"Jadi lo masuk sekolah mana?" Tanya Bella, temen seperjuangan gue dari TK. Bella ini adalah temen dari gue kecil dan rumah nya deket sama kereta api. Ceritanya adalah waktu itu Ibu ngajakin gue jalan jalan ke Malioboro dan pertama kali nya gue ngeliat kereta layang secara langsung; berjalan dan hidup diatas gue secara nyata, gue langsung berasa kayak Iron Man waktu itu. Dan ternyata Ibu ngajakin kerumah Bella dan akhirnya gue dan Bella dimasukin ke TK yang sama, hingga SD yang sama sampai kelas 2 SD gue pindah ke Riau karena kelewat kangen sama Papa gue. Tapi sekembalinya gue ke Jogja, Bella masih tetep sama."SMP 6, doain" jawab gue dengan datar sambil mengganti channel TV
"Lo nggakakan travelling lagi kan?" Tanya Bella, travellin yang dia maksud adalah pindah pindah sekolah, ya kayak yang gue lakuin di jaman SD.
"Tergantung"
Gue berdiri mengambil air minum di kulkas dan Bella mengecek ponsel nya, membuka twitter. Iya, gue dan dia adalah anak SD yang suka sama perkembangan tekhnologi, karena menurut kami tekhnologi adalah perubahan ajaib, perkembangan yang dibutuhkan karena sesuatu yang sudah bekerja dengan baik tetap membutuhkan upgrade.
"Lo udah pindah SD sampe 5 kali dan ITU karena lo sekolah SD 6 tahun" katanya sedikit ngegas
"SMP berapa tahun?" Tanya gue detik pertama, "3 tahun" detik berikutnya -- "Gue bisa pindah 2,5 kali"
"terserah lah" ujar nya sambil duduk di kursi kayu didepan TV
Kemudian Ibu masuk rumah dengan keadaan kacau, habis dari pasar tapi muka nya masam. Gue penasaran
"Kenapa bu?"
"Gara gara premium dan Solar naik, semua sembako di pasar naik, pemerintah memang seenaknya dengan masyarakat kecil seperti kita ini. Naik nya tak tanggung tanggung, telur naik, cabai naik, minyak goreng naik, semua naik, giliran harganya turun semua pedagang hanya memiliki stock yang sedikit.. apalagi-"
Ujar Ibu sambil masuk kedalam dapur dan suaranya hanya terdengar bergema, gue dan Bella cuman saling tatap dan tatapan nya seolah mengisyaratkan 'ngapain lu nanya, bego'
Gue nyengir.
[]
Gue sebenernya lebih suka untuk menunggu pengumuman dari rumah aja mengenai diterima atau enggaknya gue ini untuk sekolah disana, tapi Ibu memaksa untuk hari ini juga ke sekolah karena perasaannya sedang tidak enak. Tapi gue berasumsi bahwa ini adalah perasaan Ibu Ibu yang masih kesel karena harga sembako melambung dan Ibu lagi pengen jalan jalan supaya mood nya naik lagi.
Sampai disana gue melihat ada banyak orang, lebih banyak daripada yang gue bayangkan dan mereka semua berharap untuk bisa masuk ke sekolah ini.
"Ada 44 pendaftar di golongan KKO jalur prestasi, kelas itu hanya akan menampung 20 siswa" Ujar Ibu sambil menggenggam ponsel nya
"Iya bu, tau"
Gue bergeming, gue akan minta Ibu untuk pindah ke Palembang kalau gue nggakbisa masuk SMP, bagus untuk alasan kalau kalau Ibu meminta gue untuk mencabut berkas pendaftaran dengan alasan khawatir kalau pendaftaran ditutup di detik detik terakhir.
masih ada jalur offline, pokoknya dituntasin dulu disini.
*beling*
notification hp gue.
"Peringkat 20?" bisik gue
"Apa seleksi nya nggak berdasarkan nem?" tanya gue ke Ibu
"Bobot; ada nem, ada sertifikat dan tinggi badan" jawaban terakhir Ibu membuat pipi gue terasa teriris iris, masyaallah badan gue kicit amat.
Gue bergeming lagi, ekspresi gue mulai masam, takut, suram aja lah pokoknya. SMP ini satu satu nya pilihan gue, gue bener bener pingin masuk sini.
*beling*
Peringkat 21.
"Ayo pulang" Ujar gue
Ibu memperhatikan langkah gue yang gontai sambil menarik ujung baju Ibu, gue berjalan menuju parkiran motor dan mengenakan helm dengan lemas. Ini suicide.
[]
Gue tau kalau Ibu sekali sekali memperhatikan gue dari spion nya, dan gue sendiri malah termenung.
gue lemah banget.
"Kita ke sekolah yang kemaren Ibu rekomendasiin aja," Ucap gue
"Kenapa tiba tiba mau sekolah disana?"
"Lagian sekolah dimanapun sama aja" ujar gue sambil menarik nafas lega, lalu tersenyum.
Gue tau sekolah Negeri itu banyak sekali batasannya, dan gue nggak pernah mau sekolah di Swasta. Kami memasukkan berkas di 10 menit terakhir pendaftaran, dan langsung berada di peringkat 42, gue ambil kelas reguler karena di sekolah ini nggakada kelas KKO, hanya reguler dengan 4 kelas paralel.
Dan itu tadi adalah obrolan terlama di jalan, selama kami melakukan perjalanan bersama.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Manusia 1/2 Setengah
Teen Fictionmendefinisikan sandwich generation di tengah-tengah hustle culture