"Hasilnya gak bagus, Zam."
Azzam menghela napas mendengar penuturan Tedy, setelah menemani Azmi hingga tertidur kembali, Azzam berinisiatif menemui Tedy untuk menanyakan perihal kondisi sang anak yang sempat kembali menurun. Sejujurnya, Azzam sedikit bingung dengan kondisi Azmi yang masih naik turun. Terkadang saat malam sang anak baik-baik saja, tetapi saat pagi tiba kondisinya kembali drop.
"Lo tau sendiri, 'kan Zam, kalau anemia aplastik itu adalah salah satu kelainan darah yang disebabkan oleh kegagalan sumsum tulang dalam menghasilkan sel darah, dan itu yang menyebabkan Azmi harus rutin melakukan transfusi darah. Dalam kasus Azmi, kalau hasilnya kaya gini terus, Azmi butuh donor sumsum tulang, Zam."
"Separah itu?"
"Ada banyak faktor yang bikin sakitnya Azmi makin parah, Zam. Salah satunya ya karena emang kondisi imun Azmi yang emang udah lemah dari lahir."
Azzam memijit kepalanya pelan, "gue harus gimana, Ted. Sampai sekarang Azmi masih aktif sama kegiatan band-nya, bahkan kemarin dia bohongin gue, dia gak bilang kalau dia ada latihan band, dia latihan selama seminggu penuh sampai drop kaya gini."
"Rasanya gue pengin marah, tapi gue juga gak tega.."
Tedy turut iba melihat Azzam yang sedikit frustasi menghadapi sikap sang anak, tapi ia juga begitu salut dengan Azzam yang begitu sabar jika berhadapan dengan Azmi, tidak pernah sedikitpun ia melihat sahabatnya itu berkata dengan nada tinggi atau bahkan bermain tangan dengan Azmi. Selain memang kewajibannya sebagai sosok Ayah, Azzam juga benar-benar menjalankan amanah sang istri dengan baik.
"Lo omongin baik-baik sama Azmi, pelan-pelan aja, Zam. Azmi itu anaknya baik dan nurut banget sama lo, pasti dia bakal dengerin lo."
Azzam mengangguk pelan, "thanks banget ya, Ted. Ya udah kalau gitu, gue balik ke kamar Azmi dulu, ya. Kasihan dia sendirian."
•••
"Tidur lagi aja, ya?"
Azmi menggeleng pelan, sang Ayah menjadi lebih khawatir setelah kondisi tubuhnya yang kembali menurun tadi malam. Ia bergerak sedikit saja, Azzam langsung panik.
"Pusing.." cicit Azmi pelan.
"Ayah pijitin, ya. Azmi tidur lagi aja."
Azzam memijat kepala Azmi dengan pelan, sedangkan sang anak terlihat memejamkan matanya, namun kernyitan halus masih tercetak jelas di keningnya.
"Ayah.." cicik Azmi pelan.
"Kenapa, Nak?"
"Sampai kapan aku kaya gini?"
Gerakan tangan Azzam yang masih memijit kepala Azmi seketika terhenti, ia memandang Azmi dengan sendu.
"Sakit, Ayah. Kapan Azmi sembuh?"
Hatinya kembali berdenyut mendengar penuturan sang anak, selama ini Azmi tidak pernah mengeluh apapun tentang sakitnya, tapi sekarang? Apakah sesakit itu sehingga sang anak mengeluh seperti ini
"Azmi ngrepotin Ayah terus.."
"Hei, anak Ayah kok gitu ngomongnya," tangan yang semula berada di kepala Azmi kini beralih menggenggam tangan Azmi dan mengusapnya dengan lembut, sontak hal itu membuat kedua mata Azmi terbuka dan menatap sang Ayah dengan mata sayunya.
"Ayah udah berkali-kali bilang sama Azmi, Ayah gak pernah merasa direpotin sama kamu, Nak. Kamu itu anak Ayah, tanggung jawab Ayah."
"Tapi aku kaya gini, Yah. Aku sakit terus, Ayah pasti capek ngurusin aku, sedangkan Ayah juga harus ngurus diri sendiri. Gak ada yang bantuin Ayah."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Orion's || 00Line NCT Dream
Ficção AdolescenteFamily & Friendship Hanya sepenggal kisah perjuangan empat orang remaja yang bernaung di bawah band bernama 'The Orion's'. Mereka hanya ingin menunjukan eksistensi mereka di dunia musik lewat acara festival sekolah yang diadakan secara rutin setiap...