20 - Foto Keluarga

408 109 339
                                    


•••••

Bahagia itu harus dibayar
dengan air mata, ya?

•••••


Seperti tak ada bosannya. Sejak kejadian di-club hari itu, Nathan tak absen untuk selalu memastikan Senja terus ada disampingnya.

Bahkan jika memungkinkan dia bisa saja membawa gadis itu untuk tinggal disalah satu apartment milik keluarnya. Rasanya tak tenang membiarkan Senja sendirian, tapi Senja tetaplah gadis keras kepala yang tak bisa dibantah.

"Lo nggak punya cape, ya?" Nathan melirik sekilas kearah gadis berambut pendek disampingnya, lalu menggeleng cepat dengan senyum lebar. "Nggak bisa cape kalau soal lo."

Manik hitam miliknya menatap lekat penampakan malaikat dengan wujud manusia tampan yang tak lelah direpotkan dengan segala masalahnya. Berlebihan tidak jika dia menyebut Nathan sebagai hadiah terbaik dari tuhan didetik detik akhir penderitaannya?

"Masih suka gue?" celetuk Senja tanpa mengalihkan matanya dari Nathan.

"Masih dan selalu suka lo." jawab cowok berlesung pipi itu tanpa ragu. Pandang mereka bertemu, hanya sebentar. Nathan kembali menatap jalanan tanpa menghilangkan senyum tipis diwajahnya.

Jawaban kebanggaan seorang Nathan selalu berhasil membuat Senja terkesan.

Tempat pemberhentian kedua sejoli itu berujung pada sebuah studio foto. Tak terlalu besar, nampak klasik dengan sebagian besar ornamen yang terbuat dari kayu.

"Lo mau foto?" tanya Senja sambil mengedarkan pandang ke sekitar mereka. Bukannya mendapat jawaban, dia justru ditinggalkan.

Nathan menghampiri dua bocah dengan pakaian seragam yang berjalan keluar dari studio. Dalam kebingungannya, Senja memutuskan turun. Menyusul Nathan yang sibuk dengan celotehnya bersama bocah berkisar tujuh dan lima tahunan itu.

"Siap foto keponakan keponakan, uncel?" seru cowok yang tengah berjongkok dihadapannya. "Ready, uncel!!" salah satu dari kedua bocah itu mendekat pada Senja, bocah laki-laki dengan sebuah mobil mainan ditangannya. Dia tersenyum lebar hingga matanya menyipit.

Hangat sekali, mirip dengan senyum Nathan. "What should i called her, uncel?"

Yang ditanya menoleh, menatap Senja yang juga tengah menatapnya. Sebelah alis cowok itu terangkat, "Mau dipanggil apa?"

Sang gadis menggeleng cepat. Kebingungan dengan pertanyaan mereka, "Gue nggak tau, Ketan!" desisnya dengan bibir setengah terkatup.

Nathan tertawa, lalu mengangguk kecil beberapa kali. "Kevin panggil pacar uncel kak Senja aja, ya? Nala juga." katanya pada sang keponakan bergantian.

"Pacar?" Senja bereaksi, mengulang kata itu dengan ekpresi tak mengenakan seperti biasa. "Buat hari ini aja, didepan mereka.".

"Ini mau ngapain, sih?"

"Bikin foto keluarga,"

Sepasang mata almond itu menyipit, alisnya hampir bertaut sama sama lain.

"Siapa?" tanya Senja sedikit menaikan nada bicaranya, "Kita berempat. Keluarga kecil, lo, gue, Kevin, sama Nala." paham jika otak sang gadis perlu waktu lebih lama untuk sadar, Nathan memilih menarik mereka semua untuk masuk.

"Bisa ganti baju dulu, Kak." kata seorang perempuan cantik berkaca mata sembari mengangsurkan dua pasang baju senada kearahnya.

Senja linglung. Dia menatap Nathan disampingnya dengan otak yang masih berusaha mengartikan semua ini.

Danum SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang