12 - Kerajaan

159 40 14
                                    

Sang Raja berdiri meninggalkan singgasananya, ia berjalan menuju tempat dimana Rayen berdiri. Wajahnya terlihat sangat sumringah mengetahui putra keduanya telah kembali ke istana. Sejak satu tahun terakhir, Raja selalu murung dalam menjalani harinya. Tapi hari ini semua hal itu hilang, ia terlihat sangat senang lebih dari siapapun.

"Rayen, Putraku.." Ucapnya, ia memeluk Rayen erat, dengan matanya yang basah karena menangis.

Rayen melepaskan pelukan ayahnya itu, ia menatap wajah Raja datar lalu membungkukkan badannya. Aza ikut membungkuk, menghormati sang Raja---Geordo Evander.

"Siapa perempuan yang kau bawa ini, Rayen?" Tanya Geordo seraya memandangi Aza disamping Rayen.

"Saya akan melaporkannya segera, izinkan saya memberikan dia tempat tinggal untuk sementara waktu" Pinta Rayen.

"Ya, ya, pakailah kamar mana saja di istana ini, selain itu Rayen, kita harus kembali bicara segera"

"Ya saya tau, kita bisa bicara nanti sore, saya izin permisi" Ucap Rayen seraya membungkukkan badannya lagi.

Rayen mengambil tangan Aza lembut lalu menuntunnya berjalan. Ia berjalan menuju sebuah pintu di sisi kanan ruangan besar ini. Pengawal yang berjaga segera membukakan pintu besar itu untuk Rayen dan Aza. Mereka melewati para pengawal yang berjajar menunduk hormat.

Mata Aza tak dapat diam melihat setiap sisi lorong yang ia lalui. Sangat mewah, karpet putih keemasan disepanjang lorong membuat lorong ini begitu glamor. Lukisan lukisan di dinding tampak berkilauan terkena sinar dari lampu yang menempel di dinding. Para pengawal yang berjalan di belakang Rayen dan Aza menambah kesan elegan lorong ini dengan pakaian besi yang mereka kenakan.

Aza sedikit merasa tak pantas menginjakkan kakinya di sini. Bagaimana tidak? Ia hanya seorang biasa yang bahkan bukan berasal dari dunia ini. Tapi ia segera menghilangkan perasaan itu dan memfokuskan dirinya lagi. Rayen berhenti di sebuah pintu, ia membuka pintu tersebut lalu mempersilakan Aza untuk masuk.

"buat nyaman dirimu disini, aku akan pergi beberapa saat, tunggu saja disini" Ucap Rayen, ia menutup pintu kamar tersebut dan meninggalkan Aza didalamnya.

Aza berjalan memutari kamar ini. Lebih besar 2× lipat daripada kamarnya di mansion, atau mungkin bisa saja 3× lipat. Aza duduk dan meraba kasur besar berwarna abu muda itu, dingin dan lembut. Ini membuatnya sedikit mengantuk, lagipula seharusnya saat ini sudah pukul 8 malam di dunia nya. Aza memutuskan untuk merebahkan badannya sesaat. Tapi suasana kamar ini membuat matanya ingin terus menutup, akhirnya ia terlelap tanpa sadar.

***

"Halo?"

Suara dan sentuhan itu membuat Aza terbangun dari tidur siangnya. Ia sedikit terkejut saat melihat sosok perempuan cantik bergaun ungu muda tengah berdiri didepan kasurnya. Ia terlihat sangat anggun dengan gaunnya itu.

Aza tersadar, perempuan ini pasti seorang putri atau bangsawan seperti Rayen. Ia cepat cepat merapikan baju dan rambutnya yang sedikit berantakan. Ia berdiri lalu membungkukkan badannya. Perempuan didepannya lalu membungkuk dan mengangkat sedikit gaunnya.

"maaf saya lancang masuk kesini tiba tiba, saya tak mendengar jawaban dari dalam, jadi saya pikir tak ada orang didalam" Ucapnya dengan lembut.

"A-Ah iya, saya juga salah tidak mendengar panggilan anda" Ucap Aza canggung.

Perempuan tadi tertawa kecil mendengar Aza berbicara, "Saya Alyna Vassiopiea, putri tunggal dari keluarga Vassiopiea" Ucapnya lalu kembali membungkuk.

Undisclosed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang