24

14 8 1
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam namun Rakel masih saja memegang tangan Jean, ia benar benar memanfaatkan waktu ini bersama Jean, mengingat jika Rakel menjenguk saat ada mamanya Jean, Rakel selalu dilarang mendekati Jean berujung diusir dari rumah sakit itu.

Tiba tiba pintu ruangan terbuka, menampilkan Adit, Rendi, dan Karina.

"Tentram ya bang ga ada mamanya Jean?" ucap Adit dengan terkekeh kecil. Rakel pun hanya membalas dengan senyuman.

"Belum ada perubahan ya?"Kini rendi yang berbicara pada Rakel. Sementara Karina yang baru pertama kali melihat Rakel tampak kebingungan, kini ia menoel tangan Rendi lalu berbisik "Ganteng bet bjir"
Rendi lalu melotot sambil berbisik pula" Bangke kelakuan lu"

Rakel kemudian menoleh ke arah Karina yang juga tak pernah ia lihat. Rendi lalu inisiatif mengenalkan pacarnya itu.

"Ini Karina bang, pacar gue"ucap Rendi yang reflek membuat Karina memberikan senyum pada Rakel. Sementara Rakel hanya melihat Adit lalu beralih ke Rendi lalu ke Adit lagi setelah itu Rakel hanya mengangguk tanpa berbicara.

Mereka berempat pun untuk beberapa menit masih berada dalam ruangan Jean sambil mengobrol ngobrol tak lama kemudian pintu kembali terbuka menampilkan mama Jean yang langsung menatap tajam mengetahui Rakel mendekati Jean lagi.

"Ngapain kamu kesini lagi?"

"Rakel.... Rakel cuma pengen ngeliat kondisi Jean, tan"

"Kamu masih ga sadar? kamu yang buat anak saya begini, ga usah jenguk lagi, saya ga pengen buat anak saya celaka kalau deket sama kamu"tegas mama Jean sembari mendorong dorong dada Rakel.

"Tante, ini semua tuh bukan salah dia, tante ga liat usaha bang Rakel yang berhari hari nyari mobil yang nabrak Jean?" bela Adit dengan menahan tangan mama Jean.

"Tetep aja, Jean celaka pas sama dia kan?" ucap mama Jean membuat semuanya tak bisa berkata apa apa lagi bahkan Adit sekalipun.

"Gapapa, Rakel paham kok tan" ucap Rakel dengan senyuman yang tampak menahan kesedihannya. Ia bergegas mengambil mantelnya yang berada di samping Jean, lalu bergegas keluar dari ruangan. Semuanya pun ikut pulang setelah Rakel keluar.

"Ren, emangnya Rakel yang nabrak Jean?" tanya Karina yang tidak tau menau detailnya, yang ia tau Jean ditabrak mobil tapi melihat kejadian tadi kenapa malah nyalahin Rakel pikirnya.

"Bukan jir. Tapi waktu itu Jean emang lagi nginep di rumah Rakel terus paginya kecelakaan itu, nah emaknya Jean nih dangkal jir, dia mikirnya sejauh ini berangkat dari rumah atau berangkat sama kita kita ga kenapa napa pas sama Rakel malah gitu" ucap Adit yang malah menjawab padahal bukan dia yang ditanya.

"Kasian cok kek sayang banget jir dia sama Jean, kalian sadar ga si kek tulus banget jir tatapannya mana tangannya ngelus mulu" ucap Karina yang heran sementara Adit dan Rendi hanya bertukar pandangan hingga Adit pun berbicara.

"Ya iyalah orang pacarnya"ucap Adit santai

"HAH ANJIR SUMPAH?! mendengar Karina yang berteriak membuat Rendi menatap risih ke cewenya itu.

"Lu si bukan circle kita jadi kaga tau"ucap Adit si paling circle circlean.

"Anjing sakit ati dua kali gue, Jean yang manis gitu sama cowo yang ganteng  paripurna ga gue dapetin dua duanya"

"Noh liat samping lu udah bete"ucap Adit menunjuk Rendi dengan bibirnya.

Untuk kali ini Karina benar benar mengabaikan Rendi. Ia masih kaget dengan info dari Adit.

"Sumpah gue gatau apa apa jir"

"Lu sih asik main UNO bae di kelas, kek aki aki yang doyan judi tau ga? Kali kali ngikut kek sama cowo lu ke kelas gua"Adit terus menceritakan semuanya hingga Karina tau sampe akar akar masalah dengan Rara. Kini mereka malah asik ngeghibah kek ibu ibu komplek dan berujung menghasut ga usah temen Rara lagi.

"DEMI APA?" karina terus menerus menutup mulutnya tak percaya mendengar cerita Adit saat Rara mengganggu Jean.

Saat sampe di parkiran. Rendi masih menunggu mereka berdua yang masih aja ngobrol.

"Ini pada mau pulang ga si? cape gue anjir"

"Iyaaa sayang ayo pulang ayo" ucap Karina yang memeluk lengan Rendi, ia bahkan baru sadar daritadi telah mengabaikan Rendi.

"Betmutan anjir cowo lu" ucap Adit yang mulai starter motornya. Kali ini ia bawa motor sendiri karena Rendi bersama Karina.

"Bacot lu dit"

"Awas rin motornya karatan, takutnya mogok dijalan aakwoakaoak" Adit ketawa bebek lalu ngegasin motornya menjauh.

"Anjir si Adit" tawa Karina dengan menggelengkan kepalanya.

Sementara Rendi tak berbicara sepatah kata pun setelah berhasil starter motornya, ia menunggu Karina untuk menaiki motornya.

"Kamu kenapa sayangku kok diem mulu si, mana mana mana gemesnya aku cintanya aku"ucap Karina dengan memeluk erat Rendi

"Udah rin, gue lagi ga mau mode bucin"ucapnya dengan menyingkirkan tangan Karina dari perutnya.

"Bangke. Yaudah terus lu kenapa jir" tanya Karina yang balik ke jati diri aslinya. No gimik gimik bucin.

"Gue cape, full ekskul hari ini terus pulang sekolah langsung kesini ditambah ngeliat si Adit makin cape gue"

Mendengar keluhan Rendi reflek membuat Karina memeluk pacarnya itu sembari menyandarkan dagunya ke bahu Rendi.

"Kamu hebat banget sayang hari ini, abis ini istirahat ya, aku ga akan maksa sleep call deh. Sini peyuk" Karina semakin menenggelamkan wajahnya ke punggung Rendi hal ini membuat Rendi terkekeh karena geli.

"Lu aja ga liat gue main tadi" Rendi cemberut dengan bibir manyun.

"Hehehe gue kan sibuk ekskul juga ren"

"EKSKUL JUDI"

Karina ngakak sambil mukul mukulin punggung Rendi mendengar Rendi si tukang ngegas.

"Anjir tadi ga pake duit kok main UNO nya"karena merasa gemas, Karina pun mencubit pipi Rendi dari belakang.

Rendi terus mengoceh ga ada abisnya diikuti gerakan gerakan badannya yang seakan akan mengejek Karina.

"Eh anjir tumben kaca spionnya ngadep ke muka" ucap Karina yang baru sadar bahwa kaca spion menghadap ke arah muka mereka.

"Biasanya juga ngadep jalan mulu, gue atur ke arah muka malah dibalikin lagi" protes Karina sembari menatap Rendi dari spion.

Rendi lalu tampak berpikir dan sadar juga, sejak kapan ya dia mau reflek muterin spionnya ke arah orang yang dia bonceng.

"Kesenggol kali nih" ucap Rendi sembari membenarkan spionnya untuk menghadap kearah yang benar.

"Ihh Rendi!!!! malah di benerin!! Ga romantis lu anjir!" omel Karina sembari mencubit cubit badan Rendi.

"Aduh!!! rin sakit ah!!! Lagian spion kan buat liat ke jalan jir!"

Ke Adit elite ke Karin sulit.
.
.
.
.

Bersambung

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kebebasan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang