20 - Pekerjaan

104 41 31
                                    

Aza terus berjalan di dalam keramaian orang berlalu lalang. Meskipun sudah sampai di pusat ibukota, ia benar benar tak tahu harus melakukan apa. Apalagi saat ini  ia tak membawa apapun, sama sekali tak ada. Hanya Blu saja yang menemaninya saat ini.

Ia berhenti lalu duduk di depan sebuah toko kerajinan. Beruntung saja di situ ada tempat duduk untuk umum. Setidaknya ia bisa menyusun rencananya dulu di sini.

"Blu, menurutmu aku harus apa?" Tanyanya pada Blu yang duduk di sebelahnya.

Blu menguap, "itu terserah padamu." jawabnya dengan malas.

Aza memutar bola matanya kesal, lagi-lagi foxies pemalas ini tak membantunya sama sekali. Tapi setidaknya Aza tak sendirian di tengah-tengah keramaian kota ini. Masih ada yang bisa ia ajak bicara seperti Blu, walau tak berguna-,

Karena tahu tak bisa mengandalkan peliharaannya itu, Aza mulai berpikir keras untuk apa yang akan ia lakukan setelah ini. Ia meletakkan dagunya pada tangan cukup lama. Hingga akhirnya ia tersenyum dan menjentikkan jarinya senang. Tampaknya ia mendapat sebuah rencana.

"blu ayo! aku sudah tahu harus apa." Ucapnya sambil berdiri. Senyuman di wajahnya terlihat tak henti henti mengembang.

Blu bangun dengan malas. Entah kenapa ia tak begitu yakin dengan rencana yang akan Aza jalankan. Yaah, memang pemilik dan peliharaan ini tak pernah saling percaya satu sama lain. Lebih tepatnya semenjak Aza tahu bahwa Blu adalah seekor jantan.

Aza masuk ke dalam toko kerajinan tersebut tanpa memberi tahu Blu apapun. Ia celingukan mencari-cari sang penjaga toko itu.

"apa yang kau cari?" Tanya Blu dari bawah dengan kepalanya yang mendongak.

Aza berjongkok kemudian mengangkat Blu ke dalam dekapannya. "Jangan di bawah, jika terinjak aku akan repot." Ucapnya.

"Terserah." Ucapnya terlihat tak peduli. Tapi tak dapat bohong, Blu selalu merasa nyaman jika Aza sudah menggendongnya seperti ini. Lihat saja, ia akan tertidur sebentar lagi.

"Ke mana sang penjaga toko ini? padahal toko ini adalah awal yang baik menurutku." Aza berdiri diam di depan sebuah etalase dimana banyak barang dipajang.

"tunggu saja, sebentar lagi ia akan keluar."

Benar saja, apa yang dikatakan Blu benar benar terjadi. Beberapa detik setelah Blu mengatakan itu, seorang wanita dengan kemeja putih keluar dari sebuah pintu di dekat etalase. Ia terlihat membawa sebuah bola kaca dengan miniatur kecil di dalamnya.

Wanita itu melihat Aza yang melempar senyuman kikuk padanya. Dengan ramah ia menyapa balik Aza dengan senyuman hangatnya. Ia meletakkan barang yang ia pegang ke dalam etalase, lalu berbicara pada Aza.

"apa ada yang bisa ku bantu?" Tanyanya begitu ramah.

Aza terlihat gugup untuk menjawab, ia menggaruk pipinya yang sama sekali tak terasa gatal, "um.. itu.."

Wanita itu terus menunggu Aza melanjutkan ucapannya. Blu yang tak tahan dengan kecanggungan ini akhirnya berbicara lebih dulu.

"ia sedang mencari pekerjaan, apa anda mempunyai slot kosong untuknya?" Ucapnya langsung ke inti.

Aza melotot padanya, Blu hanya menanggapinya dengan ekspresi yang seolah mengatakan 'kamu terlalu lamban'.

Wanita penjaga toko itu kemudian tersenyum tak enak, "ah maaf, tapi saat ini slot sudah terisi semua." Ucapnya diakhiri dengan bungkukan.

"Oh begitu! baik eh, tidak -tidak masalah! ah terima kasih!" Ucap Aza terbata-bata. Ia segera keluar dari toko itu lalu menghela nafasnya.

"kamu terlihat sangat gugup." Celetuk Blu.

Undisclosed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang