang menatap linglung ke arah Fernan.
"Wah, Fernan kek cowok-cowok novel gitu gak, sih? Iya kan, Gil?" tanya Bayu sambil menyikut Gilang.
"Ho'oh, bestod. Kayak apa ya, pasti kalo ada cewek yang denger mereka bakalan ber-kya ria, nih."
"Bacot lo berdua," ujar Kaenzo dengan kesal.
"Hehe, maaf mas bos. By the way udah istirahat nih, lo gak mau jemput permaisuri lo?" tanya Bayu sembari mengusulkan ide pada Kaenzo.
"Gak." Balasan singkat itu membuat tiga pemuda disana menjadi bingung.
"Kenapa?" tanya Gilang mewakilkan.
"Males," balas Kaenzo singkat.
Pemuda itu memilih fokus memainkan game di ponselnya, menghiruakan tatapan penasaran yang dilayangkan Gilang dan Bayu padanya.
"Ok, deh."
Hening. Lalu Bayu kembali membuka percakapan sembari melirik ke arah Kyan yang sedang berbaring nyaman itu.
"Kok, nih cewek gak kayak orang pingsan? Kayak lagi ...," ujar Bayu menggantung.
"Tidur!" Sahut Gilang dengan heboh.
"Nah, iya, anjir! Nih, anak tidur deh kayak nya," ujar Bayu menatap Kyan.
|I'm so sick of this fake love~|
|Fake love~|
|Fake love~|
|I'm so sorry but this fake love~|
|Fake love~|
|Fake love~|
"Ponsel siapa, tuh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
KYAN WORLD ||Hiatus||
FantasyDunia sekarang terasa abu-abu bagi, Lana. Dia berpikir, mungkin setelah kematian dia hanya akan menjalankan kehidupan nyaman, aman, dan damai seperti apa yang dia inginkan. Namun, semua itu hanya angan-angan. Dirinya, ah, lebih tepatnya, jiwanya...