"Ini sekolahnya?" Tanya ibu sembari memarkir motor. Tanpa gue perhatikan, dari nada nya gue tau kalo ibu tak nyaman dengan pilihan sekolah gue. Gue berdeham. Setau gue, sekolah ini punya club basket yang bisa dibanggakan; untuk kelas negeri.
"Ambil formulir dulu aja" -lanjut ibu.
gue mengikuti langkah Ibu, mengingat hal semacam ini bisa merusak mood gue, gue langsung putar ingatan memori tentang film The Avenger yang udah gue tonton, karena hampir tiap update film Marvel selau gue pantengin di Twitter, fanatik? mungkin iya, tapi nggak lebay.
"Reguler," kata Ibu ke mbak mbak yang duduk dibelakang meja formulir
"Nggak ambil yang itu aja?" Tanya gue sembari menunjuk formulir berwarna pink dengan tulisan 'Jalur Prestasi'. Karena sayang kalo punya sertifikat yang mendukung masuknya gue ke sekolah ini dibuang sia sia.
"Pake prestasi O2SN bisa mbak?" Tanya Ibu
"Bisa bu, tapi kami hanya menerima jalur prestasi dengan sertifikat minimal sampai nasional ya" jawab si mbak dengan nada yang sangat ramah, namun jawabannya tidak seramah kesadarannya.
"Iya Mbak, O2SN" kata Ibu sambil menekan kan huruf N nya, mendengar nada bicara Ibu yang sangat sceptic, si mbak hanya terdiam.
"Olimpiade Olahraga Siswa Nasional," potong gue di sela sela kediaman yang sangat sangat canggung
"Oh! Bisa bu hahahaha" -ujar si embak di akhiri dengan tawa menggelegak
"Hahahaha," Ibu tertawa canggung, kemudian menerima map merah muda dan nomor peserta yang di serahkan oleh si mbak
"Hahahahaha," gue tiba tiba ketawa, telat, dan bikin suasana lebih canggung daripada sebelumnya
"Terimakasih" Sahut Ibu. gue berjalan dibelakang Ibu sambil terus menatap map merah muda itu, was was kalo ada yang lagi bakar sampah, takut terlempar.
sesampainya di parkiran motor, gue dan ibu langsung memakai jaket dan helm masing masing, menuju sekolah berikutnya. tanpa menoleh ke arah gue, ibu berdeham dan berkata :
"Ibu kurang suka dengan sekolahnya,"
JDER!
Tiba tiba gue inget sama Thor yang sukanya nyembur nyemburin petir seenaknya, sementara Loki terus terusan kaget karena di kerjain mulu, kira kira si Loki masih hidup nggak ya? //Spoiler ALERT//
Gue terdiam dan kalimat ibu terasa terualng ulang di kepala gue, memikirkan setiap kemungkinan untuk tetap sekolah disini sekaligus tetap mendapat restu Ibu.
"Ibu kurang suka kamu ikut basket, dan sekarang kamu memilih sekolah dengan dasar sertifikat olimpiade basket"
"Bu, udahlah. Fokus jalanan, kita ngobrol di sekolah selanjutnya aja" ujar gue berusaha ,emata sebaik mungkin kalimat agar ibu tidak marah -"lagian mau sekolah dimanapun, gue juga masih tetep main basket," lanjut gue lirih, tapi gue yakin kalo Ibu denger.
[]
Sampe disekolah tujuan Ibu, di pinggiran kota. Gue belum pernah denger soal SMP ini. gue mengikuti langkah Ibu untuk mengambil formulir pendaftaran, dengan cara yang sama seperti sekolah sebelumnya. gue menatap lapangan megah hijau dengan dua ring basket di ujung ujung nya, lapangan dengan size SMA ini mampu membuat gue takjub. Gue menoleh ke arah Ibu yang tersenyum dengan penuh kemenangan. Gue yakin banget kalo Ibu udah ngerencanain ini semua, gue inget kata Papa size lapangan tidak mempengaruhi kualitas lemparan apalagi lompatan gue seakan termotivasi untuk keukeuh di SMP pilihan gue.
[]
Di rumah, gue buka facebook. Berniat buat nimbrung sama temen temen; gue penasaran pada masuk SMP mana. Pertamakali gue main facebook itu karena pas jaman SD kelas 4 gue masih mainan friendster, apalagi kelas 4 SD gue sekolah di Padang, dengan sinyal ala kadarnya ya gue cuman bisa sekedar memiliki friendster. Begitu sekolah di Jogja dan mendapatkan sinyal internet yang murah dan kenceng, barulah gue mulai update friendster gue, itu kelas 5 SD.
"Jadul banget sih masih dolanan friendster" -Nilam, temen sekelaas gue yang kalo ngegibah suka julid banget
"Mbok ganti pake facebook ki lho," ujar Dimas, temen SD sekelas gue yang kalo udah ngobrol sama Nilam, dunia berasa bebas banget dah mereka komentarin
Akhirnya gue memutuskan buat memakai facebook bukan karena ocehan dari mereka, gue memilih hijrah ke facebook karena Ninja Saga yang gue mainin boleh minjem dari komputer dirumah Dimas. dan akhirnya gue pake sampe sekarang, dan nama yang sama sekali nggak pernah gue ganti, tetep nama lengkap gue.
"Dra, add facebook gue!" Teriak Nilam yang langsung tau kalo gue punya facebook
"tau dari mana lo?" senggah gue
"Dari Dimas, hehehe. nama akun gue 'Si coumel Nilam yg t4k pernah tydur'"
"serah lo"
dan sampe sekarang ini gue masih nggak ngerti kenapa Nilam yang dulu nya sealay itu, ternyata memutuskan untuk makin alay setelah menjadi anak SMP.
"SMP 4!" - chat Johnan yang masuk di grup
"Gue masuk sekolah swasta deket SD hahaha" cuap Sheila
"Gausah pada sekolah aja napa sih" ujar Niko yang memilih untuk homeschooling, karena keluarganya kaya dan Niko sering sakit sakitan.
Kebanyakan temen temen gue masuk SMP daerah, dan jarang pada masuk kota. Ada keinginan kuat buat gabung lagi sama temen temen SD, akhirnya gue ngikut nasib ajalah, gue isi semua form nya dan langsung tidur, sementara kalimat Ibu masih terngiang terus di kepala gue. Satu satu nya hal yang gue khawatirin saat itu, "restu Ibu"
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Manusia 1/2 Setengah
Teen Fictionmendefinisikan sandwich generation di tengah-tengah hustle culture