"JEFRAN TUNGGU!!!"
"Apaan sih lo, lepas!"
Jefran menepis tangan Naufal yang berhasil menghentikan langkahnya. "Lo kenapa, sih? Gak bisa banget ngontrol emosi lo di depan Azmi?!"
"Emang dia siapa, kenapa gue harus jaga perasaan dia?!"
"Sini lo, duduk!" Naufal menarik tangan Jefran dengan brutal, ia mendudukan sahabatnya itu di atas kursi yang ada di dekat parkiran. Jefran hanya mendengus pasrah tanpa banyak protes.
"Jef, lo kenapa gini, sih? Harusnya lo dengerin dulu penjelasan Azmi gimana, jangan asal ngomong gitu bisa gak?!"
"Penjelasan yang mana, dia sendiri udah bilang kalau dia mau keluar dari band, terus gue harus ngapain?!" jawab Jefran tak terima.
"Jujur, selama ini gue capek banget sama drama band ini. Band yang kata orang keren, tapi aslinya ancur." sambungnya.
"Gue gau lo lagi capek, tapi tolong jangan kaya gitu di depan Azmi, Jef. Lo tau sendiri kondisi dia gimana. Kita bisa dengerin penjelasan dia dulu, kita bicarain ini semua baik-baik."
"Gak ada yang perlu dibicarain lagi, dia sendiri yang udah ngundurin diri dari band. Dia juga yang waktu itu bilang ke kita buat nyari vokalis lagi. Oke, kalau mau dia kaya gitu, gue turutin."
"Jef, susah emang ngomong sama lo kalau lagi emosi gini. Lo pulang aja sana, dinginin dulu tuh kepala lo, masukin kulkas kek atau berendam dulu di air sana!"
Naufal sudah sangat dongkol dengan tingkah Jefran. Ia sudah sangat hafal dengan sifat sahabatnya yang satu itu. Sebenarnya Jefran anak yang peduli, hanya saja ia tidak pandai mengekspresikan perasaannya. Ia hanya bisa menyalurkan semua perasaannya melalui emosi, dan Naufal tahu emosi itu hanya emosi sesaat.
"Aneh lo, tadi yang nahan-nahan gue juga lo." celetuk Jefran.
"Ya udah, gue yang balik. Kita omongan nanti lagi."
Naufal beranjak dari sana dan bergegas menuju parkiran untuk mengambil motor kesayangannya dan pulang.
Jefran menhembuskan napasnya kasar, ia memandang punggung Naufal yang semakin menjauh, "emang sikap gue salah, ya?" gumamnya pelan.
•••
"RAFFA!!"
Naufal berlari menyusul Raffa yang hendak melajukan sepeda motornya, ternyata anak itu belum pulang. Ia menghentikan langkahnya tepat di samping Raffa, berusaha mengatur napasnya yang terengah-engah akibat berlari, entahlah hari ini Naufal sedikit kesal, kenapa kedua temannya hobi sekali membuat ia berlari dan berteriak.
"Azmi mana?" tanya Naufal setelah tenang.
"Baru aja pulang sama Om Azzam. Sakit dia,"
"Hah sakit kenapa?" tanyanya penasaran.
"Ya biasa, tadi sampai mimisan juga setelah lo pergi nyusulin Jefran."
Naufal memijit kepalanya yang ikut berdenyut mengingat kejadian hari ini.
"Jefran gimana?" tanya Raffa.
"Tau lah, emosi gue sama itu anak. Udah gue suruh dia berendam di air biar dingin kepalanya. Biar gak marah-marah mulu."
Raffa terkekeh mendengar penuturan Naufal, sahabatnya memang seperti itu, ia bisa menjadi air yang bisa memadamkan api yang menyala diantara mereka. Tetapi ia juga bisa berubah menjadi api ketika sudah mencapai batasnya.
"Lo mau kemana, Raff?"
"Pulang lah, emang lo kira gue mau kemana?"
"Ya udah deh, gue juga pulang. Besok-besok kita omongin lagi kalau itu dua anak udah tenang."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Orion's || 00Line NCT Dream
Roman pour AdolescentsFamily & Friendship Hanya sepenggal kisah perjuangan empat orang remaja yang bernaung di bawah band bernama 'The Orion's'. Mereka hanya ingin menunjukan eksistensi mereka di dunia musik lewat acara festival sekolah yang diadakan secara rutin setiap...