"Hey.." aku meletakkan 2 juice box di meja kelas pagi ini, satu untukku, satu lagi untuk pacarku, Rio. Aku mendengar bahwa pagi ini kami akan "dihukum" karena menjadi pasangan yang lumayan mencolok di sekolah, aku belum dengar hukumannya seperti apa, hanya bersiap kalau memang hal seperti itu akan terjadi.
"Apa.. kamu udah.."
"ya, ya, aku udah denger semua nya--" aku terdiam, merapikan kemeja putih ku
"aku juga nggak pernah berusaha untuk dapet nilai bagus di kelasnya," aku melanjutkan,Farah terlihat membawa beberapa kertas dengan tergesa-gesa, sambil merapikan rambutnya, dia berdiri di depan mejaku dan mengusir Rio, lalu meminum satu kotak jus di meja
"Ini Gua ga salah denger?" dia memulai kultum pagi nya, membuat seluruh kelas menjadi lebih tegang daripada sebelumnya, penasaran kira kira siapa lagi yang akan jadi target operasi kali ini
***
"Sandra dan Rio" ucap seorang wanita berusia 40an itu, dia mengangkat microphone nya dan menatap tajam mata kami, aku balik melihatkan, lalu memperhatikan beberapa pasang mata mulai menatapku dan Rio, menunggu kami berdiri dan maju kedepan untuk di permalukan.
"Well, udah terlanjur gabisa kemana-mana," ucapku kepada Rio.
Kemudian beberapa nama pasangan lain mulai di sebutkan, setelah terkumpul, kami dijadikan nya sebagai contoh, agar murid lain tidak meniru "adat" kami. berpacaran atau memiliki hubungan khusus selagi masih duduk di bangku smp, yang setelah ku pikir-pikir agaknya Guru Fisika ku ini sudah mulai nggak waras. Mungkin yang ada di kepalanya hanya Gaya dan Tekanan, yang ia terapkan ke seluruh murid nya.
aku tersenyum melihat Rio tenang tenang saja, aku tau isi kepala nya mengatakan bahwa ini bukan masalah besar yang harus dipikirkan, ini hanyalah momen yang akan segera berakhir. mungkin sedikit malu karena di pertunjukan di depan umum seperti ini, tapi agak nya dia juga melihat beberapa guru lain mulai tampak tersenyum konyol memperhatikan speech contest Guru Fisika kami.
"are you okay?" tanya ku.
"Liat Pak Lis," katanya, aku pun mengarahkan pandanganku ke guru Bahasa Inggris itu, salah satu guru favorite ku di sekolah, dia mengacungkan jempol nya kearah kami, aku menahan tawa
"whatever," kataku melanjutkan, memang tidak semuanya sependapat dengan perlakuan semacam ini, ini beneran konyol.sepulang sekolah, aku dan Rio nggak bisa berhenti ngobrolin soal kejadian di sekolah hari ini,
"kamu liat muka Bu Gita? aku bener bener pengen ngeluapin emosi pakai microphones yang dia pengang tadi.." kataku sambil sedikit meremas tanganku,
"hahahaha easy easy," katanya sambil mengayuh sepeda nya
"Thanks Rio," kataku sambil menepuk pundaknya
"Ya?" jawabnya,
"Kamu tenang dan nggak panik tadi, aku jadi kebawa sikap kamu untuk nggak terlalu tegang," kataku sambil tersenyum
"abis yang lain pada tegang," katanya sambil mengingat kejadian pagi ini
ia meneruskan perjalanan menuju rumahku, setelah mengantarku pulang dengan sepeda nya lalu tos denganku, dia pulang.
Ibu menghukumku dengan tidak memperbolehkan ku menggunakan motor ke sekolah, dan Rio bersedia mengantarku dengan membonceng sepeda nya, lebih aman dan supaya ada romantis nya katanya.
aku membuka ponselku,
*twitter*
"dang! eat that ass Ny. G!"
*tweet*
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Manusia 1/2 Setengah
Teen Fictionmendefinisikan sandwich generation di tengah-tengah hustle culture