O11;

1.5K 211 11
                                    


Renjun pulang sekitar pukul 10 malam, ia sengaja pulang terlambat guna menghindari Jaemin. Ia menghela nafas panjang, bersiap untuk membuka pintu.

Ketika Renjun membuka pintu itu, yang dilihatnya seluruh ruangan menggelap. Mungkinkah Jaemin sudah tertidur. Dia bernafas lega, terimakasih kepada Tuhan karena dia tidak dipertemukan dengan Jaemin. Ia berjalan untuk menjalankan saklar lampu.

Tapi harapan itu pupus seketika, ketika pundaknya seperti ada yang memegangnya. Haruskah Renjun kabur sekarang?

Ia putar balikkan badannya dan benar saja Jaemin. Baru. Pulang. Bagaimana bisa ia pulang selarut itu, harusnya kan ketika sore hari tadi.

"Ngapain?" tanya Jaemin.

"Kamu gak lihat? Saya lagi berdiri," alibi Renjun. Tidak, dia hanya sedang mensyukuri Jaemin yang sudah tertidur tadinya ia berpikir seperti itu.

"Iya gue juga tau, ngapain lo berdiri terus?"

Renjun melihat ke arah bibir Jaemin, sudah mendingan kah? Tapi masih terlihat sedikit bengkak.

"Jaemin, saya minta maaf"

Jaemin terkekeh, "ini yang lo sebut pengen jadi dominan? Tapi maunya dipeluk? Sini tidurnya mau gue peluk lagi gak?" ujar Jaemin sambil merentangkan kedua tangannya.

Muka Renjun memerah, ia malu. Tuhkan ia diledek oleh Jaemin. Ah, dia punya ide.

Renjun tersenyum kecil, ia kesal lihat saja Jaemin ia akan membalasnya. "Bibir kamu kelihatannya masih bengkak, mau saya cium gak biar nambah bengkak?"

Jika begini caranya mungkin Jaemin tidak ingin meledek Renjun lagi. Balasannya sangat gila. Mamahnya menikahkannya dengan pria gila seperti Renjun.

Tapi Jaemin tidak mau kalah.

"Ayo cium gue, berani gak lo"

Kenapa Jaemin membalas ucapannya sih, harusnya lelaki itu pergi. Dia bersiap akan memukul bibir Jaemin dengan tas kerjanya.

Dan.. bug

"Aww," rintih Jaemin. "Lo curang, lo pake kekerasan, lo ga—"

Hmph

Benda kenyal itu menempel sempurna pada bibir Jaemin, mengakibatkan saraf otak lelaki itu terhenti seketika.

Renjun memejamkan matanya, menyesap lalu akal licik yang sedari tadi ia pikirkan akan ia layangkan.

"Aww Renjun sakit-sakit ampun," dejavu, Renjun menggigit bibirnya lagi.

Jaemin akan mengutuk Renjun kali ini.

"Rasain!" ledek Renjun lalu berjalan meninggalkan Jaemin.

Jaemin tidak menerima, ini sudah kedua kalinya bibir ia digigit. Ia harus membalasnya.

Jaemin berlari mengejar Renjun, memutar balikkan tubuh itu lalu menangkup wajah Renjun dengan kedua tangannya.

"Itu yang lo sebut ciuman? Nih liatin gue,"

Detik berikutnya bibir mereka menyatu sempurna, rasa asin darah dari bibir Jaemin dapat Renjun rasakan. Keduanya memejamkan mata, saling menyesap satu sama lain dan hidung yang saling beradu.

Kepala mereka berputar seperti irama, seolah lupa waktu dan kejadian tadi, keduanya masih berbagi ciuman panas di malam hari.

Mata Jaemin terbuka begitupula dengan Renjun, namun bibir mereka masih menyatu. Jaemin mengeluarkan smirk dan itu disadari oleh Renjun.

Jaemin menggigit bibir Renjun seperti yang lelaki itu lakukan padanya tadi, ciuman itu terlepas ketika Renjun mengaduh kesakitan.

"Rasain tuh, mangkanya jangan suka gigit-gigit!"

contract marriage ; jaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang