O1O;

1.4K 201 11
                                    


Jaemin sangat betul kelelahan, jika menurut kalian Renjun tadi malam hanya meminta dipeluk saja? Itu salah besar.

Dia sudah satu kasur dengannya, benar Jaemin juga sudah memeluknya seperti yang ia minta. Tapi detik berikutnya hanya ada suara tangisan dari Renjun, dia berkata ingin pulang lah lalu menit berikutnya ingin membeli sebuah penthouse. Jaemin pening dibuatnya.

Ia tepuk bahu itu dengan lembut, racauan Renjun ia hanya dengarkan. Renjun semakin melesak ke pelukannya dan membuat jantung Jaemin tidak karuan.

Setelah dirasa Renjun sudah tenang dan tertidur, barulah ia memejamkan matanya.

Sejam, dua jam, Jaemin tidak dapat tertidur. Bayang-bayang Renjun yang tersenyum padanya menghantuinya. Apalagi ketika lelaki itu meminta gendong padanya, Jaemin tidak kuat.

Tangannya mulai kebas, ingin mengangkat lengannya tapi tidur lelaki itu sangat damai. Diamati lah wajah tenang itu, ia usap pipi Renjun yang selembut sutra. Menangkupnya dan.... Bolehkah?

Jaemin majukan kepalanya, ia pejamkan mata itu. Sebentar lagi....   Hap
Jaemin langsung membuka matanya, bibirnya tengah digigit oleh Renjun, ntah apa yang diimpikan lelaki itu namun sekarang bibir bawahnya tengah digigit.

Jaemin merasa kesakitan sungguh, rasanya ingin menangis. Ia tepuk-tepuk pipi itu namun yang didapatnya sebuah tarikan dibibirnya.

"Aaaaaaa Renjun lepas lepas, sakitt," masih dengan tepukan pada pipinya. Akhirnya gigitan itu terlepas.

Jaemin menarik tangan yang sedari tadi menjadi tumpuan bantal untuk Renjun, persetan jika Renjun akan terbangun kali ini bibirnya harus diselamatkan.

Perih sekali, bibirnya pasti akan bengkak. Mana dia besok ada kelas, sangat amat malu.
Dia menoleh pada Renjun, bersiap ingin memukulnya namun tidak jadi. Dia harus segera tidur.

Masih memegang bibirnya, Jaemin memejamkan matanya dan bersiap untuk tidur.

—-

Renjun terbangun dari tidurnya, pening yang ia rasakan. Setelah Jeno pergi selanjutnya apa ya? Renjun mengangkat bahunya dan bersiap untuk turun ke bawah, siapa tau Jaemin sudah memasak untuknya.

Satu tangga ia berhasil lewati dan terus berjalan, ia mendapati Jaemin tengah menyiapkan makanan karena hidangan itu sudah matang.

Tapi mengapa wajah Jaemin seperti kekurangan tidur ya? Kantung matanya yang tebal dan lihat! Bibirnya bengkak. Apa yang terjadi pada Jaemin?

"Morning Jaem," sapa Renjun. Jaemin hanya melirik Renjun lalu duduk dikursi tempat biasanya. "Pagi."

"Bibir kamu kenapa deh?"

"Digigit tawon," ujar Jaemin lirih tapi masih terdengar oleh Renjun. Renjun hanya mengangguk-angguk sebagai jawaban.

"Semalam pulang jam berapa?"

Jaemin terdiam, jadi? Renjun tidak mengingatnya? Entah ini peruntungan atau kesialan.  "Jam 8 mungkin,"

"Itu sup pengar buat lo," Jaemin menunjuk salah satu wadah berisi sup.

"Makasih Jaem,"

"Hmm,"

Renjun tetap memakan sup nya, Jaemin menatap ke arah Renjun. Dirasa ditatap oleh pemuda dihadapannya, Renjun merasa risih.

contract marriage ; jaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang