Delapan

9 0 0
                                    




"Ribet banget sih ini," ucap Dio sambil mengotak atik bolpen warna warninya.
sudah setengah jam lebih dia berkutat menulis berganti-gantian bolpen, hasilnya malah awut awutan.
"emang nggakada bolpen yg lebih praktis ya?" katanya lagi. memperhatikan gue yg asik sama siomay di foodcourt indogrosir.
"San?"
katanya lagi.
gue mendongak sedikit melihat wajah nya,
"hm?"
"lucu banget sih lo" katanya dan seketika membuat gue mual lalu minum jus jeruk dengan 3 tegukan sekaligus.
"basi lu"
gue bergegas menghabiskan makan dan mengajak nya mencari selai kacang untuk Ibu.
Dio berencana untuk mengantarku pulang saja, tapi tidak mampir kerumah karena dia harus pulang sebelum jam 4 sore, dan jarak rumah gua dan dia sekitar lima belas menit, dengan kecepatan standar.

"Oke San, gue balik ya" katanya sambil merekatkan helm nya
"Bentar," gue membuka ransel dan mengeluarkan plastik putih, bingkisan berisi bolpoint yg lebih praktis untuk di pakai. Tinggal pencet pencet aja warna apa yg pingin di pake. gue menyodokan plastik itu ke Dio.
"lebih praktis," ucap gue
Dia tersenyum, dan gua masuk ke dalam rumah. Pas gua membuka pintu, terdengar suara motor Dio melaju pergi.

Gua rasa nggakada salahnya sekali sekali memberikan bingkisan kecil untuk teman.

***

Diary Manusia 1/2 SetengahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang