𝐜𝐨𝐧𝐟𝐫𝐨𝐧𝐭𝐚𝐜𝐢ó𝐧
𝘒𝘰𝘯𝘧𝘳𝘰𝘯𝘵𝘢𝘴𝘪
Pepatah mengatakan bahwa keingin tahuan membunuh kucing. Dan aku rasa, aku paham dengan apa maksud itu.Bongkahan itu terbentuk seperti baru. Kami melihat sosok Mirabel yang berdiri di depan dan Casita yang retak di belakangnya. Tidak hanya itu, aku melihat diriku dan keluargaku yang berada di samping kanan Mirabel.
Setiap orang menggambarkan hal yang berbeda. Aku melihat sosok ibuku yang tengah terduduk di bawah. Dia menyentuh dadanya dan raut wajahnya terlihat kesakitan. Tía Charlotta disebelahnya berdiri dengan luka - luka yang terukir di setiap tubuhnya. Matias berteriak sembari menggenggam kepalanya. Aku terkulai lemas di gendongan Papa.
"Apa maksud nya ini?!" Seru ku menggebrak meja. Membuat bongkahan itu sedikit berantakan.
Mirabel menepis tanganku agar menjauh dari bongkahan itu. "Tenanglah!"
Aku menghantamkan kakiku dengan keras. Emosi luar biasa mengalir di tubuhku. "BAGAIMANA BISA AKU TENANG SAAT KELUARGA KU TERLIHAT SEKARAT!" Aku berteriak dengan keras. Mirabel tersentak.
Mirabel tidak mengatakan apa - apa setelah itu. Dia cukup tercengang dengan teriakan ku. Aku juga memilih untuk diam. berusaha mengendalikan emosi ku yang menggebu - gebu. Aku duduk di tempat tidurnya.
"Aku hanya.. kau tau, cemas." Lirihku. Aku menutup mataku. Pikiranku sangat kalut. Aku tidak bisa berpikir apapun. Keluargaku, apa yang akan terjadi pada kami. Bayangan itu terus menghantui pikiranku.
Aku melihat Mirabel yang menaruh tas selempangnya di kasur. Dia lalu duduk di sebelahku, menghela nafas panjang.
"Aku minta maaf, (Name)." Bisiknya. "Aku akan urus sampai sini. Sebaiknya kau pulang saja. Aku tidak ingin kau terlibat lebih jauh lagi."
Aku berdiri. Mirabel berdiri dan menepuk pundak ku pelan. Aku tidak mengatakan apa pun padanya. Kaki ku berjalan keluar dari kamar Mirabel dengan lesu.
❥๑━━━━━━━━━━━━━━━━━๑❥
"(Name)!" Aku menghela nafas saat melihat tía Charlotta yang terduduk di sofa ruang tamu. Dia melipat tangannya, raut wajahnya terlihat serius.
"Tía, aku sedang tidak ingin berbicara." Keluhku. Tía Charlotta terlihat tidak peduli dan lanjut berbicara.
"Apa yang kau lakukan dengan Camilo Madrigal?" Tanya tía Charlotta. Aku tidak tau apa masalahnya. Tetapi dia terlihat tidak menyukai ini.
"Tía, kumohon." Ucapku. Aku benar - benar sangat lelah dan hanya ingin berbaring di kasurku. Tetapi tía Charlotta tidak bisa diajak bekerja sama.
"Kenapa kau bersama bocah Madrigal itu?" Tía Charlotta bangkit dari tempat duduk. "Kau jatuh cinta dengan bocah itu? Yang benar saja, selera mu seorang Madrigal?" Dia tertawa. Tawaan ejekan.
"Setidaknya aku tidak akan melajang selama 48 tahun." Aku menyeletuk. Lelah yang berlebihan membuat suasana hatiku sangat buruk. Rasanya aku ingin berteriak pada tía Charlotta.
Disitulah tía Charlotta berdiri. Bergeming di tempatnya. Matanya membulat terkejut.
Aku sangat lelah. Pikiranku masih dipenuhi dengan ramalan sialan itu. Yang aku mau hanyalah sebuah ketenangan.
Raut wajah tía Charlotta berubah menjadi datar. Aku tau bahwa kata - kata ku meninggalkan luka di hatinya. Aku benar - benar sangat menyesal sudah berbicara seperti itu padanya. Sungguh, aku tidak berniat seperti itu. Aku hanya lelah dan saat kau lelah, kau tidak menyadari apa yang kau lakukan.
"Kau tidak tau hidupku." Adalah kalimat yang diucapkan tía Charlotta sebelum dia pergi meninggalkanku.
Bersikap baik, bersikap baik, bersikap baik.
❥๑━━━━━━━━━━━━━━━━━๑❥
"(Name)," Aku menghembuskan nafasku kasar saat suara abuela memanggil namaku. Aku menoleh ke belakang melihat abuela yang melambaikan tangannya padaku. Aku menghampiri abuela.
"Bisa bicara sebentar?" Tanya abuela dengan lembut. Aku tidak bisa menolak abuela seperti ini. Aku hanya pasrah mengikuti abuela ke dalam kamarnya.
Aku duduk di kasur abuela yang empuk. Jika saja abuela tidak disini, mungkin aku sudah tenggelam dalam kenyamanan kasur abuela.
Abuela duduk di meja riasnya. Dia memutar kursi nya agar menghadap padaku.
"(Name), apakah kau menaruh perasaan pada Camilo?"
Aku tidak tau ada apa dengan keluarga ini yang tiba - tiba tertarik dengan urusan asmara ku. Maksudku, aku baru bertemu Camilo satu hari dan mereka bertingkah seolah aku dan Camilo ingin meminta restu mereka untuk menikah.
"Abuela, aku baru mengenalnya." Ucapku.
"Mija, perasaanmu bisa berkembang. Dan sebelum kau terlalu jauh terpelosok aku hanya berusaha menghentikanmu." Abuela menatapku dengan lembut. Entahlah, matanya seolah menyiratkan permohonan.
Tolong jangan jatuh cinta dengan Camilo Madrigal.
"Memang kenapa jika aku menyimpan perasaan padanya?" Rasa nekat membunuhku.
Abuela terdiam. Matanya menatapku dengan datar. Beliau menghela nafas panjang.
"Mija, jangan mengulangi kesalahan tía mu."
❥๑━━━━━━━━━━━━━━━━━๑❥
Sudut padang author
Orang - orang di dalam Casita Madrigal tengah disibukkan dengan menata, memasak, dan berdandan. Berita Mariano yang akan datang untuk melamar Isabella membuat mereka senang. Camilo yang tengah bersiap untuk kedatangan keluarga Guzman tengah menatap pantulannya di kaca. Dia menyisir rambut keritingnya sembari sesekali berpose.
"Bagaimana bisa ada manusia se tampan ini." Ucapnya yang narsis.
"Mimpi saja sana!" Teriak Dolores dari kamar sebelah membuat Camilo berdecak kesal. Dia lalu merapikan penampilannya dan berjalan keluar kamar.
Camilo menuruni tangga saat dia melihat Isabella yang tengah sibuk menghias susuran tangga dengan bunga. Camilo bertengger di susuran tangga itu dan berubah wujud menjadi Isabella. Dia lalu meniru pergerakan Isabella yang anggun dan lembut.
"Oh, aku Isabella yang anggun dan aku akan dilamar oleh Mariano." Ejeknya dengan suara yang ditinggikan. Setelah itu, beberapa bunga menghantam wajahnya sehingga ia kembali dalam wujud aslinya dan mengeluarkan bunga - bunga yang tersedak ke dalam mulutnya.
"Dewasalah, bocah." Ucap Isabella risih. Camilo hanya terkekeh mendengar sepupunya.
Dolores datang dengan tergesa - gesa. Saking tergesanya, ia tidak melihat Camilo dan tidak sengaja menubruk punggungnya.
"Oh, maaf!" Ucapnya dengan cepat dan buru - buru berjalan menuju ruang makan.
Camilo menatap kakak nya kebingungan. "Ada apa dengannya?" Tanyanya pada Isabella.
Isabella hanya mengendikkan bahu. "Sana pergi! Sebentar lagi cinta pertamamu datang."
Camilo bertopang di susuran tangga. "Siapa? (Name)?"
Isabella menatapnya jijik. "Bukan, Rosa."
KAMU SEDANG MEMBACA
FAMILIA [CAMILO X READER]
Fanfiction❝Camilo, fix your face!❞ ❥๑━━━━━━━━━━━━━━━━━๑❥ Dimana Camilo Madrigal yang jatuh cinta kepada gadis dari keluarga yang di benci oleh Abuela Alma. "Lalu bagaimana?" Dia menatapku dengan raut wajah yang sedih. Matanya berkaca - kaca. Aku mengelus ra...