08 - SEKALI LAGI

569 140 43
                                    

••••

Lo cuma penasaran sama gue, bukan suka. Itu dua hal yang beda.

-Danum Senja

•••••

"Susah. Tapi gue bakal terus coba."

Nathan menghisap rokok yang ada terselip diantara jarinya. Menghembuskan asap putih itu ke udara, melelahkan memang. Dia tidak menyangka mendekati seorang Senja akan sesulit ini.

Arka---sahabat kecil Nathan tertawa. Mengingat alasan bodohnya membiarkan Nathan mencari tau tentang Senja yang hanya bermodal 'mirip' dengan seseorang.

"Usaha lo abis-abisan buat tuh cewek, Nath. Pindah sekolah bahkan sampai ngulang kelas, demi bisa deket sama dia? Itu gila menurut gue." papar Arka menyandarkan punggungnya ke dinding balkon.

Nathan diam. Mengabsen bintang yang malam ini nampak dengan jumlah amat besar. "Semuanya sama, Ka." cetusnya pelan seperti berbisik.

Arka menoleh, menghela nafas panjang. Sudah berlalu cukup lama, tapi sahabatnya masih saja seperti ini. "Nath...," cowok itu mengangguk, tau apa yang akan Arka katakan.

"Iya, gue inget."

"Bagus kalau gitu. Gue bakal terus disini, buat ingetin semua realita yang mungkin aja bisa lo lupa." Nathan mengukir senyum tipis, menatap satu bintang yang paling terang dilangit. "Sama tapi beda. Lucu, ya?"

•••••

Senja dan Juna. Harusnya hubungan ayah dan anak adalah alasan bagi mereka untuk saling menyayangi. Seharusnya. Tapi tidak untuk dua tahun belakangan ini, semuanya menjadi sangat asing bagi Senja.

Dimulai dari Abi---kakaknya yang pergi dari rumah untuk menekan pengeluaran mereka. Membantu membiayai kehidupan ibu dan adiknya, Abi menanggung tanggung jawab untuk menggantikan peran Juna. Lalu keadaan semakin buruk, Afni menyusul jejak putranya.

Dan Juna? Laki-laki itu masih sangat menikmati tokoh sebagai beban disini.

"Ayah butuh uang," ucap Juna datar. Dia berdiri didepan pintu kamar Senja setengah menyandar.

Senja yang masih terbaring diatas ranjang itu tak bergerak sedikitpun. Menarik selimutnya lebih tinggi untuk mengahalau dingin yang kian menusuk kulitnya.

"UANG NYA, MANA?!" teriakan Juna mampu membuat putrinya terkejut bukan main. Senja menekan dada kirinya, menahan sesak yang selalu muncul karena suara-suara pekak. "A-aku nggak pegang uang,"

Juna melangkah memasuki kamarnya. Menarik kasar tubuh gadis itu hingga terjatuh dari atas ranjang.

"Bohong lagi?!" Juna mencengkram kuat, sangat kuat lengan kirinya. "Bangun! Ambil uangnya."

"Aku nggak pegang uang, Yah!" pekik Senja yang terlanjur kesakitan. Laki-laki itu memandanginya sesaat, "Berani teriak, ya?" gumam Juna pelan. Dia berjongkok. Senja paham betul apa yang akan dia dapatkan setelah ini.

Bugh!

Bugh!

Senja melindungi kepalanya. Menahan bogeman mentah dari sang ayah. "Makin kurang ajar, sekarang?!"

Danum SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang