15.

819 140 52
                                    

SWEET 20
"Aku tidak akan melepas pelukan ini agar kau tidak pergi lagi dariku."

Encanto, Colombia

Aku tidak pernah merasa bersemangat seperti ini.

Aneh tidak sih? Entah sudah berapa lama aku berdiam diri di meja rias. Sibuk memastikan bahwa semuanya sempurna. Mulai dari riasan wajah, rambut, dan busana ku.

Tía Charlotta dibelakang ku nampak bosan menungguku. Sedari tadi yang dilakukan nya hanyalah membolak - balik halaman majalah.

"Maklum sih, namanya juga remaja yang dimabuk cinta. Selalu ingin terlihat cantik di depan lelaki." Komentar tía Charlotta.

"Tía seperti tidak pernah muda saja. Aku yakin, tía menghabiskan lebih banyak waktu dari ku bersolek untuk señor Bruno." Ucapku membalas tía Charlotta.

Tía Charlotta langsung memberiku pelototan tajam. Lalu dia berdehem.

"Pembicaraan ini tidak ada hubungannya dengan Bruno." Ucapnya.

Aku menggelengkan kepalaku. Lalu memakai pita hijau yang berada di laci untuk menguncir rambutku. Setelah selesai, kami berdua bersiap - siap dan pergi ke kediaman Madrigal.

❥๑━━━━━━━━━━━━━━━━━๑❥

Pintu masuk sangat ramai. Para warga berhamburan datang ke acara ulang tahun Antonio. Walaupun langit sudah malam, lampu - lampu yang terang menyinari la casa Madrigal.

Mereka semua terdiam saat kami memasuki la casa. Sebagai gantinya, bisik - bisikan terdengar di telinga kami berdua. Seseorang memutuskan untuk berjalan menuju kami. Jika aku tidak salah, dia adalah pastor dengan wig hitam. Korban ramalan señor Bruno.

"Keluarga... Rodriguez?" Tanya nya. Wajahnya nampak tidak yakin.

Tía Charlotta mengangguk sebagai jawaban. Kedua mata pastor itu membulat. Dia langsung menggenggam tangan tía Charlotta.

Kerumunan sorakan mulai terbentang dari para warga. Ini bukan sorakan cemoohan, tetapi sorakan kebahagiaan. Seperti mereka menanti kepulangan kami.

"Oh... betapa kami menunggu kepulangan kalian." Ucap pastor itu lega.

Aku dan tía Charlotta saling bertatapan. Bingung dengan situasi ini. Sejujurnya, aku tidak pernah berekspektasi para warga akan menyambut kedatangan kami.

"Saya, selaku wakil dari warga Encanto ingin mengucapkan permintaan maaf yang sebesar - besar nya. Maafkan kami karena selama ini telah memandang sebelah mata pada kalian. Padahal, dua keluarga mempunyai berkat yang spesial."

Tía Charlotta menepuk punggung tangan pastor itu. Dia tersenyum, lalu berkata. "Masa lalu biarkan berlalu. Sekarang, mari kita fokus pada masa kini dan yang akan datang."

Para warga mulai mendekati kami dan memeluk kami. Sementara tía Charlotta sibuk melayani para warga, aku menyelinap keluar dari kerumunan.

Kakiku berjalan mengarahkan ku pada meja yang dipenuhi dengan berbagai jenis makanan. Aku tersenyum sembari mengingat kali pertama aku berada di kediaman Madrigal. Di mana aku tersasar di ruang prasmanan.

FAMILIA [CAMILO X READER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang