BAB 5 - TEGA

5.7K 479 40
                                    

Haii Flowww!

Minggu Minggu gini ngapain? Wkwkwk

Jangan lupa komen di setiap paragraf yakk!

*****

"Kawan-kawanku semua, lihat daku bawa apa," seru Levi membawa dua kantong kresek berisi jajanan yang baru ia beli.

"Tumben-tumbenan lo dermawan," ucap Bastian. "Biasanya juga lo yang morotin kita."

Mada mengangguk menyetujui, "Mentang-mentang yang paling muda di antara kita."

"Seneng bener muka lo, Lep," ucap Aksa mengomentari Levi yang tak henti-hentinya tersenyum.

"Iya dongggg, muka-muka baru dapet pacar baru ya gini," balas Levi.

Bastian memasang ekspresi seperti ingin muntah mendengar ucapan Levi.

"Akbar dimana?" tanya Levi karena Akbar tak terlihat.

"Nyari gantungan kunci octopusnya," balas Bastian sembari mencari-cari jajan favoritnya.

Belakang kelas dan tikar plastik milik Levi adalah tempat nongkrong favorit mereka. Karena letaknya yang strategis sekaligus adem, mereka bisa leluasa meng-ghibahi siapapun di sini.

Levi menelan salivanya susah payah mendengar jawaban Bastian, "Gantungan kunci octopusnya belum ketemu?"

"Jangan bilang lo yang nyembunyiin," tebak Aksa seratus persen benar.

Levi menggangguk kaku.

"Berani-beraninya lo nyembunyiin ganci favoritnya Akbar anjir," ucap Mada. "Usil bener lo kalo sama Akbar."

"Mati lo habis ini, Lep," ucap Bastian memakan biskuit kesukaannya.

"Halah. Lo biasanya juga ngusilin Akbar sampe puas," ujar Levi mencoba menenangkan dirinya.

"Lo beli jajan-jajan ini dimana?" tanya Mada.

"Di supermarket tadi pagi. Cemilan kesukaan lo semua ada di sini. Baik kan gue?" tanya Levi berbangga hati.

"Jajan beginian paling totalnya juga nggak nyampe empat ratus ribu. Lebih mahal sepatu lo yang gue beliin." ucap Bastian mengingat kejadian beberapa hari lalu ketika Levi meminta rekomendasi sepatu yang bagus padanya. Bastian pikir Levi betulan hanya meminta rekomendasi. Namun setelah sampai di toko sepatu ternama, Bastian pula yang harus merogoh kocek sebab Levi beralasan lupa membawa dompet.

"Yaelah. Pelit amat sama temen sendiri," ucap Levi.

Aksa tersenyum miris. Ia yang harus bekerja keras terlebih dulu untuk mendapatkan sepeser uang ini hanya bisa terdiam jika teman-temannya berbicara masalah uang.

"Sa, lo suka mangga sama yang pedes pedes kan? Gue beli banyak tadi, lo cari aja," ucap Levi pada Aksa. Untuk Mada tak perlu ditawari lagi. Cowok itu sudah lahap memakan beberapa potong durian.

"Yoi, Lep, makasih," balas Aksa. Ia sangat bersyukur memiliki teman seperti mereka.

"Jangan kira gue nggak tau kalo lo kemaren abis jalan sama Rania ke mall," ucap Bastian menempeleng kepala Levi.

Levi mengusap kepalanya yang sakit, "Anjing. Kagak ngira-ngira lo."

"Rania kan cewek gue. Kita baru sehari juga pacaran. Sebagai cowok sejati ya gue ajak ke mall lah, gue bayarin maunya dia apa," ucap Levi.

Lagaknya sudah seperti pria sejati saja.

"Habis berapa lo jalan sama dia?" tanya Mada yang mulutnya sudah cemong karena durian.

DAFFODILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang