Met reading synkQ
****
Ruby membuka pintu rumah dengan takut-takut. Tadinya Jevana sudah menawarkan supaya Ruby tinggal di rumahnya terlebih dulu karena khawatir jika Ruby pulang ke rumah dalam keadaan Ibunya yang emosi. Namun Ruby menolak. Ia ingin tahu alasan Ibunya marah dan ingin segera menyelesaikan masalah tersebut.
Baru menginjakkan kaki di dalam rumah, ia sudah disambut dengan tamparan keras di pipi sebelah kirinya oleh Ibunya sendiri. Ruby meringis merasakan sensasi panas sekaligus perih di pipinya.
"Anak nggak tau terimakasih!" bentak Dewi menjambak rambut Ruby kuat.
Ruby semakin meringis, ia berusaha menahan tangan Ibunya supaya tidak semakin menjambak rambutnya tapi gagal. Tenaga Dewi begitu kuat.
"Ma! Lepasin Ma! Sakit!" mohon Ruby.
"Anak biadab!"
"Mama ada masalah apa sama aku?" tanya Ruby pada Ibunya. Matanya sudah berkaca-kaca menahan sakit di kepalanya.
"Masalah? Kamu masih nanya saya punya masalah apa sama kamu?!" ucap Dewi, wajahnya terlihat begitu emosi. Ia mendorong Ruby hingga gadis itu terjatuh.
"Shhh," rintih Ruby kala lengannya terkena pojok meja kaca yang ada di ruang tamu hingga lengannya berdarah.
Dewi melemparkan sebuah buku ke arah Ruby, "Kamu kira saya nggak tau tentang itu?"
"Kenapa? Kamu kaget?!" tanya Dewi saat melihat ekspresi terkejut dari Ruby.
Ruby berusaha berdiri dan mengambil buku tersebut.
"Dari kecil yang ngebiayain kamu itu saya. Biaya hidup kamu, biaya sekolah kamu, semua saya yang biayain! Saya banting tulang buat kamu! Kamu nggak sadar sama itu semua?!" Dewi mencerca Ruby dengan berbagai pertanyaan yang membuat trauma Dewi kembali datang.
"Saya nggak minta balasan kamu! Saya cuma mau kamu berhenti nyari tau tentang iblis itu!"
Dewi kembali menampar Ruby, membuat Ruby kembali terjatuh.
Tangis Ruby pecah, ia memegang pipinya yang terasa kebas. Kini sudut bibirnya ikut berdarah karena tamparan keras dari Dewi. Rasanya betul-betul perih saat luka itu bercampur air matanya.
"Aku cuma mau ketemu Ayah, Ma! Salah kalo aku nyari tau tentang Ayah aku sendiri?" tanya Ruby meluapkan perasaannya selama ini.
"Siapa yang kamu sebut Ayah? Ha?! Orang yang ninggalin saya sampai depresi itu bukan Ayah kamu! Kamu nggak punya Ayah!" tegas Dewi menendang tubuh Ruby.
"Sudah untung saya tidak membuang kamu enam belas tahun yang lalu. Harusnya kamu berterimakasih sama saya karena sudah ngehidupin kamu selama ini! Bukan malah ngebangkang seperti ini!" muka Dewi memerah setelah mengatakan hal tersebut. Terlihat jelas jika wanita itu sedang menahan emosi.
Ruby tak menjawab, perasaannya benar-benar hancur jika membahas tentang masalah ini. Ia hanya ingin bertemu Ayahnya, entah sebesar apapun kesalahan Ayahnya di masa lalu. Tapi Ruby sangat ingin bertemu Ayahnya walau hanya sekali.
"Kamu besar karena saya, saya yang berjuang mati-matian buat kamu." Dewi menunjuk dirinya sendiri.
"Saat dunia nggak ada yang mau nerima kamu, cuma saya yang mau. Cuma saya yang bersedia menghidupi kamu walaupun saya menerima banyak cercaan!" Dewi memalingkan wajahnya, tak ingin anaknya tahu jika ia pun menangis.
"Orang yang kamu anggap sebagai Ayah itu, dimana dia selama ini? Dimana dia waktu kamu lahir? Nggak ada!"
"T-tapi.. tapi aku mau ketemu Ayah, Ma.." ucap Ruby sesenggukan. Dadanya terasa sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAFFODIL
Teen Fiction"Gue selingkuh lagi." "Sama siapa kali ini?" Levi Ead Fenrizon, lelaki yang tak cukup hanya dengan satu perempuan. Ia memacari banyak perempuan sekaligus. Termasuk Ruby Aileen. Ia sangat mencintai Levi meskipun dijadikan opsi ke sekian. Gadis itu s...