Berbeda dengan cuaca yang cerah dan matahari bersinar terang menerangi bumi, keadaan Faenzo saat ini sangat kacau. Entah mengapa sedari pagi dirinya terus-menerus merasa gelisah.
Dia tidak tau dengan pasti alasan mengapa dirinya bisa menjadi seperti ini, namun entah kenapa pikirannya terus tertuju pada gadis yang akhir-akhir ini menghantui pikirannya.
Kana, gadis yang berhasil menerobos masuk ke dalam hatinya. Mengambil segala atensi hati dan pikirannya.
Rasa gelisah, khawatir dan cemas ini bercampur menjadi satu. Dengan nama Kana yang selalu terlintas di dalam otaknya.
Jam istirahat yang biasanya terasa cepat itu entah kenapa kali ini terasa sangat lama, bahkan guru yang sedang mengajar pun peka terhadap tingkah laku aneh Faenzo yang tidak biasanya.
"Ada apa, Faen? Kamu terlihat seperti sangat gelisah, ada yang mengganggu?" tanya guru yang sedang mengajar itu.
Faenzo menggelengkan kepalanya, lalu kembali menatap ke arah depan dimana guru itu mulai menjelaskan kembali materi.
Sesekali mata pemuda itu melirik ke arah jam tangan yang melingkar manis dipergelangan nya itu. Satu menit lagi.
59 detik.
40 detik.
30 detik.
23 detik.
18 detik.
12 detik.
8 detik.
5 detik.
3 detik.
2 detik.
1 detik.
Tring! Tring! Tring!
"Gotcha!" Pemuda tampan itu dengan segera berlari ke arah luar kelas, berlari di koridor hingga menaiki tangga dengan lari yang stabil.
Pemuda itu berhenti di depan kelas MIPA 1 yang pastinya merupakan kelas dari gadis pujaannya, mungkin.
"Eh? Kak Faen, ada apa ya, kak?" tanya salah satu siswi sambil tersenyum genit ke arah Faenzo yang berdiri di depannya dengan napas memburu.
"Kana, ada?" tanya Faenzo dengan datar, walaupun begitu sorot mata khawatirnya tidak bisa disembunyikan.
"Kana? Kanaya Tabitha? Dari pagi dia gak ada, Kak. Bahkan tas nya juga gak ada, kayaknya dia terlambat deh, soalnya kalo gak sekolah dia biasanya ngabarin ke guru."
Mendengar penjelasan itu Faenzo beranjak meninggalkan kelas Kana, membuat gadis yang menjawab itu menggerutu kesal melihat kepergian Faenzo.
"Ish, nyebelin. Kenapa harus nyariin Kana, sih? Kenapa gak gue aja?" tanya gadis itu dengan mimik wajah cemberut.
"Lo? Mau nyaingin Kana? Gak bisa say, haha."
Beberapa murid yang melihat hal tersebut pun ikut tertawa.
Disisi lain Faenzo kini berdiri di samping tangga sembari menyenderkan tubuhnya di dinding. Dia mengambil ponselnya, mencari nomor Kana yang beberapa hari lalu dia minta pada teman sekelas Kana.
Tut ... Tut ... Tut ...
Terhubung!
"Hallo, Kan? Lo ada dimana? Kok, gak masuk? Gue cari dilapangan juga gak ada, lo kemana?" tanya Faenzo langsung saat panggilan tersebut mulai terhubung.
|Lo siapanya Kana?|
Suara pria.
_____________KYAN WORLD_____________

KAMU SEDANG MEMBACA
KYAN WORLD ||Hiatus||
FantasíaDunia sekarang terasa abu-abu bagi, Lana. Dia berpikir, mungkin setelah kematian dia hanya akan menjalankan kehidupan nyaman, aman, dan damai seperti apa yang dia inginkan. Namun, semua itu hanya angan-angan. Dirinya, ah, lebih tepatnya, jiwanya...