28 - BENTUK KETERTARIKAN

315 57 27
                                    

•••••

Dia terlalu banyak kurang nya untuk laki-laki yang punya semua.

•••••


"Lo aneh."

Yah, menebak alasan seseorang berubah sangat mengesalkan. Yang lebih menjengkelkan adalah bagaimana seseorang terlalu peka dengan perubahan dalam setiap kebiasaan orang yang kita sayang. Benar?

"Lo mending pulang sekarang,"

Mulut Satria terbuka, kedua alisnya menyatu sempurna dengan tingkat kemarahan hampir meningkat lebih dari rata-rata. Senja ini kenapa sebenarnya?

"Kita bisa nggak berantem dulu?"

"Gue mau tidur,"

"Jam segini?" Ini masih terlalu pagi untuk tidur siang. Bukan apa, Satria bahkan baru saja menyelesaikan ujian hari ke tiga-nya tepat sebelum datang kesini untuk bertemu dengan gadis itu.

Menarik kursi disamping tempat tidur Senja, dia menghela nafas cukup panjang. Berusaha tetap tenang meski mulutnya ingin sekali memaki Senja seperti biasa.

"Kenapa? Kesepian? Atau masih ada yang sakit?" Meski tengah berusaha membujuk, nyatanya gadis pucat itu sama sekali tak mau menatapnya. Mendengarkan pun sepertinya tidak. "Ja?"

"Kenapa? Mau apa―"

"Gue mau sendiri." Senja sedikit menyentak. Membuang muka kearah samping seakan benar-benar enggan melihatnya. "Gue salah apa lagi?"

"Please...," serak gadis itu memohon dibarengi nafas yang berubah sedikit lebih berat membuat Satria mundur tanpa pikir panjang. Dia menyadari bahwa sepertinya Senja sedang tidak terlalu baik hari ini.

"Okay, fine." Satria meng-iyakan saja. Takut suasana hati sang gadis semakin memburuk. "Gue cabut. Awas lo nggak beneran tidur." Sekali lagi Satria dibuat kebingungan, Senja bahkan tersentak saat dirinya menarik selimut yang semula hanya mencapai sebatas paha.

Meski dipenuhi tanda tanya, Satria tetap beranjak dari sana. Dengan sedikit khawatir meski tau bahwa Senja akan baik-baik saja karena tak sendiri. Sekarang Senja bersama Abi, kakak kandungnya.

•••••

"Kenapa perempuan itu susah banget buat dipahami?" Satria berdecak pelan dengan langkah panjang yang terasa sedikit berat. Dasi abu-abu yang dia pakai terasa begitu mencekik hari ini.

Ah, menemui Senja bukanlah pilihan tepat.

"Gue pikir orang kayak lo punya pikiran lebih terbuka tentang skinship,"

"Jadi lo nggak menganggap memaksakan tindakan itu sebagai sebuah pelecehan?"

"Dengar, ciuman itu bukan hal yang perlu dibesar-besarkan. Itu hal lumrah sebagai bentuk ketertarikan, Dila."

"Nggak berlaku untuk semua orang!"

Hela nafas kasar menjadi pertanda bahwa Galang enggan meneruskan perdebatan ini,saat ini. Bukannya tujuan kedatangannya adalah untuk Senja?

"Gue mohon berhenti. Kita nggak usah perpanjang lagi urusan ini―"

Tubuh Galang ditarik dari belakang, membuatnya nyaris tersungkur jika saja sang pelaku tak menahan dirinya. Satria menatap, dengan kedua tangan yang sudah mencengkeram kerah seragam cowok itu.

"Lo ngapain Dila, bangsat?!"

Yang disebut kehilangan kemampuan bicaranya, cewek dengan rambut terurai itu terkejut atas kedatangan Satria yang tiba-tiba. "Lepas! Lo yang ngapain?!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Danum SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang