BAB 18 - RUBY'S APOLOGIZING

6.1K 457 327
                                    

Semoga kalian mau lebih berkomentar di part ini yak hehe

Selamat membacaa

****

"Maksud lo apa gituin Myesha?" tanya Levi melepaskan menghempaskan lengan Ruby.

Wajah Levi sangat menakutkan. Harus dengan cara apa supaya Ruby bia menyelamatkan dirinya dari Levi?

"Jawab!" sentak Levi sebab gadis di depannya itu hanya diam tak menjawab.

Ruby tersentak kaget, dengan terbata-bata gadis itu menjawab, "Aku nggak ngerti apa-apa soal tadi, Lev. aku berani sumpah. Aku aja tadi di perpustakaan. Kalo kamu nggak nelfon aku, aku nggak bakal tau kalo Jevana sama Myesha tengkar."

"Lo pikir gue bodoh? Hah? Temen lo itu nggak bakal sampe ngelabrak Myesha kalo lo nggak cerita sama dia!" ujar Levi masih dengan nada tingginya.

"Aku emang sempet cerita sama temen-temenku tadi, tapi aku beneran nggak tau kalo Jevana bakalan ngelabrak Myesha," jawab Ruby.

Levi mmebuang wajahnya ke araha lain, menghembuskan nafas lelah, "Lo tuh bisa nggak sh dewasa dikit? Masalah begitu aja lo ceritain ke temen-temen lo. Biar apa kayak gitu? Biar lo dikasihanin?"

Ruby menggeleng, matanya mulai berkaca-kaca mendengar ucapan itu keluar dari mulut Levi, "Maaf, Lev.. aku kebawa perasaan tadi, jadi kelepasan cerita."

Levi berdecak kesal, "Untung Bastian bolos di jam tadi. Coba kalo dia ada, gue nggak kebayang temen lo bakal diapain sama Bastian karena udah berani ganggu Myesha."

Ruby terdiam, tangisnya pasti akan pecah jika berbicara. Ia hanya menunduk dalam, tak berani melihat wajah Levi.

"Kayaknya lo mempermasalahkan banget deh. Lo nggak suka gue nemenin Myesha beli kebaya?"

"Bukan gituu," jawab Ruby, suaranya bergetar.

"Lo dengerin baik-baik. Myesha itu udah kayak sodara gue sendiri. Myesha itu satu-satunya cewek yang bisa ngebaur sama tongkrongan gue. Dan lo cemburu sama dia? Otak lo dimana?" ujar Levi sembari menoyor kepala Ruby.

"Lo jangan ngerasa hebat mentang-mentang bisa pacarana sama gue terus lo seenaknya sama Myesha."

"Kalo disuruh milih lo atau dia pun, gue juga lebih milih buat ngebelain dia," ujar Levi. "Seenggaknya dia nggak selebay lo yang ada apa-apa dikit langsung cerita sana-sini."

Bagai petir di siang bolong, hati Ruby sakit sekali mendengar kalimat yang dilontarkan Ruby. Ia ingin menangis sejadi-jadinya. Dimarahi seperti ini dengan dilihat oleh beberapa siswa yang lewat, Ruby sangat malu. Bahkan Levi tak menanyakan dari sudut pandang Ruby sendiri. Gadis itu ingin menjelasskan, tapi rangkaian kata yang sudah ia susun hilang begitu saja digantikan dengan rasa takut.

DAFFODILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang