25 - Surat dan Liontin

127 38 29
                                    

"Pagi Blu sayaaang!"

Aza berlari dari arah pintu dan melompat ke atas kasur. Ia memeluk foxies itu gemas lalu mencium keningnya lembut.

"Aku bawa makanan, kamu lapar kan?" Tanya Aza sambil membuka sebuah kantong kertas di tangannya. Ia mengeluarkan sebuah roti hangat dari sana. Aromanya yang harum membuat Blu bersemangat dan mulai menggoyangkan ekornya.

"Aaaa.." Sebuah tangan melayang pergi menuju mulut Blu.

Blu kemudian melahap roti di tangan Aza dengan cepat. Ia mengunyahnya dengan sangat heboh sehingga membuat banyak remahan jatuh ke kasur.

"Lapar ya.." Ucap Aza lalu kembali menyuapinya.

"Hey Aza, aku pergi keluar sebentar ya. Ada sesuatu yang harus ku urus," ucap Arfel dari depan pintu.

Aza mengacungkan jempolnya tanpa berhenti menyuapi Blu. Sedikit demi sedikit akhirnya roti itu habis tak tersisa. Kini Aza mulai sibuk dengan kotak yang diberikan oleh nenek pendiri kedai omelet tadi.

Tak ada cara apapun untuk membuka kotak itu. Kotak itu rapat dan semua permukaannya datar. Sudah berbagai cara juga Aza lakukan untuk membuka kotak itu, namun tetap saja tak ada hasilnya. Padahal ia sangat yakin di dalam situ ada sesuatu.

"Darimana kamu mendapatkannya?" Tanya Blu.

Aza menghentikkan aktivitasnya dan melihat ke arah Blu. "Dari seorang nenek pendiri kedai omelet. Kamu tau apa ini?"

Blu melompat ke pangkuan Aza, "itu kotak yang biasa digunakan kerajaan untuk menyampaikan pesan," ucapnya.

Aza mengernyitkan keningnya, "pesan?"

"Pesan khusus yang biasanya sangat penting dan di rahasiakan."

"Oh, jadi bagaimana cara membukanya?"

"Itu akan terbuka jika sampai ke penerima yang benar"

Aza mengangguk paham, "jadi aku bukan penerimanya ya?"

Blu menghela nafasnya. "Tekan dulu ibu jarimu ke permukaan yang lebih kasar, jika memang kamu penerimanya, kotak itu akan terbuka," jelas Blu.

Setelah mendengar penjelasan dari Blu, Aza langsung mempraktekkannya dengan ibu jari miliknya. Dan benar! Kotak itu terbuka. Aza melihat ke dalam kotak itu. Di dalamnya terdapat beberapa kertas yang terlihat lusuh. Tanpa pikir panjang lagi, Aza mengambil kertas-kertas tersebut dari sana.

—————————————————————

Vredeshzea, 1969

Aku menuliskan surat ini untukmu Agatha. Berjaga jaga saja jika aku mati nanti. Aku hanya ingin kamu tahu, kamu itu adalah satu satunya gadis yang aku cintai. Saat kamu hadir di kehidupanku, aku begitu bahagia. Lebih bahagia daripada siapapun. Meskipun begitu, maaf jika pada akhirnya aku harus meninggalkanmu disini. Ingin rasanya aku membawamu bersamaku. Tapi aku takut disana justru akan lebih membahayakanmu. Aku juga tak akan tahu seberapa gila orang-orang itu akan terus mengejarku. Kamu aman disini. Semoga takdir mempertemukan kita kembali. Aku menyayangimu.

Amelia.

—————————————————————

Undisclosed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang