Hari berikutnya, masalah penyakit warga tidak kunjung membaik. Para warga pun ramai-ramai memprotes Migi ketika dia hendak pergi bekerja.
Nyonya 1: Migi! Kenapa tidak ada perubahan sama sekali?
Teriak seorang wanita. Dia adalah warga yang kemarin mengeluhkan suaminya sakit batuk aneh itu. sekejap saja wanita lainnya menghadang Migi.
Migi: ada apa nyonya?
Nyonya 3: suamiku sedikit lebih baik setelah mengkonsumsi obat itu semalam. Tapi pagi ini, dia masih batuk dan demam. Dia harus cepat sembuh agar bisa bekerja!
Migi: nyonya, sepertinya obat itu harus dikonsumsi secara rutin 3 kali sehari. Tapi apa boleh buat karena kita tidak bisa membeli banyak—
Nyonya 2: kalau begitu, cepat berikan obatnya. Suamiku masih batuk berdarah
Nyonya 4: berikan juga padaku.
Nyonya 5: tapi obat yang kemarin sisa 4 kan? Sedangkan kami berlima. Salah seorang pasti tidak akan mendapat obat. Apa yang harus kita lakukan?
Migi: kita harus membeli lagi obat itu.
Nyonya 3: membeli lagi? kita sudah tidak punya uang untuk itu!
Nyonya 1: berikan saja obat itu padaku, nyonya. Tolong prioritaskan orang yang sakit lebih berat. Suamiku benar-benar membutuhkan. Penyakitnya sudah sangat parah
Nyonya 3: apa yang kau katakan? Lalu bagaimana dengan kami berempat?
Nyonya 1: tentu saja sesuai tingkat keparahan penyakit, nyonya. anda harus berlapang dada. Tundalah sebentar pengobatan suamimu. Saya lihat suamimu tidak separah yang lain
Nyonya 3: APAA?? MENUNDA?? GARA-GARA SAKIT ANEH INI, SUAMIKU TIDAK BISA BEKERJA! KAMI INI SANGAT BUTUH UANG SAAT INI!!
Nyonya 1: MEMANGNYA HANYA KALIAN SAJA YANG MEMBUTUHKAN UANG??!
Nyonya 3: HEI NYONYA! AKU JUGA IKUT MEMBAYARKAN UANG UNTUK MEMBELI OBAT ITU! KAU JANGAN SEENAKNYA!
Nyonya 1: suamimu sudah membaik kan?! Dia akan lebih cepat pulih! Kau tidak melihat suamiku sangat menderita? Kau ini tidak punya hati ya?
Nyonya 3: suamimu memang sudah parah! Harapannya hdup kecil! Seharusnya kau menyerah dan mengalah pada kami! Pil itu akan sia-sia saja—
Nyonya 1: BERANINYA KAU!!
Tuan 13: ada apa ini??! Kenapa ribut sekali pagi-pagi??
Para warga wanita itu pun menceritakan situasi padanya.
Tuan 13: hei, kalian yakin tidak ditipu oleh anak ini? (menunjuk pada Migi) Dia ini bukan siapa-siapa. Asal usulnya saja tidak jelas. dia juga bukan warga di sini
Migi: tuan..aku tidak pernah menipu...
Tuan 12: lalu bagaimana kau akan bertanggung jawab dengan situasi ini?
Migi: nyonya semuanya. Bagaimana jika setiap pil dibagi menjadi separuhnya? Kita akan mendapat 8 pil. Setiap orang bisa meminum setengah bagian itu
Nyonya 1: bagaimana dengan suamiku? Kalau hanya setengah, pil itu juga hanya bekerja setengah-setengah!
Nyonya 3: baiklah, baik! bagaimana kalau begini. Ambil saja 1 pil itu. 2 pil lainnya akan kami bagi menjadi setengah untuk kami berempat.1 pil sisanya untuk kondisi darurat. Nah, tapi ada kompensasinya. kau harus menukar 1 pil itu dengan semangkuk jagung tumbuk untuk kami berempat.
Nyonya 1: haahh?? 4 mangkuk jagung tumbuk? ITU KETERLALUAN!
Nyonya 4: benar, kalau kau tidak mau berarti kau harus mengambil pil setengah bagian saja
Nyonya 1: baik! Ternyata ini yang dinamakan tetangga?? Beginikah kalian memperlakukanku?!
Nyonya 5: ini adalah solusi paling baik, kau masih mengeluh?
Nyonya 1 tidak bisa berkata apa-apa lagi. dia hanya mengambil pil itu dan pulang ke rumah. Mereka pun bubar walaupun dalam hati masing-masing dipenuhi amarah.
///
KAMU SEDANG MEMBACA
Autumn Momiji Rain
General FictionMigi: dimana pun dia berada, dia selalu menjadi bagian dari kemiskinan. Sanka: petarung kuat yang memeras pejabat agar harta mereka kembali ke rakyat. Riven: bandit kejam yang tidak segan membunuh orang Dunia mereka terlalu berbeda untuk petualanga...