09

39 13 0
                                    

Perkataan Rara membuat Jean kesal, walau sudah terbiasa Rara berkata menyakitkan, tapi tetap saja hal ini seperti Jean ditolak mentah-mentah, ia lebih memilih untuk rebahan di lantai.

"Gue gak akan ngomong lagi sama si Rara!"

Jam sudah menunjukan pukul 10 malam. Jean yang hampir tertidur kembali terbangun ketika jendela nya diketuk.

"Sttt je!"

Mendengar suara Rara, Jean dengan cepat membuka jendelanya tak peduli walau dia kesal dan marah namanya cinta ya cinta. Ya kan?

"Kenapa Ra?"

"Maafin gue ya tadi, gue pikir pikir kaya nya gue jahat banget teriak gitu ke lu, lagipula lu kan sahabat gue. Gue gak mau berantem lama lama sama lu"

"Santai aja kali Ra gue dah biasa ini diginiin sama lu"

"Jangan gitu lah jahat banget gue kedengeran nya"

"Hahah yaudah sana kalau mau tidur"

"Iya nih gue ngantuk banget, capek abis jalan sama Rakel"

Ekspresi Jean mendadak menjadi cuek dan males mendengar.

"Kalau capek ya gausah jalan lagi sama dia!"lantas Jean langsung menutup jendela kamarnya membuat Rara keheranan baru aja baikan udah gitu lagi.

Jean mengacak ngacak rambut nya bingung memikirkan siapa sih yang sebenarnya membuat dia kesal dan cemburu ini. Rakel? Atau malah Rara? Lagi seriusnya berpikir pintu kamarnya malah di ketuk seseorang

"Apa sih ma Jean tuh mau bo-"ucapan Jean terhenti ketika melihat Rakel sudah berdiri di depan kamarnya dengan membawa bungkusan ditangannya.

"Mau bo? Open bo?"tanya Rakel disertai senyuman khasnya.

"Gila lu ya! Maksud gue tuh bobo!"

"Oh gitu..hmm kalau open boleh juga"bisik Rakel pada telinga Jean.

"Stres! Pergi sana!"

"Maksud gua open pintu kamar lu, gua mau masuk"ngeles Rakel.

"Gak mau!"ucap Jean sembari menutup pintunya.

"Shhh ahh aduh aww sakit banget je!"

"Hah kenapa?!!"Jean kembali membuka pintu kamarnya.

"Jari gua ah sakit banget!"

"Bohong ah orang jauh kok!"ucap Jean yang ragu namun tetap panik.

"Beneran nih...nih kan berdarah!"keluh Rakel dengan menutupi jari telunjuknya.

"Masa berdarah? Coba liat!"ucap Jean yang kini panik seutuhnya.

Rakel enggan memperlihatkan jari yang katanya berdarah itu, Jean yang panik menyuruh Rakel untuk duduk dulu di kasur nya selagi ia mencari plester di kotak P3K.

"Aduh dimana lagi!"Jean yang udah pasrah mencari kotak P3K yang tidak ketemu ketemu ia baru ingat bahwa dia gak punya kotak P3K dikamarnya. Dasar badut

"Coba siniin tangannya"ucap Jean.

"Gak mau"

"Siniin itu berdarah kan?"Jean lalu menarik jari telunjuk Rakel dan memasukannya dalam mulutnya.

Rakel hanya terdiam di atas kasur melihat Jean yang menghisap jarinya di bawah lantai, padahal jarinya itu gak ada darahnya sama sekali.

"Mama gue sering begini kalau jari gue berdarah, gue juga gatau kenapa darahnya dihisap tapi liat udah gak keluar kan darahnya"ucap Jean dengan senyumannya, walaupun awalnya memang gak ada darah tau!

Kebebasan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang