2.

78 24 15
                                    

Mata Mayra mengerjap-ngerjap. Jam beker yang berada di atas nakas berbunyi seakan-akan ingin segera membangunkannya. Yaa memang tujuan dari jam itu untuk membangun kan orang. Rasanya ia masih sangat mengantuk, dan berpikir ingin melanjutkan tidur lagi. Tapi ia tersadar, hari ini ia harus berangkat kesekolah bersama Rania karena memang benar ia pindah sekolah. sudah hampir lima hari dirinya berada di rumah Rania dan baru hari ini ia akan menginjakkan kakinya disekolah baru.

Mayra dan Rania pergi ke sekolah di antar oleh Irul yang sekalian berangkat ke kantor. Mayra tidak ingin berbicara apa pun, karena pada dasar nya ia gadis yang penyegan padahal bisa dibilang Rania dan Irul keluarga dekatnya juga, tapi ia tetap tidak bisa terbuka, mungkin karena jiwa introvertnya sudah mendarah daging.

"May, nanti kita sekelas lho." Rania membuka obrolan. Saat ini Rania memegang lengan sepupunya sembari menunjukkan senyum manisnya.

"Oh ya? Kok bisa?" Mayra memang tidak tau jika dirinya akan dimasukkan ke kelas apa, yang ia tau dirinya hanya akan dimasukkan ke kelas IPA karena di sekolah lamanya ia masuk jurusan IPA.

"Yaiya dong. Gue kan juga anak IPA sama kayak lo. Jadi papa minta sama guru buat masukin lo sekelas sama gue. Ya biar gue bisa bareng-bareng sama lo," jelas Rania sedikit antusias.

Mayra hanya bisa mengangguk-angguk mengerti atas apa yang Rania katakan. "Syukurlah kalo gitu."

Tidak berapa lama, mobil Irul berhenti tepat di gerbang sekolah. Sekolah nya cukup besar terlihat dari halaman depan yang sangat lebar dan juga pohon-pohon yang cukup tinggi mengelilingi halaman sekolah ini. Mayra beberapa kali berdecak kagum karena merasa senang melihat sekolah barunya sebesar ini, sangat berbeda dengan sekolahnya yang dulu, saat ia berada di Bandung.

Bel telah berbunyi dengan lantangnya pertanda jam pelajaran pertama akan di mulai, dan Rania mengajak Mayra untuk langsung keruang kepala sekolah. Karena memang ada beberapa hal yang harus ia urus sebagai murid baru. Dan nanti juga katanya ia akan ikut guru masuk di jam pertama untuk memperkenalkan diri. Rasanya, cukup deg-degan jantungnya saat ini.

"May, gue duluan ke kelas ya." Rania menepuk bahu Mayra yang kini keduanya berada tepat di depan pintu ruang kepala sekolah.

Mayra mengangguk pelan. "Iya Ra, makasih banyak ya."

"Oke. Bye Mayra ketemu nanti lagi ya." Final nya sembari lari menjauh.

Mayra hanya memandang bahu Rania yang semakin menghilang di balik tembok koridor yang berbelok. Dirinya ingin masuk ke ruang kepala sekolah, tapi ia masih merasa cukup takut dan ragu, rasa nervous kini menghampiri dirinya. Entah kapan ia bisa melangkahkan kakinya itu untuk masuk ke dalam.

"Lo, murid baru ya?" Seseorang menghampiri Mayra. Lelaki dengan surai yang dibilang cukup menarik karena sedikit ikal dengan warna yang agak kecoklatan tapi wajahnya terlihat imut.

"I-iya." Yah begini lah Mayra jika mengenal orang baru. Gugup yang tidak terselamatkan.

"Oh. Dikelas mana? Gue anak kelas 11 IPA lokal 1."

Mayra hanya bisa memegang tengkuknya yang terasa sedikit dingin. Ia tidak tau berada di kelas mana dirinya akan di tempatkan, yang ia tau dirinya sekelas dengan Rania.

"Gue kelas 11 IPA juga. Tapi gatau lokal mana," jawabnya.

"Ooo." Lelaki itu hanya ber-oh ria. "Kenalin nama gue Cheno." Lelaki itu mengulurkan tangannya berniat mengajak gadis itu untuk berkenalan.

"A-ah, kenalin nama gue Mayra." Mayra membalas jabat tangan Cheno. Ya sedikit canggung, karena memang sudah kebiasaan Mayra gugup seperti ini, sehingga tidak heran di sekolah lamanya ia di kenal dengan cewek payah.

Setelah perkenalan singkat itu, Mayra bergegas masuk kedalam ruang kepala sekolah. Mengingat waktu yang terus berjalan dan sebentar lagi guru yang akan mengantarnya akan masuk kelas. Dari pada dia harus malu nanti terlambat masuk kelas, lebih baik ia tidak membuang waktu lebih banyak lagi.

***

Mayra sudah mengikuti bu Airin untuk masuk ke kelas Rania alias kelas baru untuknya. Dari tadi ia hanya menunduk mengikuti langkah bu Airin, rasanya jantungnya sudah berdegup saja dari tadi seakan-akan mengajaknya melompat dari tempatnya. Seumur hidup memang baru kali ini Mayra merasakan yang namanya pindah sekolah. Jadi wajar saja jika ia merasa gugup dan nervous. Apa lagi dirinya harus kenal orang-orang baru lagi yang membuatnya harus memiliki nyali yang lebih besar.

Sampai pada akhirnya ia dan bu Airin sampai di kelas itu. Ia langsung mendengar suara teman sekelasnya yang mendadak berhenti. Entah karena bu Airin yang masuk atau karena ada dirinya yang menjadi pusat perhatian karena mengekori guru tersebut.

Tidak menunggu waktu lama, Bu Airin menyuruh Mayra untuk memperkenalkan diri, agar teman-teman barunya bisa mengenalnya dan mulai berteman dengannya. Tapi sayangnya, bagi seorang Mayra Aulia memperkenalkan diri bukanlah sesuatu yang mudah, ia harus menyiapkan mentalnya yang besar untuk itu. Mau tidak mau ia harus mengangkat wajahnya, agar seisi kelas bisa melihatnya dengan jelas.

Deg....

Mayra melihat nya lagi.

"Mayra, ayo perkenalkan diri kamu nak." Bu Airin menyadarkan Mayra yang sudah hampir bengong.

"A-ah iya Bu. Hai teman-teman semua, perkenalkan nama saya Mayra Aulia. Biasa di panggil Mayra." Dengan satu tarikan nafas Mayra memperkenalkan dirinya sesingkat mungkin. Jangan tanyakan kondisi jantungnya saat ini, tentunya pasti sudah seperti berdisco sejak tadi, aduh.

Setelah perkenalan singkat tadi bu Airin menyampaikan sedikit arahan di kelas, yaa seperti untuk berteman dengan Mayra dan membantu gadis itu untuk beradaptasi di kelas ini. Wajar saja, semua guru pasti seperti itu jika ada murid baru di sekolah.

"Mayra, kamu bisa duduk di bangku kosong itu, disebelah Narel ya."

Mayra menautkan alisnya. Narel? Yang mana? Atau jangan-jangan lelaki itu namanya Narel--pikinya. Karena cuma di samping lelaki itu ada bangku yang kosong.

Yang benar saja, Mayra harus duduk di samping lelaki itu. Lelaki yang tempo hari pernah ia temui secara singkat, yang ia kira hanya pertemuan yang sekilas, tapi ternyata kini ia melihatnya lagi. Kebetulan juga tempat duduk dikelas ini memang di bagi dua-dua. Dan Mayra bisa melihat Rania duduk bersama seorang gadis yang ia tidak tau pasti siapa namanya.

"H-hai. Nama lo siapa?" Mayra sedikit ingin berkenalan dengan lelaki ini walaupun terlihat sangat kikuk. Yah bukan karena dirinya ingin mengambil kesempatan, hanya saja lelaki ini sekarang menjadi partner belajar, karena mereka duduk berdua.

Dia hanya menoleh sekilas dan mengedikkan bahunya acuh, lalu setelahnya kembali memandang papan tulis di depan. "Dia kayaknya cuek deh." Itu suara hati Mayra yang melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana laki-laki itu mengabaikannya. Mayra juga sepertinya agak gugup, padahal ia tau nama lelaki yang di sampingnya ini Narel karena tadi ibu Airin yang memanggil namanya.

Behind Bound Cracks : Traces of The Past || Na Jaemin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang