BAB 12 - "SAYA NGGAK PERNAH PUNYA ANAK"

5.5K 397 160
                                    

Wuissh apa kabarr?

Janlup follow

@rubyyaileen
@levifenrizon
@danadya.aksa
@uniqueola_
@zoyabellona_
@jevanaeleanor

dan yang paling penting adalah akun @kumbangpolkadot_ wkwk

Happy reading flowku sayangg

*****

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

T

urun dari kereta, Ruby langsung makan terlebih dahulu. Ia juga membelikan Ayahnya makanan. Ruby ingin memasak untuk Ayahnya, supaya Ayahnya juga bisa merasakan masakannya. Kalau biasanya ia memasakkan makanan untuk Levi dan tidak dihargai, mungkin masakannya akan dihargai oleh Ayahnya. Namun, masakan Ruby pasti akan basi sebelum sampai di tangan Ayahnya. Jadi Ruby memilih untuk membeli makanan saja.

Ruby menuliskan secarik surat untuk Ayahnya, surat itu ia bungkus dengan plastik dan ia letakkan di bawah nasi supaya tidak ketahuan petugas. Ruby takut jika ia dikira menuliskan macam-macam dan malah tak diperbolehkan masuk. Gadis itu menulis tentang sedikit hal yang sudah ia lalui selama ini.

Setelahnya ia akan naik ojek online menuju lapas Banjarnegara. Ruby menunggu di depan ruko yang ada di sana. Supaya ancer-ancernya gampang.

Terik matahari menghunus kulit kepala Ruby. Entah Ruby yang terlalu lelah atau bagaimana, saat gadis itu berjalan untuk membeli minum, mobil dari arah belakang melaju kencang dan menyerempetnya hingga terjatuh. Mobil itu bahkan pergi begitu saja tanpa turun dan menanyakan keadaan Ruby.

"Aws.." ringis Ruby, pergelangan tangannya nyeri. Ia langsung bangun sebelum banyak orang semakin melihatnya.

"Baru nyampe udah gini aja cobaannya," gumam Ruby sedikit kesal.

Ruby tak mengindahkan rasa nyeri di tangannya. Ketika ojek online yang ia pesan sudah sampai, gadis itu langsung melenggang ke tujuan ia datang ke sini.

Ini pertama kalinya Ruby datang ke tahanan. Biasanya ia hanya melihat di film film saja. Setelah menyelesaikan pendaftaran dan menunggu antrian serta pengecekan barang bawaan, akhirnya Ruby bisa duduk untuk bertemu Ayahnya.

Ia hanya diberi waktu maksimal 15 menit. Sebetulnya Ruby merasa tak cukup jika hanya 15 menit, sebab Ruby ingin bercerita banyak.

Tak menunggu lama, Ruby melihat seorang pria yang dibawa petugas keluar dari sel dengan tangan diborgol. Penampilan lelaki itu sangat menyeramkan. Rambutnya gondrong, tubuhnya dipenuhi tato, perutnya buncit, dan matanya memancarkan sorot menakutkan. Persis seperti preman pasar yang biasa ia temui di rumah. Tak ada raut ramah sedikitpun di wajahnya. Tiba-tiba Ruby menjadi gugup saat lelaki itu duduk di depannya.

DAFFODILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang