10 - Awal atau Akhir?

174 39 22
                                    


Hari sudah berganti sejak kepergian Charlotte kemarin, pagi ini Aza dan Rayen sedang asyik beradu mulut di dapur. Aza terus saja digoda Rayen untuk membuat sarapan. Aza tentu menolak, apalagi dirinya yang tak bisa memasak. Bisa bisa masakannya hanya akan terbuang nanti. Tapi Rayen tidak akan menyerah begitu saja, ia terus menarik narik Aza yang berusaha keluar dari dapur. Aza kalah tenaga dan akhirnya mengalah. Dengan wajah masam ia mengenakan celemek yang biasa Rayen pakai.

Ia mulai mengambil alat alat di lemari atas, begitu ia mengambil pisau, ia mengacungkannya ke arah Rayen. "kapan kapan gue bunuh lo ya" gurau nya.

Rayen tertawa mendengar gurauan Aza yang terdengar sedikit mengerikan. "Kalo masakan lu enak, gua traktir lagi ke alun alun"

Aza langsung bersemangat ketika mendengarnya, siapa juga yang tak suka jika ditraktir. Apalagi di alun alun kota banyak kedai makanan yang terlihat lezat. Tanpa ba-bi-bu lagi, Aza mulai memasak. Aroma nikmat dari penggorengan mulai memenuhi dapur. Rayen semakin penasaran dengan apa yang dimasak Aza. Tak biasanya ia memasak seserius ini. Setelah beberapa menit berlalu, Aza menghidangkan masakannya di atas meja, ia juga menuangkan dua gelas jus jeruk yang terlihat sangat segar.

Rayen mulai menerka nerka apa yang ada dihadapannya ini, sejujurnya ini terlihat seperti omelet pada umumnya. Namun siapa yang tahu rasa dibalik omelet yang biasa saja ini? mungkin saja rasanya 3× lebih enak daripada omelet biasa.

Aza duduk dan tersenyum pada Rayen, Aza sangat percaya diri dengan masakannya. Tak disangka ia memasak omelet dengan resep khusus yang diberikan oleh mendiang nenek Amelia 4 tahun lalu. Ingatannya benar benar kuat, ia dapat memasak dengan sempurna tanpa melupakan satu pun bahan.

"ini resep punya nenek gue, dijamin enak!" Ucap nya dengan bangga, ia memberikan sebuah sendok dan garpu kepada Rayen yang duduk didepannya.

Rayen menerima kedua alat makan tersebut, tangannya memotong omelet itu seperti koki kelas atas. Satu suapan melayang ke dalam mulutnya. Rayen memicingkan matanya curiga, makanan ini, kenapa bisa seenak ini? Padahal sudah jelas ini hanya omelet biasa. Rasa dari omelet ini mengingatkannya tentang sesuatu. Tentang sesuatu yang hangat dan berkesan.

"enak" Ucap nya singkat, pujian itu membuat Aza semakin percaya diri. Kini ia tahu dirinya akan makan banyak di alun alun kota nanti. Ia melemparkan senyuman kemenangan dan mulai memakan omelet miliknya.

Saat makan, Aza teringat dengan cerita Charlotte kemarin. Banyak hal yang cukup membuatnya terkejut seperti saat Charlotte mengatakan Rayen kabur dari istana. Sebenarnya Rayen siapa? dan apa yang membuatnya bisa berada di istana? Karena tak ingin penasaran lebih lama lagi ia akhirnya bertanya pada Rayen.

"rayen, lo tinggal di istana?"

Rayen sedikit tersedak, ia cepat cepat meneguk jus jeruk di sisi kanannya. "Kok lu" Ucapannya terhenti, ia mengerti. Gadis ini pasti mengetahui hal seperti itu dari Charlotte, siapa lagi jika bukan dia? Rayen kembali rileks dan melanjutkan kata katanya.

"Iya" Ucapnya singkat.

"lo di istana ngapain?, tukang kebunnya bukan?"

Rayen tertawa sesaat lalu menggedikan bahunya, meledek Aza yang terlihat sangat ingin tahu. Ia tak berniat memberi tahu Aza mengenai perannya di dunia sana, biar saja ia terus penasaran.

"harusnya gue tanya Charlotte aja kemaren, oh iya Charlotte itu seumuran sama gue?"

Sama seperti tadi, Rayen hanya mengangkat bahunya seolah olah tak tahu. Dirinya serasa tak tahan untuk tertawa. Jelas saja, wajah Aza saat ini terlihat sangat menggelikan. Wajah kecewa miliknya akan membuat siapapun yang melihatnya tertawa.

"duluan ah, nanti telat"

Tanpa disadari Rayen sudah menghabiskan sarapan paginya. Sangat bersih tak menyisakan apa pun di piringnya.

Undisclosed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang