19 - Dijebak olehnya

119 40 39
                                    


"sudahlah, lagipula ia pantas mendapatkannya setelah apa yang ia perbuat padamu bukan?"

***

Suara pintu yang terbuka membuat Aza yang sedang bersiap menoleh kearahnya. Oh, itu Eliana, ia terlihat sedikit terkejut saat tau Aza sudah rapi pada Minggu pagi seperti ini. Bahkan barang barang yang hendak ia bawa sudah rapi terkemas di tasnya. Yaaa, biasanya Aza masih terduduk di kasur sambil mengumpulkan nyawanya yang masih melayang layang. Saat hari biasa saja masih suka terlambat, bagaimana dengan hari libur? Mungkin hari ini ia mendapat keajaiban.

"rajin sekali, bahkan kamu sudah siap sebelum aku datang" Ucap Liana sambil mengitari Aza, memastikan ia benar benar siap.

"Kamu tau kan? aku sangat menunggu hari ini. Jadi tak salah aku lebih bersemangat" Ucapnya dengan antusias.

"Haha iya iya, tapi bukankah ini terlalu pagi? Kereta yang kamu tumpangi saja baru akan berangkat pukul 9"

"aaah, aku harap aku bisa berangkat saat ini juga"

Liana hanya berdecak sambil menggelengkan kepalanya. Entah apa yang membuat gadis itu sangat ingin pergi ke Vredeshzea. Setiap hari ia selalu saja bercerita tentang kalimat kalimat baru yang ia baca dari buku pada Eliana.

Bukannya bosan, hanya saja setiap ia bercerita, ucapannya tak dapat benar benar dimengerti. Ia akan terus menyerocos tanpa henti layaknya kereta. Jadi terkadang Eliana akan membiarkannya terus berceloteh hingga ia lelah dengan sendirinya.

***

Karena bosan menunggu, Aza berniat berkeliling halaman istana sambil menghirup udara pagi yang masih bersih ini. Ia berjalan menyusuri setiap lorong istana bersama Blu yang mengekor di belakangnya. Sudah berapa kali pun ia melewati lorong yang sama, ia tetap terpukau dengan setiap sisinya. Tembok putihnya benar benar menunjukan ciri khas dari kerajaan cahaya ini.

Karena terlelap dalam keindahan itu, Aza tak sengaja menabrak seseorang didepannya. Suara badan yang saling berbenturan terdengar cukup keras. Aza memegangi lengannya yang terasa cukup sakit. Bagaimana tidak? Ia menabrak seorang pria dengan baju besi lengkap dibadannya. Ia meringis kesakitan sambil terus memegang lengannya itu.

Meski Aza sudah jelas sedang terlihat kesakitan, pria itu tampak tak begitu peduli padanya. Justru ia menatap Aza dengan tatapan jengkel.

"ugh, maaf saya tidak melihat jalan tadi" Ucap Aza dengan sedikit bungkukan.

"Oh, kebetulan sekali kita bertemu"

Suara itu. Ternyata ada seseorang yang berdiri dibalik badan besar sang pengawal. Drinne maju melangkah membuat pengawal itu kini berada di belakangnya. Oh! Sekarang terlihat satu lagi yang ada di belakang sana. Itu Alyna, ia tak terlihat senang.

"selamat pagi, nona Drinne, nona Alyna" Sapa Aza pada keduanya dibarengi dengan bungkukan.

"aha, tidak ada sapaan pagi untuk seorang penjahat, cepat berbalik! ikut kami pergi menuju kamarmu" Perintah Drinne kasar.

Kini sang pengawal menarik paksa lengan Aza untuk mengikutinya. Tak paham apa apa, ia hanya bisa pasrah mengikuti kemana mereka berjalan. Ringisan Aza disepanjang jalan sama sekali tak digubris oleh sang pengawal. Ia tetap menyeret gadis itu tanpa melembutkan cengkeramannya sedikitpun. Oh tuhan, apa lagi yang akan terjadi.

Undisclosed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang