9 - Merelakan

161 42 2
                                    

"udah makhluk ke berapa sekarang?" Tanya Kiara melalui telepon.

"empat, kenapa?" Rayen bertanya balik.

"oh, kalo yang ke empat udah selesai, kabarin gue"

"buat apa?"

"nanti kita ketemu di rooftop brighthope"

"ngapain?"

Tuut.

Telepon dari Kiara sore ini membuat Rayen bingung, tak jelas apa tujuannya mengatakan itu.

"siapa yang nelpon?" Aza muncul dari balik tangga.

"Kiara" Jawab Rayen singkat.

Aza berlari kearah Rayen dan mencoba mengambil ponsel di tangannya. Namun Rayen bergerak sangat gesit sehingga Aza tak mampu merebut ponsel itu dari tangannya.

"ih apaan sih, gue mau ngomong sama kiara!" Ucap Aza dengan nada tinggi.

Rayen mengangkat tangannya tinggi ke udara, dengan begini Aza tidak akan bisa meraihnya.

"udah mati"

"SIAPA?"

"teleponnya"

Aza memutar bola matanya sebal, ia pergi berbaring di sofa, bisa dipastikan saat ini wajahnya terlihat sangat kesal.

"kok lo ga ngasih tau gue kalo kiara telpon?, padahal lo tau gue nungguin telpon dari dia" Omel Aza

"dia yang matiin teleponnya"

"aah! gatau gamau denger gue"

Rayen pergi keluar dari rumah tanpa sepatah kata pun. Aza hanya melirik dan mengangkat bahunya tak peduli.

***

Malam sudah tiba, Aza terheran heran melihat Rayen tetap berada di meja kerja nya. Apa malam ini tidak ada misi?

"Rayen, kok kita ga berangkat berangkat"

Rayen tak merespon perkataan Aza, ia tetap sibuk mengetik di laptopnya.

"males, kacang" Aza meregangkan badannya dan menguap, "ngomong ngomong, monster ke-4 kaya gimana?" Lanjutnya.

Aza mengernyitkan keningnya, Rayen tetap tak menjawab pertanyaan Aza. Ada apa dengan si 'pangeran' sebenarnya?

Aza beranjak dari duduk nya, ia berjalan ke arah Rayen lalu berhenti disampingnya, "lo kenapa sih? gue ngomong sama lo-

"jangan ganggu gua dulu bisa?"

Aza menghentikan perkataannya, ucapan Rayen tadi cukup membuat nya bergidik ngeri. Rayen tak pernah semarah ini sebelumnya.

Tak ingin mengganggunya lagi, Aza pergi ke bawah menuju kamarnya. Ia terus berpikir tentang Rayen yang bersikap aneh itu, "duh.. dia marah karna gue ngerebut hp nya tadi sore ya?, gue ngomel terus lagi" batin Aza.

"kakaaak, ayo mainn"

Aza tersadar dari lamunannya, ia melihat Charlotte sedang bermain boneka di lantai kamar. Aza pun duduk dan memperhatikan Charlotte bermain.

"Kok belum tidur lotte?"

"aku masih mau main sama kakakk"

"Lotte, aku mau nanya boleh gaa?"

Charlotte menoleh dan menganggukkan kepalanya, "bolee, kaka mau nanya apa"

"kamu kalo malem suka mimpi buruk ya?"

Undisclosed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang