Untitled Part 12

2 0 0
                                    

Hari berikutnya, masalah penyakit warga tidak kunjung membaik. Para warga pun ramai-ramai memprotes Migi ketika dia hendak pergi bekerja.

Nyonya 1: Migi! Kenapa tidak ada perubahan sama sekali?

Teriak seorang wanita. Dia adalah warga yang kemarin mengeluhkan suaminya sakit batuk aneh itu. sekejap saja wanita lainnya menghadang Migi.

Migi: ada apa nyonya?

Nyonya 3: suamiku sedikit lebih baik setelah mengkonsumsi obat itu semalam. Tapi pagi ini, dia masih batuk dan demam. Dia harus cepat sembuh agar bisa bekerja!

Migi: nyonya, sepertinya obat itu harus dikonsumsi secara rutin 3 kali sehari. Tapi apa boleh buat karena kita tidak bisa membeli banyak—

Nyonya 2: kalau begitu, cepat berikan obatnya. Suamiku masih batuk berdarah

Nyonya 4: berikan juga padaku.

Nyonya 5: tapi obat yang kemarin sisa 4 kan? Sedangkan kami berlima. Salah seorang pasti tidak akan mendapat obat. Apa yang harus kita lakukan?

Migi: kita harus membeli lagi obat itu.

Nyonya 3: membeli lagi? kita sudah tidak punya uang untuk itu!

Nyonya 1: berikan saja obat itu padaku, nyonya. Tolong prioritaskan orang yang sakit lebih berat. Suamiku benar-benar membutuhkan. Penyakitnya sudah sangat parah

Nyonya 3: apa yang kau katakan? Lalu bagaimana dengan kami berempat?

Nyonya 1: tentu saja sesuai tingkat keparahan penyakit, nyonya. anda harus berlapang dada. Tundalah sebentar pengobatan suamimu. Saya lihat suamimu tidak separah yang lain

Nyonya 3: APAA?? MENUNDA?? GARA-GARA SAKIT ANEH INI, SUAMIKU TIDAK BISA BEKERJA! KAMI INI SANGAT BUTUH UANG SAAT INI!!

Nyonya 1: MEMANGNYA HANYA KALIAN SAJA YANG MEMBUTUHKAN UANG??!

Nyonya 3: HEI NYONYA! AKU JUGA IKUT MEMBAYARKAN UANG UNTUK MEMBELI OBAT ITU! KAU JANGAN SEENAKNYA!

Nyonya 1: suamimu sudah membaik kan?! Dia akan lebih cepat pulih! Kau tidak melihat suamiku sangat menderita? Kau ini tidak punya hati ya?

Nyonya 3: suamimu memang sudah parah! Harapannya hdup kecil! Seharusnya kau menyerah dan mengalah pada kami! Pil itu akan sia-sia saja—

Nyonya 1: BERANINYA KAU!!

Tuan 13: ada apa ini??! Kenapa ribut sekali pagi-pagi??

Para warga wanita itu pun menceritakan situasi padanya.

Tuan 13: hei, kalian yakin tidak ditipu oleh anak ini? (menunjuk pada Migi) Dia ini bukan siapa-siapa. Asal usulnya saja tidak jelas. dia juga bukan warga di sini

Migi: tuan..aku tidak pernah menipu...

Tuan 12: lalu bagaimana kau akan bertanggung jawab dengan situasi ini?

Migi: nyonya semuanya. Bagaimana jika setiap pil dibagi menjadi separuhnya? Kita akan mendapat 8 pil. Setiap orang bisa meminum setengah bagian itu

Nyonya 1: bagaimana dengan suamiku? Kalau hanya setengah, pil itu juga hanya bekerja setengah-setengah!

Nyonya 3: baiklah, baik! bagaimana kalau begini. Ambil saja 1 pil itu. 2 pil lainnya akan kami bagi menjadi setengah untuk kami berempat.1 pil sisanya untuk kondisi darurat. Nah, tapi ada kompensasinya. kau harus menukar 1 pil itu dengan semangkuk jagung tumbuk untuk kami berempat.

Nyonya 1: haahh?? 4 mangkuk jagung tumbuk? ITU KETERLALUAN!

Nyonya 4: benar, kalau kau tidak mau berarti kau harus mengambil pil setengah bagian saja

Nyonya 1: baik! Ternyata ini yang dinamakan tetangga?? Beginikah kalian memperlakukanku?!

Nyonya 5: ini adalah solusi paling baik, kau masih mengeluh?

Nyonya 1 tidak bisa berkata apa-apa lagi. dia hanya mengambil pil itu dan pulang ke rumah. Mereka pun bubar walaupun dalam hati masing-masing dipenuhi amarah.

///

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Autumn Momiji RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang