•lima

937 148 12
                                    

Raffa duduk terdiam, manik matanya tak pernah lepas dari sang sahabat yang juga masih terdiam di atas tempat tidurnya. Kedua tangan Azmi terlihat saling menggenggam satu sama lain. Ia menghembuskan napas pelan, sudah lima belas menit mereka berada di kamar Azmi, namun belum ada tanda-tanda untuk mereka berdua memulai obrolan.

"Lo kenapa diem aja?" tanya Azmi memecah keheningan di antara mereka berdua.

"Gue nunggu lo ngomong duluan." celetuk Raffa enteng.

Azmi menghela napas pelan, ia bisa membaca bagaimana raut wajah Raffa sekarang.

"Iya, sorry.." Azmi berucap lirih, ia paham jika Raffa butuh penjelasan akan absennya ia hari ini.

"Gue udah bilang berkali-kali sama lo, kalau emang sakit ya bilang!"

"Gue juga gak tau, Raff. Tadi pagi gue udah siap mau berangkat sekolah. Tau-tau gue bangun udah di rumah sakit."

Sepandai apapun Azmi menyembunyikan sakitnya, pasti akan sia-sia jika berhadapan dengan Raffa. Di antara mereka berempat, Raffa adalah orang yang Azmi kenal pertama kali saat mereka masuk SMP, tentu saja Raffa sudah paham luar dalamnya seorang Azmi itu seperti apa, sehingga hal itu juga yang membuat Azmi tidak bisa berbohong sama sekali di hadapan Raffa.

Raffa mendecak pelan mendengar jawaban Azmi, "mana ada orang gak papa tiba-tiba pingsan. Itu artinya lo sakit."

"Iya gue kira gue masih bisa tahan, ternyata itu cuma pikiran gue doang, gak dengan tubuh gue."

"Terus kenapa sekarang malah pulang? Kenapa gak dirawat?"

"Ya orang gue gak papa, gue cuma transfusi dikit."

Keduanya kembali terdiam, Raffa sendiri juga sudah bingung dengan Azmi yang selalu bersikap baik-baik saja, tapi nyatanya tidak sama sekali.

"Raff.. Naufal sama Jefran mana?"

Raka sedikit gelagapan mendengar pertanyaan Azmi.

"Tadi Naufal mau ikut kesini tapi Papanya tiba-tiba telfon nyuruh dia pulang cepet."

"Kalau Jefran..."

Raffa terlihat ragu untuk melanjutkan ucapannya.

"Ah, iya gue tau kok."

Azmi sangat paham dengan sikap keras kepala Jefran, semenjak kejadian yang terjadi di antara mereka dulu, Jefran memang menjadi sedikit sensitif jika Azmi sudah seperti ini. Ia sendiri juga paham dengan hidupnya yang selalu merepotkan orang-orang di sekitarnya, mulai dari sang Ayah hingga teman-temannya.

"Gak usah dipikirin." sanggah Raffa cepat, anak itu tahu apa yang ada di pikiran Azmi saat ini.

Manik mata Azmi menatap Raffa sayu, "latihannya gimana?"

"Udahlah, besok lagi. Pikirin dulu kondisi lo sekarang. Lagian waktu kita masih banyak,"

Raffa tahu jika Azmi itu tipikal orang yang sangat sungkan meminta bantuan jika ia tidak benar-benar membutuhkannya. Begitu pula dengan kondisinya, anak itu tidak akan menunjukan kesakitannya selagi masih bisa ia tahan seorang diri, itulah Azmi, tidak mau merepotkan orang lain.

•••

"Sorry, kemarin gue gak ngabarin kalian kalau gue gak masuk, latihannya jadi..."

"Udahlah, Mi. Skip sehari gak bakal bikin kemampuan kita menurun, santai aja."

Naufal buru-buru menyela ucapan Azmi, ia tahu kemana arah pembicaraannya.

Azmi menghela napas pelan, pandangannya ia alihkan ke arah Jefran yang sedang asik memainkan gitarnya dengan pelan. "Jef, gue.."

"Gak papa, Mi. Sorry kalau gue egois, lain kali kalau emang sakit ya bilang. Kita sahabatan udah lama, kita juga udah tau gimana kondisi lo, jangan sungkan kalau butuh sesuatu."

The Orion's || 00Line NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang