05 - PERINGATAN

692 135 69
                                    


•••••

Dapet orangnya nggak jamin kita dapet hatinya, ternyata.

•••••

Senja berbaring dikelas, menata beberapa kursi sebagai ranjang dadakan. Dia mengantuk, rumah tidak pernah memberinya tempat untuk beristirahat.

Kelas sepi. Jelas, karena seharusnya dia ada dilapangan untuk kelas olahraga.

"Bangun, yuk! Udah siang,"

Senja menggeliat, merubah posisi tidurnya yang terganggu. Lagi, bahu gadis itu diguncang pelan membuat Senja menepis gangguan tidur pagi menjelang siangnya.

"Gue masih ngantuk!" begitu kata Senja sambil menutup wajahnya dengan jaket miliknya.

Laki-laki itu menghela nafas panjang, menatap Senja dengan kadar kesabaran yang kian menipis.

"Bangun dulu, anak cantik. Bangun!"


Senyap, gadis itu mungkin terlalu sibuk dialam mimpinya.

"Senja, bangun!"

Lagi-lagi Senja tak bergeming. Ponco sudah menahan kesal sejak pagi tadi dengan siswinya ini, ditarik paksa jaket yang menutupi wajah gadis itu. Senja berdecak, menutup kedua matanya menggunakan tangan untuk menghalau cahaya yang menyerang pupil matanya secara tiba-tiba.

"Apasih?! Gue pusing, masih ngantuk."

Dia mendelik, mulutnya menganga karena terkejut. "Masih ngantuk?"

Senja buru-buru bangkit, setengah terhuyung ketika pandangannya menghitam dan pusing hebat yang dia rasakan.

Gadis itu terjatuh, menahan kepalanya yang terasa sangat berat. "Bangun!"

"Jangan sandiwara sekarang, pentas seni masih lama."

Senja mengerjapkan matanya beberapa kali, pusingnya tak kunjung hilang. "Berdiri, Ja!"

"P-pak, kepala saya pusing." keluh gadis itu yang masih terduduk dilantai, "Saya tau kamu bohongin saya lagi,"

"Berdiri, Senja!" tegas Ponco dengan suara lantang, hal itu membuat Senja terkejut. Dia takut gurunya itu betulan marah, susah payah Senja bangkit.

Dia menggelengkan kepalanya, berharap itu dapat mengusir pusing yang masih menyerang.

Ponco menatapnya tajam, dengan kedua tangan dilipat didada. "Kamu jangan biasakan main-main dengan saya, Senja."

"Jangan apa-apa kamu gampangin, saya tetap guru kamu disini."

"Hormati saya sebagaimana harusnya, jangan menganggap saya gampang karena saya nggak pernah marah sama kamu. Jangan kurang ajar!"

Senja tertegun, apa iya laki-laki itu marah padanya? "Ayah aja saya lawan, Pak. Apalagi cuma seorang Ponco Alamsyah."

"Kamu bantah saya lagi?"

"Cuma satu cara biar saya nggak bantah bapak lagi," Ponco mengangkat sebelas alisnya, seolah bertanya apa maksud ucapan gadis itu.

Danum SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang