Untitled Part 11

2 0 0
                                    


Setelah itu keesokan harinya Migi pergi bekerja seperti biasa. Di sore hari ketika waktu pulang, dia mampir ke gudang logistik untuk menanyakan obat-obatan itu.

Pegawai 1: ya, obat-obatan untuk para warga yang sakit sudah datang.

Migi: saya membutuhkan untuk 5 orang, tuan

Pegawai 1: (mengeluarkan 5 botol) obat ini harus dikonsumsi setiap hari 3 pil. Dalam satu botol ini ada 9 pil.

Migi: baiklah, terima kasih. (mengambil 5 botol lalu beranjak pulang)

Pegawai 2: hei! Mau kemana kau?

Migi: membawa obat ini kepada para warga, tuan

Pegawai 2: harga 1 botol obat ini 5 keping perak! Kau harus bayar!

Migi: apa? kalian tidak memberikan obat ini gratis?

Pegawai 2: kau ini bercanda ya?? Mau dihajar dulu?!

Pegawai 1: hei! kami ini sudah berbaik hati menurunkan harga! Kau pikir obat ini murah? Harganya jauh di atas itu!

Migi: tidak mungkin... harganya terlalu mahal. Bagaimana warga bisa membeli obat-obatan ini?

Migi: tolong, berikan saja 1 botol...kami sangat membutuhkannya. Para warga tidak memiliki uang sebanya—

Pegawai 1: dengarkan aku anak muda, semua kegiatan ekonomi desa ini hancur. Tuan Mokade juga mengalami kerugian. Tapi tuan mokade tetap mempekerjakan kalian bahkan bersusah payah setiap hari pergi ke provinsi, lalu mencari obat-obat ini. Lalu kalian? apa yang kalian lakukan untuk desa ini?? Kalian hanya beban!

Pegawai 2: heh, aku ingat. Kau bukan warga desa ini kan? Kenapa kau kemari hah?? Apa kau mencari keuntungan dari desa ini? Atau kau hanya menambah beban desa?!

Pegawai 1: kalau kau ingin obatnya, bayar 3 keping perak!

Migi: kami tidak punya uang sebanyak itu, tuan

Pegawai 1: baik. 2 keping perak! Aku tidak akan memberikan jika kurang dari itu

Migi: baiklah...tapi saat ini aku tidak membawa uang. Aku akan pergi dulu mengambilnya

Migi: bagaimana ini? aku hanya memiliki simpanan uang 2 keping perak dan 3 nikel. Uang ini rencananya akan aku belikan singkong...tapi warga desa sangat membutuhkan obat itu

Migi pun pergi ke rumah warga yang sakit.

Migi: nyonya, obat-obatan itu sudah ada. Tapi, kita harus membayar obat itu

Nyonya 1: membayar? Apakah kita tidak bisa mendapatkannya gratis?

Migi menggeleng. Raut wajah para warga wanita di depannya langsung muram. Mereka paham, mereka bukan orang yang memiliki kuasa.

Nyonya 1: berapa harganya?

Migi: (Migi ragu) 2 keping perak untuk 1 botol...

Nyonya 2: apaaa??!! Apakah itu bukan berarti membunuh kami semua?

Nyonya 3: obat itu terlalu mahal! Aku tidak bisa membelinya walaupun hanya 1 botol!

Nyonya 4: Migi, apa kau tidak bisa meminta 1 botol saja untuk kami?

Migi: saya sudah melakukannya nyonya. Tapi tidak bisa.

Nyonya 5: bagaimana kalau begini saja, kita patungan saja untuk membeli obat itu.

Nyonya 3: patungan? Sepertinya itu ide bagus...

Migi: tapi nyonya, dalam 1 botol hanya ada 9 butir pil dan obat ini harus diminum 3 kali sehari. Bagaimana kalian akan membaginya?

Nyonya 3: kalau begitu 1 orang minum 1 pil. jadi semua orang pasti kebagian.

Nyonya 5: benar... aku setuju. Bagaimana dengan yang lainnya?

Nyonya 1: aku juga akan patungan

Nyonya 2: sebentar nyonya. Kalau pun kita patungan, berarti setiap orang harus membayar 20 keping tembaga. Itu masih harga yang sangat mahal

Nyonya 4: benar juga. Kalau kita bisa beli obat itu dengan 20 keping tembaga, tapi setelah itu kita tidak bisa makan. Itu sama saja

Migi: ah, bagaimana kalau kalian bayar 4 keping tembaga saja tiap orang?

Nyonya 3: lalu bagaimana dengan sisanya?

Migi: itu... biar aku yang mengurusnya, nyonya.

Nyonya 1: baiklah...aku setuju Migi.

Migi menerima 4 keping tembaga dari masing-masing orang, berarti telah terkumpul 20 keping tembaga. Atau senilai dengan 1 keping perak. Untuk kekurangannya, Migi mengeluarkan 1 keping uang perak dari sakunya. Dia lalu kembali ke rumah kompleks Tuan Mokade dan menuju gudang logistik. Dia menyerahkan uang itu kepada pegawai. Mereka lalu memberikan sebuah botol kecil berisi pil obat.

Migi segera pulang dan menemui para warga, dia pun menyerahkan botol kecil berisi 9 butir obat itu.

/// /// ///

Autumn Momiji RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang