4.

985 172 15
                                    

𝐣𝐚𝐮𝐥𝐚 𝐝𝐞 𝐩á𝐣𝐚𝐫𝐨𝐬
𝘚𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘳 𝘣𝘶𝘳𝘶𝘯𝘨

𝐣𝐚𝐮𝐥𝐚 𝐝𝐞 𝐩á𝐣𝐚𝐫𝐨𝐬𝘚𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘳 𝘣𝘶𝘳𝘶𝘯𝘨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku memukul kepala Camilo spontan. Camilo yang kaget akan serangan mendadak itu mulai berubah berbagai wujud sampai kembali ke wujud aslinya. Aku buru - buru menyesal setelah menyadari apa yang kuperbuat. Camilo mengusap - usap kepalanya sembari mengeluh kesakitan.

"Hah? Aku bilang apa tadi?" Camilo bertanya - tanya. Raut wajahnya yang ling - lung membuatnya terlihat seperti idiot.

"Kenapa malah kau yang kebingungan." Gerutuku, menepuk pundak Camilo pelan.

"Aku tidak tau apa yang kukatakan, apa sih sebenarnya yang terjadi padaku." Camilo mengacak - acak rambutnya frustasi. Aku yang melihat jadi ikut merasa frustasi.

Ide jahil terbesit di benakku. "Oh, ternyata yang tadi itu hanya keceplosan. Kukira kau serius menembakku." Ucapku dengan nada yang sebisa mungkin kubuat sedih. Aku mengerucutkan bibirku dan menatap Camilo kecewa.

"Oh, jadi mau beneran?" Camilo balas menggoda, dia mendekatkan wajahnya padaku tiba - tiba.

Aku harap pipi ku tidak semerah tomat. Camilo menaikkan salah satu alisnya dan tersenyum. Boleh juga dia. Aku mencium pipi kanan nya singkat. Kau tidak tau betapa merahnya wajah Camilo. Dia membeku.

Siapa sekarang yang jago menggoda.

Camilo menyentuh pipi kanannya. "Aku tidak akan pernah mencuci pipi kananku."

Aku tertawa melihat respon nya. "Jika kita bertemu lagi, aku akan melakukannya di pipi kirimu. Jadi, kau tidak perlu mencuci wajahmu."

Aku berdiri meninggalkan taman. Tidak lupa membuang gelas kopi tadi ke dalam tong sampah. Aku menengok ke belakang melihat Camilo yang masih menatapku tercengang.

❥๑━━━━━━━━━━━━━━━━━๑❥

Aku tengah asik melahap makan siangku saat seseorang muncul di jendela casita. Dia gadis yang sama dengan yang waktu itu menggandeng Antonio. Dia memakai kacamata hijau, dan rambutnya keriting pendek.

"Hai!" Sapanya. Dia melambaikan tangannya padaku.

Aku menelan makananku. "Umm...hai"

Dia meloncati jendela memasuki ruangan meja makan. Aku membulatkan mataku melihat aksi nya itu. Untung saja tidak ada siapa - siapa di casita. Jika tidak, seseorang sudah menegur dirinya.

"Kau (Name) Rodriguez kan?" Tanyanya tiba - tiba. Aku mengangguk pelan, lalu menaruh sendokku di piring.

"Kenalkan aku Mirabel, Mirabel Madrigal." Dia mengulurkan tangannya dan aku menjabatnya.

FAMILIA [CAMILO X READER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang