Prolog

16 2 0
                                    


Pohon ginko dan pohon momiji berjejeran sepanjang jalan. Daun-daunnya yang berwarna kuning dan merah rindang menaungi sungai, karena itu setiap detiknya selalu ada dedaunan yang gugur mengalir bersama aliran sungai. Bersama hembusan angin satu demi satu daun ginko dan momiji jatuh dengan lembut di atas payung kertas. Sebuah tangan yang kecil dan kurus gemetaran memegang gagang payung itu. kakinya yang pucat menapaki jalan penuh dedaunan. Hujan gerimis sejak tadi membuat kaki kecilnya semakin dingin dan payung kertas yang sudah rusak di sana sini itu tidak bisa menahan tetes-tetes air yang semakin membasahi baju lusuhnya.

Bocah kecil itu melintasi jembatan. Di ujung jembatan itu berdiri seorang anak sebaya dirinya. Anak itu terlihat sehat dan kuat, dengan baju yang jauh lebih manusiawi daripada anak berpayung itu. Tetapi entah mengapa baju bagusnya itu lusuh dan seperti dirinya, anak itu juga bertelanjang kaki. Bocah berpayung berpikir dalam hati, sepertinya anak itu tersesat. Lalu bocah berpayung itu berjalan mendekatinya. Walaupun di muslim gugur dan hujan yang semakin dingin ini, bocah itu mengulurkan payungnya dengan hati yang hangat dan berkata.

"Ayo, pulang bersamaku..."

/// /// ///

Autumn Momiji RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang